08

36 5 8
                                    


←〣☆~♥~☆〣→

"Ada apa dengan raut wajahmu?", tanya Hyunjin sambil memberikan satu cup es krim cokelat pada Hanna. Lalu, segera duduk di tempatnya.

"Humm, Kak Chan akan pergi  lagi:(", ujarnya sambil memanyunkan bibirnya.

"Mengapa ia pergi?", tanya Hyunjin.

"Untuk mengurus pekerjaan menggantikan papanya", jawabnya. Hanna meletakkan kepalanya di kedua tangannya yang ia silang di atas meja.

"Padahal baru saja ia kembali sudah pergi lagi:(",sambungnya.

Hyunjin menatap Hanna, "Kau...kau sedih?", tanyanya.

"Tentu saja! Kak Chan sudah pergi cukup lama untuk menyelesaikan kuliahnya. Baru saja ia kembali malah akan pergi lagi", ceritanya.

Hyunjin tersenyum kecil, "Kau begitu sedih dengan kepergiannya?", tanyanya lagi yang membuat Hanna sedikit kesal.

"Ih bukankah sudah ku katakan? Iya, aku sedih. Tentu saja sedih. Kak Chan itu sudah seperti kakak bagiku. Siapa yang tidak sedih saat kakaknya akan pergi jauh padahal baru saja kembali?!", tanyanya sedikit kesal.

Hyunjin kembali tersenyum, "Lalu, bagaimana jika aku yang pergi?", tanyanya.

Hanna menoleh, "Apa maksudmu? Kau juga ingin pergi? Mengapa kalian semua meninggalkanku? Aku tidak ingin hanya ditinggal bersama anak laki-laki kecil yang nakal itu. Aku lelah mengurusnya",jawab Hanna.

Hyunjin tertawa saat menyadari Dobbylah yang Hanna maksud anak laki-laki kecil nakal tadi. Namun, kemudian ia berkata, "Aku hanya bertanya-tanya, apakah saat aku pergi kau juga akan sedih?"

Hanna kembali menatap Hyunjin, matanya seperti menangkap maksud lain dibalik tatapan yang diberikan Hyunjin. Namun, ia tidak bisa mengerti apa maksud tatapan itu.

"Ck, kau ini! Tentu saja aku sedih! Tapi jika kalian berdua benar-benar meninggalkanku, aku akan hidup seperti biasa. Aku akan mencari orang lain yang bisa menggantikanmu. Jadi, aku tidak perlu bersedih lagi", ujarnya dengan raut wajah yang santai. 

Hyunjin terkekeh, "Ya,ya, semoga saja"



"Hyunjin, mengapa kau pulang terlambat? Apa terjadi sesuatu?", tanya Yeri saat melihat Hyunjin masuk. Ia khawatir karena biasanya anak semata wayangnya itu sudah pulang sekitar 2 jam yang lalu.

"Tidak ada ,bu. Hanya terlalu larut dalam obrolan. Itu sebabnya aku pulang terlambat", jawabnya.

"Ibu lihat kau memiliki teman dekat sepertinya. Ceritakan pada ibu. Apa mereka orang yang baik?", tanya sang Ibu.

"Tidak banyak, bu. Aku hanya mengenal dua orang", jawab Hyunjin.

"Dua? Em baiklah tidak buruk. Setidaknya kau memiliki teman. Laki-laki atau perempuan?", tanyanya lagi.

"Keduanya"

"Keduanya? Maksudmu?"

"Ya, satu laki-laki, satu perempuan", jelas Hyunjin.

"Ohh, begitu. Boleh ibu tahu siapa namanya?"

"Untuk apa, bu?", bingung Hyunjin.

"Hanya ingin saja. Siapa tahu itu berguna. Lagipula tidak ada salahnya memberitahu ibu"

"Baiklah, namanya Hanna"

"Hanna? Nama yang indah. Apakah ia cantik?", tanya Yeri penasaran.

"Tentu saja. Bukan hanya cantik, ia juga lucu dan menggemaskan. Pipinya seperti bakpao dengan rambut hitam yang panjang. Sangat cantik, bukan?", ucap Hyunjin tak sadar.

"Ohhh sangat cantik?? Ia juga lucu dan menggemaskann??Hm??", ujar Yeri sambil menaikturunkan kedua alisnya.

"E-eh t-tidak, tidak. Maksudku, maksudku ia-ee ia anak yang baik. Y-ya, seperti anak gadis pada umumnya", jawab Hyunjin gugup.

"Ohho benarkah?? Seperti pada umumnya? Ia tidak berbeda??", tanya sang ibu kembali mengisengi putranya.

"T-tentu. Sudahlah ibu, tidak usah membicarakannya. Tidak baik membicarakan orang lain di belakang", ujar Hyunjin.

"Kalau begitu ajak ke rumah. Kita bicarakan di depannya"

"Apa maksud ibu? Apa yang ingin dibicarakan?", tanya Hyunjin tegang.

"Hahaha apa yang kau pikirkan? Ibu hanya ingin mengajaknya mengobrol santai. Apa tidak boleh?"

"Y-ya, terserah. Aku tidak tahu"

"Baiklah, baiklah. Kalau begitu, satunya siapa?"

"Satu? Siapa?", tanya Hyunjin bingung.

"Temanmu. Kau bilang ada dua", jawab Yeri.

"O-oh, itu Chan"

"Chan? Hm baiklah. Kau melupakannya saat membicarakan Hanna", ejek Yeri.

"Tidak ada hubungannya dengannya. Sudahlah ibu, aku mengantuk, aku ingin tidur", ujarnya lalu segera beranjak ke kamarnya.

"Haha anak itu. Lihatlah. Ia sedang jatuh cinta", ujar Yeri sambil menggelengkan kepala.



'Apa aku pantas untuk memiliki perasaan ini?'

Hyunjin tengah berada di tempat favoritnya, dimana lagi jika bukan di balkon kamarnya. Disertai dengan waktu favoritnya, yakni malam hari ditemani bulan dan bintang-bintang yang selalu menjadi temannya.

"Hai,kita bertemu lagi", sapanya pada bintang-bintang. Hyunjin mengedarkan pandangannya ke atas langit. Tidak banyak bintang yang bersinar malam ini.

"Ada hal yang ingin kuceritakan. Ini tentang dia. Ya, dia. Kau tahu dia, bukan? Kau harus tahu bahwa aku memiliki perasaan untuknya. Aku menyayanginya, aku mencintainya. Dia adalah mentari dalam kehidupanku. Dia selalu menyinariku dan memberiku kehangatan. Dia juga musim semi untukku, ia selalu memberi banyak warna dalam hari-hariku. Ia terlalu berharga untukku yang hanya manusia lemah dengan umur yang tidak panjang.."

'Aku ingin merasakan kehidupan yang bahagia. Setidaknya sebelum aku pergi. Apakah aku boleh? Bolehkah aku melanjutkan perasaan ini? Menjalani kehidupan yang penuh warna dengan senyum dan tawa yang ia berikan untukku. Ia bisa membuatku bahagia, sangat bahagia. Tapi, aku? Apa aku bisa membuatnya selalu bahagia?Tidak tahu. Kali ini, aku ingin egois. Aku ingin melanjutkannya. Meskipun hanya seujung jari tangan, aku juga ingin mencicipi gula. Meskipun dalam waktu yang tidak panjang aku juga ingin merasa bahagia.

Maaf.. Maafkan aku karena mencintaimu'



Next>>>

nyang٩(・ω <)۶♥

-🍁

PRIMROSE || HWANG HYUNJIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang