POV

116 11 0
                                    

POV Satria :

"Satria kamu pulang ya, paman sedang dilanda masalah ! Hanya kamu yang bisa membantunya"

Awalnya aku pikir hidupku sudah berakhir, harus menikah dengan gadis yang sama sekali tidak pernah kucintai pasti akan terasa berat.

Nika ! Aku harus melepaskannya, meski tidak mungkin untuk kita bersatu, tapi selalu bisa berada di dekatnya dan menjaganya bagiku sudah cukup.

"Yaudah ! Lo nikah aja sama gue !"

Tapi ternyata takdir berkata lain. Gadis yang selama 8 tahun ini mengisi hatiku, mengajakku untuk menikah.

Kaget ? Tentu ! Tapi, aku sangat bahagia.

Entah karena terpaksa atau hanya karena emosi semata, tapi aku sangat bahagia mendengar perkataan itu keluar dari bibir tipisnya.

Tapi bukankah seharusnya aku yang melamarnya, kenapa jadi dia yang mengajakku untuk menikah ?!

Apapun itu, aku hanya berpikir bahwa ini mimpi.

Tapi sepertinya ini bukan mimpi, dengan mudahnya Pak Serkan menyetujui permintaan putrinya itu. Bahkan dengan serius Pak Serkan sudah merencanakan sebuah acara resepi yang megah.

Bagaimana ini ? Aku hanya laki-laki miskin yang berasal dari kampung. Bagaimana caranya aku menafkahi putrinya yang mewah itu. Kamu terlalu mudah terbuai dengan ajakan Nika, dasar Satria bodoh !!

Aku tidak pernah memikirkan dampak kedepannya, mendengar ajakan menikah dari Nika sangat membuatku bahagia, sampai lupa memikirkan apa aku pantas hidup dengannya ?

—-oOo—-

Hari ini, hari dimana kita akhirnya mencoba pakaian pernikahan. Nika, dia selalu cantik dengan apapun yang dipakainya.

Pakaian pengantin berwarna putih dengan rok mengembang seperti sangkar burung itu berjuta-juta kali lipat menambah kecantikannya.

Apa benar gadis yang bak putri dogeng itu akan menjadi istriku ?!

Satria sadarlah, bahkan gajimu tidak setara dengan harga tas yang sedang dia pakai saat ini.

"Sebenarnya dia juga menyukaimu !"

Apa maksud dari perkataan Bu Kira ? Bahkan untuk menuntun sebuah penjelasan aku tidak berani.

Apapun itu yang pasti aku adalah laki-laki paling beruntung dan bahagia saat ini.

Gadis yang meski banyak orang bilang manja dan menyebalkan, tapi di mataku dia adalah gadis yang lucu dan menyenangkan.

Mungkin karena sejak kecil pergaulannya selalu diawasi oleh sang ayah, Nika tumbuh menjadi gadis dewasa yang terlalu polos untuk menilai sifat seseorang. Atau mungkin pada dasarnya dia memang gadis yang baik hati.

Teman-teman bodohnya itu selalu memanfaatkannya, dan dengan mudahnya dia selalu percaya. Malam itu hampir saja aku kehilangannya, tapi beruntung Tuhan masih memihak padaku.

Aku tidak berani berekspetasi tinggi pada pernikahan ini, memiliki Nika di hidupku selamanya sudah lebih dari cukup.

Tapi, apakah dia juga mau hidup menua bersamaku ?

"Lo juga harusnya bersikap tegas, kan lo calon pemimpin !"

Calon pemimpin ? Apa maksudnya itu ? Apa dia sudah mulai bisa menerimaku sebagai pasangannya.

Jujur saja aku takut dia berubah pikiran setelah kejadian tadi siang di toko perhiasan, sampai aku tidak berselera makan dan gelisah menunggunya keluar kamar.

GIVE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang