Di ruangan guru pun Angel fokus menandatangani setumpuk berkas buat mengikuti olimpiade sosiologi. Dia dipasangkan dengan Brama untuk berkompetisi di SMAN Darma Raya, lain dengan Krisna yang ngedumel duduk di sampingnya. Meskipun tangannya sibuk menandatangani berkas, suara Krisna tetap nyaring di gendang telinga Angel.
Akhirnya, saat berkas Angel tinggal selembar dia tandatangani, langsung saja Angel meletakkan bolpoinnnya di atas kertas tersebut lalu menoleh ke Krisna. Dia pun bertopang dagu dengan menatap sahabatnya itu.
Sadar ditatap Angel, Krisna pun berhenti, baik suara nyaringnya dan tangannya.
‘’Kalau nggak natap seperti itu bisa, Ngel?’’ tanya Krisna, kemudian dia menghela napas.
‘’Kenapa?’’ tanya Angel.
‘’Sok imut,’’ ledek Krisna.
‘’Memang imut. Siapa yang bilang sok?’’ sanggah Angel. ’’Lagian ngapain ngedumel kayak lebah?’’
Mendengar ucapan Angel, Krisna pun langsung menatap Angel.
‘’Kamu nggak tahu bagaimana perasaanku, Ngel. Sebagai murid teladan yang suka tidur saat pelajaran ekonomi, masa iya disuruh olimpiade ekonomi? Dengan Nadinia pula! ‘Kan aku sama dia nggak pernah akur,’’ jawab Krisna dengan nada memelas.
Perkataan Krisna membuat Angel tertawa. Krisna yang ditertawakan langsung menjitak kepala Angel. Empunya pun hanya mengaduh dan mengelus kepalanya yang sedikit sakit. Krisna memang sahabat yang sering kejam. Namun, untung Angel sayang.
‘’Justru ini awal perdamaian kalian. Kalian itu menurutku bukan nggak akur, kok, Kris. Namun, kesannya malah menunjukkan perhatian satu sama lain dengan cara yang berbeda,’’ ledek Angel setelah selesai mengelus kepalanya.
Sanggahan Angel membuat Krisna tertawa kecil lalu dia pun kembali menjalankan kegiatannya, sementara Angel yang mendapat respons tersebut cuma mendengkus kesal. Lantas, Angel juga menyelesaikan kegiatannya yang tinggal selembar tadi.
*****
Usai dari ruang guru, Angel bermaksud pergi ke kantin. Namun, dia melihat Abit yang berdiri dengan memberi tanda hormat kepada bendera Merah Putih. Mengetahui hal tersebut, Angel berbalik badan ke UKS, dia berniat mengambil sebotol air putih untuk Abit.
Akhirnya, Angel pun telah mendapatkannya lalu dia berjalan pelan dengan wolker untuk menghampiri Abit. Abit sebenarnya tahu, tetapi dia tidak memedulikannya.
Sesampai di depan Abit, Angel memberikan kantong plastik putih untuk Abit. Dia belum menerimanya, masih memandang kantong plastik yang menggantung di depan wajahnya itu. Kantong itu berisi sebotol air mineral.
‘’Buat kamu, Abit,’’ ucap Angel masih dengan posisi yang sama.
‘’Apa ini, Ngel?’’ tanya Abit.
‘’Minum. Tapi maaf, ya, pakai plastik. Aku nggak bisa bukain kayak di flm-flm. Ambil sendiri, ya? Di dalam,’’ jawab Angel.
Perkataan Angel membuat Abit tertawa kecil. Dia pun menerima plastik itu.
‘’Terima kasih,’’ jawab Abit lalu dia mengambil botol itu dan membuka tutupnya.
Setelah diterima oleh Abit, Angel beralih berdiri di samping Abit. Abit pun tertegun melihat tingkah Angel.
‘’Kamu ngapain?’’ tanya Abit lalu dia meneguk air mineral itu. Kantong plastik tadi sudah Abit lempar ke tempat sampah tak jauh dari situ.
‘’Menemanimu. Kenapa dihukum? Hormat bendera lagi,’’ kata Angel.
‘’Bertanggung jawab atas kesalahan. Aku bersalah padamu. Bu Bira tadi mengajak diskusi aku, aku pun mengaku salah. Salah karena aku menyakiti kamu, tetapi aku hanya ingin menguatkan mentalmu. Aku juga bersyukur, yang aku bully itu kamu bukan orang lain. Dan bertanggung jawab atas kesalahan tersebut bukan sebuah perlakuan yang memalukan ‘kan?’’ tanya Abit. Dia pun tersenyum setelah meminumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not The Wrong
Художественная проза"Oh, jadi kamu minta tolong sama Brama juga? Dasar cewek sana-sini mau," ejek Ake sesekali tertawa. "Terus, mau adegan romantis lagi seperti di drama-drama Korea. Ya, mana bisa? Brama tadi sebenarnya jijik dengan adegan itu. Iya 'kan, Bram?" tanya N...