‘’Kamu mempunyai kesalahan dengan Angel. Namun, kamu merasa paling sempurna. Ingat?’’ tanya Abit dengan tatapan yang masih sama.
Deg!
Mendadak kata-kata Abit membuat Brama teringat waktu itu saat SMP tepat di depan gerbang bersama Abit juga. Brama merendahkan Angel dengan kekurangannya. Memang, Angel memiliki wajah sangat cantik dan cerdas. Namun, bagi Brama … cantik dan cerdas, buat apa kalau cacat? Bisanya hanya maluin-maluin saja, apa-apa tidak bisa sendiri, harus dibantu dan merepotkan orang lain. Hal yang membuat Brama tak habis pikir, dia mengatakan orang cacat berbeda dunianya dengan orang normal. Sombongnya Brama. Dia tidak sadar bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan.
‘’Ah, itu?’’ jawab Brama, dengan sedikit mendesah.
‘’Apakah kamu sudah minta maaf? Drama sekali kamu nolongin Angel ketika pingsan. Pengecut mana antara aku dan kamu atau kita malah setara?’’ tanya Abit dia sedikit tertawa kecil.
Ucapan Abit membuat Brama menelan ludah, tidak habis pikir sebelum Brama berkata lebih dahulu. Kalimatnya telah disanggah mentah-mentah oleh Abit.
‘’Namun, tetap saja yang kamu lakukan itu salah Abit!’’ seru Brama.
‘’Aku tahu itu salah. Namun, aku mengakui. Tidak seperti kamu, sok baik tetapi nyatanya menutupi kesalahan sendiri,’’ jawab Abit.
‘’Aku berkata benar, memang Angel seperti itu,’’ sanggah Brama.
‘’Oh, ternyata kamu benar-benar orang sempurna, ya, Bram? Semoga kamu segera meminta maaf sebelum semuanya terlambat,’’ kata Abit.
‘’Aku akan melakukannya jika itu sudah tepat waktunya. Ini urusanku Abit, bukan urusanmu!’’ bentak Brama dia mulai tidak sabar dengan Abit.
Respons Brama membuat Abit terbahak. Brama memang cowok yang sok manis, tetapi takut mengakui kesalahannya. Kesalahan yang mungkin sebagian orang sepele tetapi nyatanya itu sungguh keterlaun---lebih yang Abit perbuat kepada Angel secara terang-terangan.
‘’Bercermin dulu saja, Bram, sebelum memberi cermin kepada orang lain. Aku mau tahu apa dramamu selanjutnya untuk menutupi kesalahan tersebut,’’ gumam Abit.
‘’Aku nggak menutupi, tetapi aku belum siap mengakuinya,’’ sanggah Brama.
‘’Hati-hati, Brama. Terkadang perkataan itu lebih sulit dimaafkan daripada perbuatan,’’ ucap Abit mengingatkan Brama.Brama pun ingin menyanggah lagi perkataan Abit. Namun, sebelum itu terjadi tiba-tiba dia dipanggil oleh seorang cewek.
‘’Brama Ar-Bara, benar ini kamu?’’ tanya cewek tersebut setelah berdiri di hadapan Brama.
‘’Iya, saya sendiri. Kamu siapa?’’ tanya Brama heran.
Mendengar jawaban Brama, cewek itu memberi map berwarna kuning kepada Brama. Usai Brama menerimanya, dia bingung.
‘’Aku Handa Paramita, siswi SMAN Darma Raya jurusan IPA 1 kelas X. Sesuai kesepakatan sekolah kita, kamu menjadi perwakilan olimpiade sosiologi bersama Angelika Mentari. Mohon ke ruang guru sekarang. Oh, ya. Di sini ada yang bernama Abit Reyhan?’’ tanya Handa.
Mendengar ucapan itu, Abit langsung saja beranjak ke ruang guru tanpa mempedulikan Handa dan Brama yang masih berdiri berhadapan di situ. Mengetahui tingkah Abit, Handa bingung.
‘’Dia Abit Reyhan, kah?’’ tanya Handa kepada Brama.
‘’Iya. Aku ke rung guru dulu. Terima kasih,’’ ucap Brama.
Namun, baru beberapa langkah, tangan kanan Brama dicekal oleh Handa. Saat Brama menoleh tak sengaja mereka saling berpandangan. Handa pun tiba-tiba merasakan jantungnya berdegub begitu pula Brama. Namun, ketika Brama menyadari hal tersebut, dia melepas cekalan Handa dan memundurkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not The Wrong
General Fiction"Oh, jadi kamu minta tolong sama Brama juga? Dasar cewek sana-sini mau," ejek Ake sesekali tertawa. "Terus, mau adegan romantis lagi seperti di drama-drama Korea. Ya, mana bisa? Brama tadi sebenarnya jijik dengan adegan itu. Iya 'kan, Bram?" tanya N...