ch III

1.1K 111 3
                                    

.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.

Iaros duduk melamun di sepanjang sidang yang tengah di laksanakan. Atas kasus ramalan Medeia meracuni ayahnya sendiri.

Meskipun matanya tetap mengawasi sepanjang jalannya sidang, tapi pikirannya berkelana pada sosok kesayangannya.

" Yang Mulia kertas laporan yang di berikan oleh Lady Medeia palsu. Lady Medeia telah berbohong di pengadilan yang suci ini. Mohon Yang mulia memberikan hukuman pada Lady Medeia atas tuduhan tak berdasar ini. " ujar salah satu pendeta itu.

" Hooo.. menarik..."

Iaros memegang dagunya. Terlihat berpikir kalau adik dari kesayangannya bukanlah gadis bodoh yang semudah itu bisa di tipu oleh orang lain.

Iaros sangat mengenal betul sifat Medeia itu. Karena Medeia tak berbeda jauh dengan dirinya. Sosok manipulatif beracun yang bersembunyi dengan cangkang menawan seperti bunga mawar.

Psyche sedari tadi sudah menegang. Tubuhnya bergetar ketakutan terlebih dia adalah seorang omega yang akan tunduk dengan feromon alpha yang menguar di ruangan sidang ini.

Terlebih feromon dari Iaros lah yang paling menakutkan. Gelap dan menyesakkan. Membuat siapa saja tunduk di bawah kakinya termasuk alpha sekalipun.

" Sebelum aku memberikan hukumannya, aku ingin bertanya pada Lady Medeia. " Iaros menatap Medeia yang juga balas menatapnya dengan sinis.

Ahhh dirinya suka ini ketika di tatap seperti itu oleh calon adik iparnya.

" Apa kau ada pembelaan Lady Medeia menegenai tuduhanmu itu? "

" Tentu ada Yang mulia. Saya punya jawabannya. Padahal kertas laporan yang saya berikan pada dewan pendeta adalah yang asli kecuali sudah ada yang menujarnya tentu saja. " jawab Medeia tegas namun santai di terakhir.

" Apa anda menuduh kami Lady Medeia? " teriak pendeta itu tak terima.

Medeia tersenyum ramah, dan Iaros juga suka dengan ekpresi itu. Cukup menyenangkan ketika bidak caturmu menari di telapak tanaganmu.

" Saya tidak menuduh siapapun pendeta kecuali jika ada orang yang sudah mencampur air suci dengan sesuatu yang lain misalnya racun fluoran? " bantah Medeia dengan nada bertanya di akhir kalimatnya.

Pendeta menegang. Iaros dan Medeia jelas mengetahuinya. Mereka berdua sama-sama sosok manipulatif. Tinggal mengatakan secuil fakta maka orang awam akan menyebarkan opini. Bagaikan semut mengerubungi gula.

" Tidak mungkin hal itu bisa terjadi disini Lady. Karena saya sendiri yang menyaksikan bahwa tidak ada penyusup hingga berani menodai sidang yang suci ini. " ujar wakil pendeta agung.

" Mungkin memang benar tidak ada penyusup, tapi bagaimana kalau yang melakukannya adalah orang dari kuil sendiri? "

" Periksa semua pendeta dan air suci yang baru saja di gunakan. " perintah Iaros membuat pelaku dan calon terdakwa menegang. Jangan sampai Putra Mahkota mengetahui kebenarannya. Mereka harus bisa menjatuhkan Lady Medeia.

" Lapor Yang Mulia saya menemukan ini. " kata prajurit yang baru saja menggeledah tubuh pendeta yang memasukan kertas laporan Medeia kedalam air suci.

Suasana sidang semakin riuh. Medeia diam-diam tersenyum penuh kemenangan. Sebentar lagi ia akan memenuhi ramalan kalau dirinya membunuh ayahnya sendiri..

Hahhh lucu sekali melihat wajah ketakutan ayahnya di ujung sana.

.
.
.
.

Sementara itu jauh dari pusat keramaian kota. Jauh dari jangkauan kerajaan. Di sepanjang hutan seorang pemuda bersurai merah gelap menunggangi kudanya dengan kecepatan penuh. Dia tengah berpacu dengan waktu.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang