Episode 14

17 1 0
                                        

Dari hari pertama hanna berada di rumah sakit taehyung selalu ada, walaupun tidak dari dekat tapi taehyung selalu ada di rumah sakit bahkan sampai larut malam.

Hatinya begitu sangat lega saat mendengar hanna siuman, taehyung menangis sesenggukan karena wanita yang ia khawatirkan selama ini dapat melewati maut. Sungguh taehyung berjanji pada dirinya sendiri apabila nyawa hanna tidak tertolong ia bahkan berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Hati taehyung selalu teriris saat melihat hanna terbaring dengan tak berdaya. Tak hentinya taehyung menyalahkan diri saat melihat hanna dari kejauhan.

Bahkan pada saat di mana taehyung menerima surat resmi perceraiannya dengan hanna, tubuhnya tiba-tiba melemas, tenaganya hilang, air mata yang seakan tidak bisa ia tahan.

"Haruskah aku melupakanmu hanna ?." Lirih taehyung di balik kaca ruang rawat hanna.
.
.
.
Hanna tengah berjalan-jalan hari itu tak sengaja ia bertemu dengan eomma taehyung yang sedang berbelanja.
"Hanna ?." Sapa eomma taehyung.
"O eomma-ni."
"Kau sudah membaik nak ?."
"Nee eomma-ni."
Hanna pun mencari tempat yang nyaman untuk sekedar mengobrol dengan eomma taehyung.
"Bagaimana kabarmu hanna ?."
"Aku baik eomma-ni, bagaimana denganmu ?."
"Seperti yang kau lihat nak, aku masih seperti ini."
"Semenjak perpisahan mu dengan taehyung eomma seperti kehilangan anak eomma sendiri nak."
Hanna hanya diam seraya mengusap lembut tangan eomma taehyung.
"Eomma selalu berdoa agar ada keajaiban untuk kalian bisa kembali bersama lagi."
"Joesonghamnida eomma-ni."
"Kau tidak perlu meminta maap nak, pilihanmu sudah sangat tepat, eomma akan berusaha mengerti walau butuh waktu yang tidak lama."
"Terimakasih eomma untuk pengertianmu, eomma ada yang membuatku penasaran tentang taehyung."
"Tanyakanlah nak, apa itu ?."
"Apa dia benar-benar tidak peduli padaku ? Dia bahkan tidak pernah menjengukku di rumah sakit."
"Apa maksudmu nak ? Taehyung selalu pergi ke rumah sakit setiap hari, dia selalu pulang larut malam."
"Mwo ?."
.
.
Di perjalanan pulang hanna terus memikirkan ucapan eomma taehyung.
"Dia selalu pergi ke rumah sakit setiap hari dan pulang larut malam."
Ucapan eomma taehyung selalu teringat di pikiran hanna.
.
.
Hanna pun tanpa ragu menanyakan kebenaran tersebut pada eomma kim.
"Eomma katakan apa benar taehyung selalu datang ke rumah sakit ? Kenapa aku tidak pernah melihatnya ? Eomma bilang dia tidak pernah datang sekalipun menjengukku ? Apa eomma bohong padaku ?." Tanya hanna seraya air matanya mengalir di pipi.
"Hanna tenanglah nak, kau baru saja sembuh."
"Katakan eomma, aku ingin mendengar kejujuranmu sekarang."
"Baiklah."
Eomma kim mendekat ke arah hanna lalu berbicara dengan lembut tentang kebenaran yang ada.
"Memang benar taehyung selalu datang menjenguk mu setiap hari, eomma melarangnya untuk menemui mu karena eomma tidak ingin hal buruk terus menimpa mu nak."
"Seharusnya eomma mengatakannya padaku, aku sangat membencinya saat tahu dia tidak pernah datang menjengukku di rumah sakit, apa surat cerai itu juga akal-akalan eomma ?."
"Tidak nak, eomma mengatakan yang sebenarnya, taehyung sendiri yang menanda tanganinya saat dia meminta pertolongan untuk menemukanmu."
"Dia pasti menyalahkan dirinya sendiri selama ini eomma."
"Hanna dengar, kau tidak perlu mengkhawatirkan taehyung lagi, sekarang pikirkan saja masa depanmu."
"Bolehkah aku menemui taehyung eomma ? Ku mohon, aku ingin tahu keadaannya sekarang."
Eomma kim diam sejenak lalu mengusap lembut rambut hanna.
"Pergilah nak, selesaikan urusan hatimu dengan dia, lagi pula eomma tidak bisa terus melarang kalian bertemu, tapi dengan satu syarat."
"Apa itu eomma ?."
"Selalu laporkan keberadaan mu di mana pun kepada eomma, eomma tidak ingin kejadian yang sudah terulang lagi."
"Eomma tenang saja, setelah kepergian hyejin ku rasa semuanya akan membaik."
"Kau benar nak, walaupun eomma merasa tenang dengan kepergiannya tapi hati eomma selalu teriris saat mengingat betapa nekatnya dia mengakhiri hidupnya sendiri."
"Aku pun merasa bersalah eomma dengan apa yang hyejin lakukan."
"Tidak nak, ini bukan salahmu, kau pun korban di sini, yang harusnya di salahkan di sini adalah taehyung."
"Tidak eomma, aku dan taehyung yang bersepakat untuk menjalani pernikahan itu, kami pikir semuanya akan berjalan seperti yang di rencanakan, namun semuanya hancur saat perasaan kami ikut terlibat."
"Sudahlah nak, lupakan semuanya, eomma tidak ingin kau selalu menyalahkan diri, selesaikan masalahmu dan lanjutkan hidupmu."
"Baiklah eomma, terimakasih."
"Kembali kasih sayang, eomma sangat menyayangimu hanna."
"Aku juga eomma."
Hanna dan eomma kim saling berpelukan penuh kasih sayang.
.
.
.

Pagi itu hanna sudah berada di rumah sakit tempat ia di rawat dulu, hari ini adalah jadwal chek up nya dengan dokter.

Sembari berjalan hanna terus menerus mendengar ocehan dari eomma kim melalui telepon.

In call...
"Harusnya eomma mengantarmu hanna."
"Gwaencanha eomma, ini tidak akan lama."
"Apa eomma panggil jimin untuk menemanimu hari ini ?."
"Tidak usah eomma, lagi pula sepulang dari sini aku akan bertemu dengan dia."
"Benarkah ? Apa kalian sudah mulai berkencan ?."
"Sudahlah eomma, aku harus masuk ke ruangan."
"Baiklah nak, selalu kabari eomma."
"Nee."

Eomma kim jadi over protektif setelah apa yang di lalui hanna. Hanna sama sekali tidak merasa risih dengan sikap eomma kim, ia mengerti perasaan setiap orang tua yang mengkhawatirkan keadaan putrinya.

Hanna pun melanjutkan perjalanan, sekilas ia melihat sosok taehyung yang berada di rumah sakit.
"Kim taehyung." Gumam hanna yang dapat melihat jelas taehyung keluar dari ruangan dokter.

Pandangan hanna tertuju pada tempat yang baru saja taehyung tinggalkan.
"Poli kesehatan jiwa ? Apa yang dia lakukan di-, tidak ! Tidak mungkin dia-,".

Hanna tidak melepas pandangannya pada sosok taehyung yang semakin menjauh darinya. Dengan rasa bingung dan penasaran hanna memberanikan diri untuk menemui dokter tersebut.

Beberapa saat hanna hanya diam di depan pintu dengan segala pemikiran negatifnya. Kemudian pintu pun terbuka, seorang perawat pun keluar.
"Ada yang bisa kami bantu ?." Tanya sang perawat dengan sopan.
"A-aniyo, joesonghabnida." Hanna berniat pergi meninggalkan ruangan tersebut namun baru saja berbalik sang dokter menyuruhnya untuk masuk.
"Masuklah." Pinta sang dokter.
Dengan ragu hanna pun berjalan masuk dan duduk di hadapan dokter tersebut.
"Kau bisa menanyakan apa saja padaku."
"Laki-laki yang baru saja meninggalkan ruangan ini, a-apa dia pasienmu dok ?."
"Maksudmu kim taehyung ?."
"N-nee."
Dokter tersebut meneliti dengan seksama wajah hanna yang sedang kebingungan.
"Apa kau kim hanna ?."
"Bagaimana anda tahu namaku dok ?."
"Ternyata benar, taehyung ternyata benar kau sangat indah saat di lihat secara langsung."
"A-apa maksudmu dok ? Ada apa dengan taehyung ? Dia baik-baik saja kan dok ?."
"Tidak, dia tidak baik-baik saja, dia memiliki trauma yang cukup berat dan itu mengganggu pada kesehatan mentalnya, dia terus bermimpi buruk yang menyebabkan insomnia, dia terus menerus menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi padamu hanna-ssi, dia ingin mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya namun tidak bisa dan itu lagi-lagi membuat rasa bersalahnya semakin besar, selama 3 bulan ini dia menjalani pengobatan belum ada perubahan yang signifikan, aku semakin khawatir dengan kondisinya akhir-akhir ini."
Air mata hanna tiba-tiba menetes, ia tidak tahu bahwa selama ini taehyung menanggung penderitaannya sendiri tanpa ada yang menemaninya.
"Apa orang tuanya tahu tentang penyakitnya dok ?."
"Tidak, dia tidak ingin memberitahu mereka."
"Apa dia bisa sembuh dok ? Apa yang harus aku lakukan agar dia bisa sembuh ?."
"Terus berada di sampingnya dan yakinkan dia atas apa yang terjadi bukan kesalahannya, dia sangat butuh dukungan dari orang-orang terdekatnya, termasuk kau hanna."
Hanna tertunduk menangis saat mendengar penjelasan dari dokter tersebut.
"Tidak ada yang harus kau tangisi, saat ini beri dukungan untuknya agar dia bisa sembuh, ku rasa dia akan mendengarkan mu hanna."
"Bagaimana kau bisa seyakin itu dok, aku bahkan bukan dokter sepertimu."
"Aku tahu, tapi kau obat yang taehyung butuhkan saat ini."
.
.
Tubuh hanna seakan kehilangan tenaga untuk sekedar berjalan, air matanya tidak kunjung berhenti saat kakinya bersusah payah untuk berjalan.

Di sebrang sudah terlihat jimin yang sedang menunggu. Saat langkahnya sudah dekat dengan jimin tubuh hanna tiba-tiba saja ambruk.
"Hanna kau baik-baik saja ?."
Jimin membantu hanna untuk berdiri.
"Jimin-a-."
Hanna kembali menangis tersedu-sedu, tangisannya terdengar sangat menyakitkan oleh jimin.
Hanya pelukan yang bisa jimin berikan pada hanna.

Hanya pelukan yang bisa jimin berikan pada hanna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

My Secret HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang