N!TW---16: Dengan Danu

48 19 78
                                    

Sementara itu, Angel setelah berganti baju dan makan siang dia mengobrol dengan Wanti di ruang tamu. Mereka mengobrol tentang kepergiannya ke luar kota. Angel pun hanya mendengarkan penuturan sang mama dengan baik.

“Kita di sana sampai kamu naik ke kelas sebelas, ya,” ucap Wanti. “Kamu ujiannya jarak jauh.”

Mendengar hal tersebut, Angel mendengkus kesal.

“Ma, Angel mau olimpiade. Masa iya harus belajar jarak jauh juga? Meski memang kelas sebelas mulainya,” protes Angel.

Protesnya Angel membuat Wanti menghela napas dan mengelus rambut hitamnya lembut, beliau pun juga tersenyum.

“Mama butuh tempat lain untuk memikirkan semuanya, Ngel. Mengerti Mama, ya,” kata Wanti.

“Oke, Ma. Angel mau ke kamar dulu, ya,” pamit Angel. “Oh, ya, Ma. Angel minta izin mau keluar sama Danu, boleh?”

Mendengar nama Danu, mata Wanti menyipit.

“Danu, cinta pertama kamu?” tanya Wanti.

“Iya, dia ingin bicara denganku. Namun, dia nggak jemput ke sini. Aku mau naik taksi saja,” jawab Angel.

“Jangan berharap lagi dengan Danu, Ngel,” ucap Wanti. “Oke, Mama izinin. Namun, hati-hati dan jangan sampai magrib.”

Setelah Wanti berkata demikian, Angel mengangguk lalu dia benar-benar pergi ke kamarnya.

*****

Dalam kamarnya Angel duduk berayun di tepi kasur, sesekali mengusap wajahnya kasar. Angel tak habis pikir, mamanya benar-benar ingin pisah rumah terlebih dahulu dengan papanya untuk mengambil keputusan dengan baik.

Namun, saat dia masih memikirkan hal tersebut. Tiba-tiba handphone-nya berdering ternyata pesan dari nomor baru. Angel pun langsung membuka WhatsApp. Ternyata pesan tersebut dari Danu. Usai menamainya, Angel bergegas membalas.

Danu

( Nanti jam satu siang ya. Ini Danu, aku jemput atu berangkat sendiri? )

Angel

( Oke, aku naik taksi Nu. Kita mau ( ketemuan di mana? )

Danu

( Di kafe Narayan, kamu bawa wolker? Nanti beritahu ya, biar aku jemput di depan )

Angel

( Iya, sampai nanti ya )

Akhirnya, pesan tersebut hanya dibaca oleh Danu. Usai meletakkan handphone-nya di kasur, Angel bergegas pergi ke toilet untuk mengambil wudu dan salat zuhur. Selesai melaksanakannya, dia langsung bersiap-siap untuk pergi.

*****

Tiba di depan kafe Narayan, sopir taksinya membantu Angel turun dan mengambilkan wolker di bagasi taksi. Hingga beberapa menit kemudian, Danu datang dengan senyum manisnya.

Danu pun ingin berjalan di belakang Angel untuk menjaganya biar tidak jatuh. Namun, dia menolak. Seperti biasa Angel meminta Danu agar berjalan di depan dan akhirnya, dia berjalan di samping Angel.

“Ngel, mengapa menurutmu cowok itu menjaga, kok, di samping? Kamu nggak berubah, ya. Selalu menghormati cowok dengan caramu yang unik,” kata Danu sembari berjalan beriringan memasuki kafe dengan Angel.

Perkataan Danu membuat Angel tersenyum.

“Bagiku manusia yang bernama cowok itu sangat sabar Nu, dia sigap disegala arah. Kenapa di samping? Ya, memang itu titik yang tepat selain di depan, karena kalau di belakang. Masa iya yang mimpin cewek? Nggak mungkin ‘kan kita akan menghilangkan harga diri seorang cowok hanya karena posisi? Toh, kita sebagai cewek ditakdirkan menjadi makmum. Makmun yang mengingatkan dan mengkutinya kemana pun dia berada. Kecuali  jika dia sudah nggak sanggup menjadi pemimpin, boleh, kok, kita memimpin diri sendiri lagi dengan melepaskan secara ikhlas,” kata Angel.

Not The WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang