Semua berawal dari sebuah perjodohan antara hanna dan taehyung. Sebuah pertemanan pun di pertaruhkan dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Hanna pun pulang setelah membantu jimin di apartemennya. "Terimakasih sudah mengantarku." Ujar hanna saat keluar dari mobil jimin. "Dengan senang hati hanna." . . Semula hanna menolak untuk di antarkan pulang oleh jimin namun jimin sedikit memaksa agar hanna mau di antar pulang olehnya. . . Taehyung yang sedari tadi sudah berada di rumah hanya memperhatikan dari balik jendela rumahnya, perasaan kesal dan marah taehyung rasakan seketika saat melihat keakraban hanna dan jimin. . . "Masuklah." "Nee." Hanna pun masuk ke dalam rumah. "Kau terlihat sangat gembira setelah seharian menghabiskan waktu dengan jimin." Ujar taehyung. "Kau sudah di rumah ?." "Jangan mengalihkan pembicaraanku." "Aku lelah, aku ingin istirahat." Hanna mengabaikan taehyung namun saat ingin naik ke kamarnya dengan sigap taehyung menahan tangan hanna. Tatapan taehyung seolah berbicara bahwa saat itu ia sedang di landa amarah yang luar biasa.
Taehyung menarik tangan hanna hingga tubuh hanna dan tubuhnya mendekat. Hanna tidak bisa menutupi rasa gugupnya saat berdekatan dengan taehyung.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"M-mwo ?." "Apa perlu aku gunakan bahasa tubuh agar kau mengerti perkataanku ?." "A-apa ma-maksudmu, lepaskan." Bukannya menjauh taehyung malah mendekatkan wajah nya pada hanna. "Ini peringatan terakhir dariku, berhenti bertemu dengannya, aku tidak suka kau dekat-dekat dengan orang itu." Hanna pun mendorong tubuh taehyung agar menjauh darinya. "I-itu bukan urusanmu, kau bilang sebelum pernikahan kita tidak boleh mencampuri kehidupan masing-masing, lalu apa yang kau lakukan sekarang, kau mencampuri kehidupanku, ah atau jangan-jangan kau cemburu padanya ?." Hanna malah melontarkan ledekan pada taehyung. "Atau kau juga menyukaiku ?." Hanna semakin menggoda taehyung dengan celotehan-celotehannya. "Eoh, aku menyukaimu." Ujar taehyung dengan tegas. Tidak ada keraguan ataupun candaan saat itu, wajah taehyung terlihat sangat serius. "Aiiissshhh aku hanya bercanda, kenapa wajahmu sangat serius." "Karena aku memang menyukaimu, kau benar aku cemburu melihatmu semakin dekat dengan jimin, aku selalu merasa gelisah saat tahu kau sedang bersama jimin, hatiku bahkan tidak tenang saat pertama kali hyejin mengenalkan dia padamu, aku takut kau tertarik padanya, setiap hari aku merasa gelisah saat kau tidak bersamaku, berulang kali aku mengabaikan perasaan ini namun semakin aku mengabaikannya semakin jelas terasa bahwa aku memang sudah menyukaimu." Hanna terdiam mendengar penjelasan dari taehyung. "Jangan lakukan itu, kau tidak seharusnya menyukaiku." "Tapi hanna-." "Taehyung-a, kau tahu alasanku menerima perjodohan ini bukan ? Pemikiran kita sama waktu itu, aku setuju dengan perkataanmu tentang menjalani kehidupan masing-masing setelah menikah, kau dan hyejin, aku dan kehidupanku, entah akan bertahan berapa lama namun aku sedikit lega mendengar perkataanmu dulu, hyejin temanku, aku tidak ingin menyakiti perasaannya, maka dari itu jangan pernah menyukaiku ku mohon." Hanna pun pergi menuju kamarnya meninggalkan taehyung yang masih diam mematung di tempatnya. . . Hanna termenung memikirkan kembali ucapan taehyung padanya. Walaupun tidak dapat hanna pungkiri ia pun memiliki perasaan yang sama dengan taehyung namun hanna memilih untuk memendamnya karena ia sudah terlalu banyak menyakiti perasaan hyejin, bahkan pernikahan yang ia jalani pun sudah sangat menyakiti hyejin bila dia tahu suatu saat nanti. . . Merenung adalah kata yang sempurna untuk taehyung, dengan segelas bir di tangannya taehyung terlihat sangat menikmatinya. "Apa perasaanku suatu kesalahan padamu hanna ?." Gumam taehyung seraya menenggak segelas bir di tangannya. . . Flasback on... Satu bulan sebelum kepulangannya, orang tua taehyung mengirimkan foto-foto hanna.