07

36 5 9
                                    


←〣☆~♥~☆〣→

Chan sudah kembali dengan es krim cokelat dan ice americano ditangannya. Yang mana es krim itu langsung disambut cepat oleh Hanna. Membuat Chan menggelengkan kepalanya. Hyunjin hanya terkekeh melihat tingkah anak itu.

"Kalian ingin pergi ke suatu tempat?", tanya Hyunjin. Hanna dan Chan mengangguk.

"Orangtua kak Chan akan pulang hari ini. Kami akan menjemputnya di bandara", ujar Hanna masih memakan es krim miliknya. Hyunjin ber-oh-ria sembari menganggukkan kepalanya.

"Ohiya! Aku akan pergi sebentar membeli bunga. Kak Chan tunggu disini yaa", ujar Hanna.

"Aku menunggu? Mengapa tidak berdua saja sekalian?", tanya Chan.

"Sudahlah, temani Hyunjin mengobrol sebentar. Aku akan lama karena harus memilih bunga mana yang bagus. Jadi, daripada kau bosan disana. Lebih baik kau tunggu disini bersama Hyunjin, bukan? Yasudah, aku akan segera kembali", ujarnya lalu, pergi begitu saja meninggalkan keduanya.

Hyunjin dan Chan saling bertukar pandang. Hyunjin tersenyum canggung, ia tidak biasa berhadapan dengan orang lain, kecuali Hanna.

"Ee.. Boleh aku bertanya sesuatu?", tanya Chan pada Hyunjin.

"Ya, tanyakan saja", jawabnya.

"Aku memang bukan siapa-siapa. Tapi, setidaknya aku sudah mengenal Hanna sejak kecil membuatku sangat menyayanginya", ujar Chan yang membuat Hyunjin sedikit tegang karena ia bingung, mengapa tiba-tiba membicarakan Hanna.

"Tenang, aku bukan orang jahat. Aku hanya ingin bertanya, apa kau memiliki perasaan khusus padanya?", lanjut Chan.

Hyunjin membeku, ia ingin jawab tidak, tapi ia berbohong. Ingin jawab iya, tapi rasanya sulit. Entahlah, padahal yang bertanya baru Chan, belum orangtua Hanna. Ia hanya menatap meja tanpa mengatakan apapun.

"Aku harap kau memilikinya. Karena, dari kulihat, kau sepertinya juga memiliki rasa untuknya. Jika tidak, ku mohon beritahu ia. Ia memang orang yang baik dan ramah. Tapi, aku mengenalnya sejak kecil. Aku paham dengan arti pandangannya. Kau tahu? Aku sudah melihatnya sejak awal. Pandangan matanya padamu sungguh berbeda. Ia menatapmu lebih dari seorang teman", ujar Chan.

"B-benarkah?", tanya Hyunjin ragu.

Chan mengangguk, "Dan aku ingin memberitahumu. Dia adalah anak yang baik hati. Ia memang sudah besar, tapi terkadang tingkahnya masih seperti anak kecil. Sejak kecil, orangtuanya selalu menyayanginya. Ia sangat jarang menangis. Ku harap kau tidak pernah mengecewakannya".

Hyunjin merenung sebentar, lalu, ia bertanya, "Kau mencintainya?", tanyanya pada Chan. Membuat Chan tersenyum lembut.

"Kalau kau bertanya, maka akan ku jawab. Iya, aku mencintainya sejak dulu. Namun, sayangnya, ia hanya menanggapku sebagai kakaknya. Itu tidak masalah, aku tidak pernah ingin memaksanya. Aku ingin, ia mendapatkan orang yang ia cintai sendiri dan hidup bahagia bersamanya. Aku mengatakan ini, karena aku tahu, dimatanya, kau berbeda dariku. Ingatlah, sejak kecil dia adalah adikku, dan sampai kapanpun tetap adikku. Jika kau bermacam-macam, maka kau akan berurusan denganku", ujar Chan panjang. Ia benar-benar ingin menjaga Hanna dengan baik.

Hyunjin menoleh ke arah luar jendela, "Aku mencintainya. Jika benar dia memiliki perasaan yang sama. Tentu aku bahagia. Aku akan menjaganya dengan baik. Terima kasih sudah mengizinkanku", ujarnya.

'Namun, aku tak tahu. Benar-benar bisa membuatnya bahagia atau tidak. Karena aku tidak bisa untuk selalu bersamanya hingga nanti. Sebentar lagi, mungkin aku sudah pergi. Hanya bisa berharap ia memaafkan dan melupakanku'



"JISOO!!"

"Eh? ROSEE!!"

Kedua wanita yang umurnya sudah berkepala tiga namun tetap saja cantik itu saling berpelukan. Melepas rasa rindu pada sahabat yang sudah tidak bertemu beberapa waktu. Melupakan seonggok pria dewasa dan tiga remaja yang ada di sana.

"Ekhem! Sudah cukup berpelukannya? Ku rasa kalian bukanlah remaja lagi", tegur Chanyeol yang membuat tiga remaja yang sebenarnya disana tertawa kecil.

"Apa kau iri? Ckckck! Kasihan sekali", ujar Rose pada suaminya.

Chanyeol mengehela nafasnya, sudah biasa diperlakukan seperti itu. Apalagi jika sudah bertemu sahabatnya, ia yang notabenenya suami itu tidak dihiraukan olehnya.

"Baiklah, kalian pasti lelah. Duduklah dulu aku akan menyiapkan minuman dan camilan untuk kalian", ujar Jisoo.

"Apa yang kau siapkan?Ada yang bisa kubantu?", tanya Rose menghampiri Jisoo di dapur.

"Tidak ada. Hanya beberapa camilan. Semalam, aku sudah membuat roti dan cookies untuk kalian. Makanlah, apakah lezat?", tanya Jisoo sambil menyuapi Rose cookies buatannya.

"Mm seperti biasanya, masakanmu selalu lezat! Baiklah aku bawa ini ke depan, yaa", Rose membawa satu nampan berisi dua toples cookies buatan Jisoo.

"Om lelah, kan? Sini Hanna pijat", ucap Hanna sambil memijat-mijat kepala Chanyeol.

"Ahh kau memang gadis yang baik. Tolong pijatkan pundak om juga. Rasanya lelah sekali", ujar Chanyeol. Ia yang memang sedang lelah itu tentu merasa baik saat menerima pijatan dari Hanna.

"Dobby, bagaimana dengan sekolahmu?", tanya Chanyeol pada Dobby yang sedang menikmati cookies buatan ibunya.

"Baik, om. Om tahu? Kemarin aku juara kelas, hehe", jawab  Dobby.

"Wah, benarkah? Haha baguslah kalau begitu. Kepintaran Suho menurun kepada anak-anaknya. Ohiya, Chan, bisa tolong ambilkan tas berwarna biru di dalam mobil Papa?, pinta Chanyeol pada Chan. Chan pun langsung mengangguk dan mengambilkannya.

"Nah, Hanna, ambil ini dan Dobby, ini untukmu", ujar Chanyeol sambil menyerahkan paperbag pada Hanna dan Dobby.

"Apa ini om??", tanya Hanna.

"Tentu saja hadiah, untuk kalian berdua. Ambillah, apa kalian suka?", tanyanya. Hanna dan Dobby pun segera membuka isinya.

"Wahh!! Cantik sekalii!! Ini sangat cocok untukku. Terima kasih banyakk", ujar Hanna setelah melihat setelan baju yang cantik untuknya.

"Bagus sekali sepatunya!! Wah, Aku akan terlihat keren jika memakainya!! Terima kasih banyak om", begitupun ujar Dobby setelah melihat sepasang sepatu keren yang dibelikan Chanyeol.

Chanyeol tersenyum senang melihat keduanya, "Sama-sama, kalian adalah anak om juga. Jadi jangan sungkan", ujarnya. Hanna dan Dobby segera memeluk Chanyeol.

Chanyeol pun membalas pelukan mereka sembari mengusap kepala keduanya. Ia sangat menyayangi anak sahabatnya ini. Mereka sudah seperti anak sendiri.

"Papa, lalu bagaimana denganku?", tanya Chan yang merasa diabaikan.

"Hm? Ada apa denganmu?", tanya Chanyeol dengan raut bingung.

"Hadiah untukku tentu saja. Mana hadiahku?", tanya Chan sambil menengadahkan tangannya.

"Kau tidak perlu hadiah. Bukankah kau baru saja kembali dari Australia juga? Untuk apa aku membelikanmu", jawab Chanyeol yang membuat pundak Chan merosot.

"Tantee lihatlah papaku tega sekali padaku", ujarnya lalu segera memeluk Jisoo yang kebetulan sedang lewat disampingnya.

"Dasar anak manja", ujar Rose yang sedang membawa gelas kotor ke dapur.

"Haha sudahlah, Chan. Kau dapat hadiah dariku. Kau mau aku buatkan apa? Mau kubuatkan kue? Hm?"  tanya Jisoo.

"Yeay, tentu aku mau. Terima kasih, aku menyayangi tantee", ujarnya. Membuat Chanyeol mendecih melihatnya. Ck, ada-ada saja keluarga ini, pikir Jisoo.



Next>>>

nyang٩(・ω <)۶♥

-🍁

PRIMROSE || HWANG HYUNJIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang