Really??

53 0 0
                                    

..................

Ini sudah hampir dua minggu berlalu semenjak kejadian di halte, dimana Edward bertemu dengan Alessa. Dan selama itu pula dia sudah tidak pernah bertemu dengan gadis yang ntah kenapa selalu memenuhi kepalanya. Ingin rasanya Edward meninggalkan semua pekerjaanya dan menemui Alessa. Edward mulai merasa jengah saat kedua orang tuanya dan anaknya tidak juga pulang dari acara liburan mereka. Sedangkan disini Edward harus kehilangan waktu bebasnya karna mengurus perusahaan sendiri.

Bahkan teman- teman Edward mulai perotes karna kelakuan Edward yang selalu menolak ikut ke club dengan alasan capek. Padahal biasanya Edward lah yang paling tidak bisa absen kalau soal club. Alhasil hari ini, Steven, Niko dan Rangga sengaja datang ke kantor Edward. Kalau sudah seperti ini, bisa dipastikan Edward tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaanya.

"Kerja boleh, tapi gk sampe lupa temen juga lah" sindir Steven

"Gue  juga gk mau kayak gini" jawab Edward sekenanya

"Untuk acara kantor minggu ini gimana?" Tanya Niko

"Bisa jangan bahas kerjaan dulu gk? Gue suntuk banget njir" Rangga memijat kepalanya pusing

"Lo tunggu undangan aja, lagian tahun ini gue gk ikut jadi penyelenggara. Sekali- kali gue pengen diundang" jelas Edward

Mereka bertiga pun setuju dengan ucapan Edward. Minggu ini memang akan diselenggarakan pesta besar- besaran. Hampir semua orang yang berpengaruh di dunia bisnis akan ada dalam acara itu. Tentu saja mereka ber empat tergabung dalam jajaran orang- orang penting tersebut.

"Gimana rasanya jadi dosen Stev?" Niko bertanya sambil berusaha menahan tawanya. Waktu Steven bercerita kalau dia diminta menggantikan bokapnya jadi dosen, Niko adalah orang yang tertawa paling keras mendengar itu.

"Udah bosen hidup lo!" Jelas Steven kesal dengan tatapan Niko yang seperti itu

"Lagian gue juga gk habis pikir, bisa- bisanya lo setuju" ujar Rangga sambil meneguk satu kaleng bir dihadapanya

"Apa salahnya sih? Lo semua ngeremehin gue banget" sinis Steven

"Emang moral lo cukup untuk jadi dosen?!" Ujar Edward

"Anjing lo!"

Edward, Niko dan Rangga tertawa puas melihat wajah kesal Steven. Karna Steven adalah orang yang paling emosian di antara mereka ber empat. Alhasil Edwar, Niko dan Rangga kerap kali memancing emosi Steven.

"Jangan bilang lo ngelakuin itu cuma karna adik kesayangan lo ngampus disana" Steven gengsi mengakui ucapan Edward, walau pun itu tidak sepenuhnya salah

"Gimana reaksi adek lo, waktu lo dikenalin sebagai anak dari mr. Sam?" Tanya Rangga penasaran

"Jelas dia kaget, yang dia tau gue adalah anak dari laki- laki yang dinikahi nyokapnya" jelas Steven sambil menampilkan senyum jahilnya

"Faktanya kan emang gitu" ujar Niko

"Yap! Tapi mr. Sam juga bokap gue sekarang" jawab Steven santai

"Gue gk tau hati lo selapang itu sampai bisa nganggep suami baru nyokap lo sebagai bokap lo juga" balas Edward

"Selama dia bikin nyokap gue bahagia, kenapa gue harus tentang" jawaban santai Steven, sedikit membuat teman- temanya kagum.

Dibalik sikap emosional Steven, dia memang termasuk orang yang akan lebih mementingkan kebahagiaan kedua orangtuanya dibandingkan dirinya. Bahkan Steven dengan santai menerima saat kedua orangtuanya memutuskan untuk bercerai. Steven selalu berkata 'gue gk masalah orang tua gue gk bareng lagi, yang penting mereka bahagia dan gk saling menyakiti'.

strawberry and ciggeratesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang