ch I

1.8K 138 15
                                    

Siapa yang tidak mengenal atau tahu sosok yang paling di cari dan di sukai oleh kaum hawa ini.

Iaros Orona Eperanto.

Pangeran Putra Mahkota kekaisaran Eperanto. Calon penerus yang di puja dan di gaungkan sebagai matahari yang agung melebihi ayahnya.

Sosoknya ramah, mudah tersenyum, tidak bermain fisik dengan perempuan ini memiliki fisik yang amat sangat sempurna.

Dengan tinggi yang menjulang dan surai biru tua yang indah membuat siapa saja mudah terperosok dalam pesonanya.

Lalu adakah orang yang mampu menaklukan hati dingin sang Pangeran?

Jawabannya ada.

Dia adalah Psyche Polli. Putri dari Count Polli. Gadis polos yang dijuluki sebagai kesayangan para Dewa.

Seperti pagi ini, dan sudah seperti biasanya Psyche menghampiri Iaros di ruang kerjanya di istana.

Kedua penjaga yang menyadari kedatangan Pysche segera memberitahukan kedatangannya.

" Selamat datang calon Putri Mahkota Psyche Polli. "

Pintu ruangan kerja Iaros di buka dan Psyche masuk sembari mengucapkan terima kasih di sertai senyuman hangat terkesan polos dan suci.

" Ahh Pangeran maafkan aku jika kedatanganku menganggu kegiatanmu. " sesal Psyche menghampiri Iaros yang sibuk dengan segunung kertas di meja kerjanya.

Iaros berdehem pelan, tersenyum menatap Psyche dengan tangan tetap cekatan membubuhi tanda tangannya, " Tidak apa Psyche, apa ada yang kau inginkan hm? "

Melihat calon tunangannya tidak terganggu Pysche segera mendekati Iaros dan berdiri di samping kanannya.

Menggenggam lengan kanan Iaros dan menariknya kecil. " Bisakah kau menemaniku menemui Nona Medeia. Aku merasa bersalah dengan nona Medeia karena sudah merebut posisinya Pangeran. " ujar Psyche dengan raut wajah sedih.

Iaros menghela napas pelan, meletakan penanya dan menatap Psyche sembari melepas tangan gadis cantik berambut pirang panjang itu.

" Sudah berapa kali aku bilang Psyche itu bukan salahmu. Itu sudah menjadi konsekuensi dalam perebutan posisi Putri Mahkota. Medeia kalah dan itu adalah hal yang harus di terimanya suka tidak suka. "

" Dan untuk permintaanmu, maafkan aku Psyche saat ini aku sangat sibuk dengan tugasku. Apalagi ayah masih belum sembuh dari sakitnya. Dan aku tidak tega harus membebankan pekerjaan pada ayah dengan kondisinya saat ini. Kuharap kau mengerti. "

Iaros menatap Psyche yang menunduk dengan tatapan tak terbaca. Entah apa yang ada dalam pikiran Pangeran Eperanto itu.

Psyche menunduk sedih. Jemari rampingnya saling meremas gaun kecoklatan nya. Jujur dirinya sedih permintaan sederhananya ini di tolak. Tapi ia juga tidak tega harus memaksa Iaros dengan kondisinya sekarang.

" Baiklah maaf kan aku Pangeran karena mengganggu waktu sibuk mu. Lebih baik kita menemui Nona Medeia di lain waktu jika Pangeran tidak terlalu sibuk. "

Iaros mengangguk kecil, kembali melanjutkan pekerjaannya. " Tentu Psyche kita akan segera menemui Medeia jika pekerjaanku sudah selesai. Ahh iya jika kau bosan kau bisa berkeliling di taman, atau perpustakaan kerajaan. Bukankah kau suka membaca Psyche? "

Jika di teliti itu adalah bentuk sebuah pengusiran yang amat sangat halus. Tapi sayangnya yang di hadapi Iaros adalah Psyche Polli. Gadis polos yang menganggap semua orang itu baik.

" Ahh benar aku belum pernah mengunjungi perpustakaan di istana. Aku akan membaca semuanya. " serunya semangat.

" Kalau begitu aku izin undur diri dulu Pangeran Iaros. Sampai jumpa lagi nanti. "

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang