|SW 3| Makan Malam Keluarga

33.4K 1.3K 23
                                    

Halo teman-teman semuanya. Ketemu lagi dengan Arum di sini. Informasi bahwa cerita ini akan melakukan REPUBLISH ALIAS PUBLIKASI BERTAHAP. Untuk teman-teman semoga bisa berpartisipasi kembali dengan cara memberikan KOMEN, VOTE, DAN SHARE YA ♥️✌️

SELAMAT MEMBACA💜

*****

Takdir akan memberikan kita sebuah perjalanan, di mana kita akan memahami satu hal mengenai apa yang kita harapkan, belum tentu sesuai kenyataan. Lalu hal yang tidak kita harapkan justru menjadi hal yang tak pernah terlupakan. Begitulah cara takdir memberikan sebuah pembelajaran.

|Secret Wife|

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Anggap saja malam ini adalah malam kemenangan bagi mereka yang bahagia, tetapi tidak bagi Anindya. Perempuan yang baru saja tiba, langsung disambut oleh keluarganya yang tampak bahagia saat dirinya menerima sebuah luka. Semua anggota keluarga sudah duduk di meja makan milik keluarga Arsa. Sementara dirinya dan Arsa yang baru saja hadir terpaksa duduk bersebelahan karena itu adalah ruang mereka. Arsa menyuruh dirinya untuk terlihat bahagia. Namun, bagaimanapun perkataan dan permintaannya, yang bernama kecewa tidak bisa hilang dari raut wajah.

"Gimana, Nak, satu hari menjadi istri Arsa? Pasti capek sama bosan, ya? Harus nunggu dia kerja di dalam mobil?" tanya Vera yang merupakan ibunda dari Arsa. Wanita yang tadi sempat bersujud di hadapannya untuk menerima pernikahan sialan ini.

"Iya, Tante," balas Anin yang tampak canggung di tempatnya.

"Eh, kok, Tante, sih, Nak. Panggil mama, dong. Dia, 'kan, sudah jadi mertua kamu," sahut Anita berusaha memperingati anaknya.

Vera menolehkan kepala. Dia menatap sahabatnya yang terlihat menegur anaknya. "Udahlah, wajar aja. Namanya juga masih pertama jadi masih canggung, ya? Kalau panggil Tante dengan sebutan mama?" tanya Vera pada Anindya yang menganggukkan kepala ragu.

"Mulai sekarang panggil Tante Vera dengan sebutan mama, ya. Bunda enggak mau, loh, kamu panggil beliau tante," tegur Anita lagi pada anaknya.

"Iya, Bunda," balas Anindya kesal.

"Pengantin baru, kok, mukanya kesel, sih? Gara-gara Arsa sibuk kerja, ya?" tanya Farel memancing adiknya.

Anindya menahan umpatan. Dia tahu pertanyaan itu sengaja diberikan oleh sang abang, untuk menggoda dirinya. Kenapa, sih, satu hari saja abangnya tidak bisa jika tidak menganggu dirinya. Mungkin hidupnya tidak akan tenang kalau mereka tidak bertengkar.

"Ya, gimana, Bang, namanya juga kepala keluarga. Gue harus menjamin hidup adek lo bahagia, 'kan?" tanya Arsa tanpa disangka-sangka menyambar perkataan Farel.

"Bagus kalau gitu. Sabar-sabar aja, ya, adek gue bawel banget orangnya. Satu lagi dia keras kepala kalau dibilangin," ujar Farel seolah sengaja memancing amarah adiknya.

"Abang, gue timpuk pala lo pakai sepatu baru tahu rasa lo!" seru Anindya kesal setengah mati karena ulah Abangnya.

"Gue bercanda," sahut Farel sebelum adiknya benar-benar marah.

Suasana pun terdiam saat Anindya benar-benar kesal di tempatnya. Namun, perkataan dari seorang pria paruh baya berhasil membuat suasana dan perbincangan mereka menjadi hidup kembali.

"Arsa," panggil Baskoro pada menantunya.

"Iya, Yah?" jawab Arsa dengan sopan.

Baskoro menatap anak perempuannya, lalu beralih menatap Arsa yang sudah menjadi imam bagi anaknya. Jujur tak disangka Anindya menemukan jodohnya secepat ini di saat anaknya sedang menjalankan koas. Ketika jodoh sudah ada di depan mata, alangkah baiknya kita menyambutnya bukan? Menjalin hubungan dengan pria yang tidak serius hanya akan membuat putrinya sakit hati.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta |REPUBLISH) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang