N!TW---6: Tragedi

51 15 34
                                    

Pagi itu seperti biasa Angel, Flaya, dan Wanti sarapan tanpa Arka. Dia pun sudah berangkat ke Surabaya tanpa bertitip salam dengan anak-anaknya. Namun, ketika Angel menyuapkan nasi ke dalam mulutnya tiba- tiba ada yang menutup mata Angel dari belakang. Dia pun tahu, orang tersebut adalah Rayyan dia sudah datang untuk menjemput.

‘’Pagi Angel, Flaya, dan Tante,’’ ucap Rayyan setelah menghentikan aksinya kepada Angel lalu duduk di samping Angel.

‘’Pagi, Mas Rayyan. Mas Ray jemput Kak Angel? Flaya kapan dianterin juga?’’ tanya Flaya dengan senyum manisnya.

Mendengar pertanyaan itu, Rayyan tertawa lalu dia mengelus rambut hitam Flaya dengan lembut.

‘’Nanti, ya, kalau Mas Ray sudah lulus SMA,’’ celetuk Rayyan lalu tertawa lagi.

‘’Yah, nunggu tiga tahun, dong,’’ jawab Flaya lalu bersedakap dan memanyunkan bibirnya.

Reaksi Flaya membuat Rayyan semakin tertawa, masih dengan tangannya mengelus kepala anak itu. Rayyan beralih tersenyum kepada Flaya.

‘’Nanti kalau berangkat ngaji aku anterin, deh,’’ ucap Rayyan.

‘’Beneran, Mas?’’ tanya Flaya memastikan.

‘’Beneran,’’ jawab Rayyan.

‘’Terima kasih, Mas Ray. Flaya senang,’’ ucap Flaya, setelah berhambur ke pelukan Rayyan.

Mendapat pelukan dari adik bungsunya, Rayyan membalas pelukan tersebut dengan tertawa. Dia tidak menyangka sifat manja Angel menurun ke adiknya. Rayyan pun mengelus rambut Flaya dengan sayang sebagaimana dia lakukan kepada Angel.

Melihat adiknya memeluk Rayyan, tingkah usil Angel kambuh. Dia tertawa kecil seraya mencolek punggung Flaya, sedangkan sang empunya merasa risih hingga sesekali menggerutu.

‘’Flay, ngapain peluk kakak aku?’’ tanya Angel menggoda.

‘’Kakak aku juga,’’ sanggah Flaya masih memeluk Rayyan.

‘’Masa? Hanya kakak aku, kok. Memang kamu bertemu di mana?’’ tanya Angel.

Mendengar pertanyaan Angel, Flaya melepas pelukannya dengan Rayyan.

‘’Oh, ya. Di mana, ya, Mas?’’ tanya Flaya menatap Rayyan.

Ditatap seperti itu sama Flaya, Rayyan memandang Angel dengan heran. Melihat pandangan tersebut, Angel malah cekikikan.

‘’Takdir, Flay,’’ jawab Rayyan lalu beralih ke Angel.’’Ayo berangkat! Selesai belum, sarapannya?’’

‘’Sudah, Mas. yuk!’’ ajak Angel.

‘’Lho, nggak sarapan dulu, Ray?’’ sahut Wanti.

‘’Nggak, Tan. sudah sarapan tadi,’’ jawab Rayyan.

****

Akhirnya, usai dibantu naik motor oleh Wanti. Rayyan dan Angel berangkat ke sekolah. Namun, sesampainya di sana Angel dan Rayyan terkejut. Semua teman-temannya telah berbaris di halaman sekolah.

Mengetahui Angel dan Rayyan datang, Bu Bira, guru BK SMA Rimbun Jaya, menghampiri dan membantu Angel turun dari motor. Lantas, mereka langsung diperintahkan untuk berbaris. Angel pun demikian. Dia berdiri di samping Rayyan dengan wolkernya.

Setelah dipastikan semua berkumpul Bu Bira berdiri tegak di depan murid-muridnya. Setelah menghela napas beliau berbicara.

‘’Kemarin X IPS 1 telah melakukan pelanggaran berat, yaitu membolos saat pelajaran sejarah dengan guru pengampu Pak Sadam. Bukan hanya satu ataupun dua orang pula! Namun, satu kelas kompak! Tidak ada orang waktu itu,’’ ucap Bu Bira dengan tegas.

Not The WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang