Usai dibantu turun dari motor dan duduk berayun di tepi sungai, cukup lama mereka berdiam diri hingga akhirnya Danu memulai obrolan terlebih dahulu.
“Makin sejuk saja tempat ini, ya, Ngel?” tanya Danu.
“Iya, masih sama. Kamu gimana sudah ada orang lain?” tanya Angel balik.
“Orang lain … pacar, maksudmu?” kata Danu memastikan.
“Iya,” jawab Angel.
Mendengar hal itu Danu tertawa lalu setelah reda dia menatap Angel.
“Aku memang menolakmu. Namun, di hatiku nggak ada siapa pun. Jadi jangan berpikiran aku menolakmu karena mencintai orang lain, ya. Justru hal tersebut aku lakukan, karena ini memang yang terbaik untuk hubungan kita,” kata Danu lalu dia memandang air yang mengalir di depannya melewati bebatuan dan tumbuhan yang hijau itu.
“Aku nggak berpikiran sampai situ malah, Nu. Namun, kalimatmu yang terakhir adalah jawabannya,” sahut Angel.
“Iya, ngomong-ngomong berapa banyak cowok yang kamu tolak saat kamu masih mencintaiku?” tanya Danu tertawa kecil. “Kamu bukan cewek yang mudah percaya dan menerima orang lain soalnya. Krisna saja hebat menurutku bisa jadi sahabatmu.”
“Banyak banget nggak terhitung. Aku nolak mereka bukan karena sombong atau yang lain. Namun, aku mengerti mereka hanya penasaran. Kamu tahu Krisna sahabatku?” kata Angel sedikit terkejut.
“Nah ‘kan, benar dugaanku, tahu. Bahkan aku kaget. Dia juga tahu kalau aku cinta pertamamu,” jawab Danu. “Kamu cerita?”
Mengetahui hal tersebut Angel tertawa, sedikit geleng-geleng kepala karena ingat tingkah Krisna dahulu yang ingin tahu tentang Danu.
“Sebenarnya nggak cerita, sih. Namun, dia yang kepo,” jawab Angel setelah berhenti.
Akhirnya, mereka berdua berdiam diri kembali lalu Angel-lah yang sekarang memulai obrolan.
“Mau ngomong apalagi, Nu? Sudah mau sore soalnya,” tanya Angel.
“Aku boleh pasangin kalung liontin itu di lehermu sekali lagi?” pinta Danu lalu menoleh ke Angel.
Permintaan Danu diiyakan oleh Angel lalu Danu pun segera melepas kalung itu dari leher Angel dan memasangkannya kembali. Namun, secara tiba-tiba Danu memeluk tubuh Angel erat.
“Aku yakin kamu bisa jatuh cinta lagi selain sama aku,” kata Danu masih dengan posisi yang sama, bahkan sembari mengelus rambut Angel lembut.
Dipeluk seperti itu, Angel belum membalas. Namun, setelah Danu berkata demikian Angel mau membalasnya.
“Aku nggak tahu, Nu. Aku takut,” jawab Angel.
Jawaban Angel membuat Danu melepas pelukannya, kemudian dia menangkup wajah Angel dengan kedua tangannya.
“Brama mencintaimu, Ngel. Aku tahu itu,” ucap Danu.
Mendengar ucapan Danu, Angel menurunkan kedua tangan Danu dari pipinya, kemudian dia mengenggam erat hingga tak terasa air bening dari matanya itu jatuh.
“Menangis saja, Ngel. Aku tahu kamu,” jawab Danu.
“Aku takut menyakitinya, Nu. Sama yang aku lakukan ke kamu,” kata Angel.
“Siapa yang sakit, Angel? Aku bangga kenal dan dapat cinta yang tulus dari kamu,” sanggah Danu, berusaha memandang wajah Angel yang menunduk dan tidak menyangka Angel berpikiran sepanjang itu. “Tatap wajahku, Ngel?”
Masih dengan tersedu-sedu, Angel memberanikan diri menongakkan kepala lalu menatap wajah Danu sendu. Dia pun memaksakan senyumannya. Dipandang seperti itu, Danu menggeleng lembut dan tak terasa air matanya juga jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not The Wrong
Ficción General"Oh, jadi kamu minta tolong sama Brama juga? Dasar cewek sana-sini mau," ejek Ake sesekali tertawa. "Terus, mau adegan romantis lagi seperti di drama-drama Korea. Ya, mana bisa? Brama tadi sebenarnya jijik dengan adegan itu. Iya 'kan, Bram?" tanya N...