Part 16

647 72 19
                                    

Semenjak singto hamil, krist menjadi overprotective, mereka bahkan selalu pulang sebelum jam kerja berakhir, itu krist lakukan agar singto tak terlalu lelah.

Setiap hari singto juga bekerja di ruangannya agar krist mudah memantau suaminya. Krist selalu ingin berada di dekat singto, dia juga masih sering merasakan mual dan pusing.

Kabar kehamilan singto sudah menyebar ke seluruh kantor, semua karyawan tahu itu, krist sengaja mengatakan itu agar tak ada yang menaruh perasaan lagi pada suaminya, ia juga berharap penggemar rahasia singto itu mendengar kabar itu dan memilih untuk berhenti.

"Dimana suami mu?" Tanya gun, kepada singto yang saat ini sedang duduk di depannya.

Saat ini singto dan gun sedang berada di kantin kantor karna sekarang adalah jam istirahat.

"Ke toilet tadi, sebentar lagi dia pasti ke sini" ucap singto sembari memakan makanannya.

"Apa aku boleh duduk disini?" Terdengar suara seorang pria sehingga membuat gun dan singto menoleh ke arah pria tersebut.

"Masih banyak kursi yang kosong" ucap gun.

"Aku hanya tak suka makan sendiri" ucap poon.

"Silakan duduk" ucap singto.

Poon duduk di samping singto sehingga membuat gun menatap aneh, tentu saja, mereka bahkan tak saling mengenal sebelumnya kenapa dia meminta untuk bergabung bersama mereka?

"Apa kamu benar-benar tak keberatan aku duduk disini, sing?" Ucap poon kepada singto sehingga membuat gun sedikit terkejut mendengarnya.

Ayolah semua orang tahu jika singto adalah suami pemilik perusahaan kenapa pria itu sangat berani memanggil singto dengan hanya namanya saja?

"Tentu tidak" ucap singto sambil tersenyum manis.

"Apa kamu mau?" Ucap poon sembari memberikan sebatang coklat yang di bawanya tadi.

"Untuk ku?" Ucap singto bingung.

"Ya, aku sengaja membeli ini untuk mu" ucap poon.

"Terima kasih" ucap singto sembari menerima coklat tersebut.

"Dan ini untuk jenny" ucap poon sembari memberikan paperbag kecil yang sedari tadi di pegangnya.

"Kenapa kamu tak memberikan padanya langsung?" Tanya singto.

"Aku belum ada waktu untuk menemuinya ke sekolahnya" ucap poon.

"Kalian saling mengenal?" Ucap gun yang akhirnya mengeluarkan suaranya.

"T-tidak terlalu" ucap singto.

"Ya, aku sangat mengenal singto" ucap poon.

Singto tersenyum bingung ke arah poon, sejak kapan mereka saling mengenal?

"Oh, setidaknya jaga jarak dengan suami orang" sindir gun sembari meminum minumannya yang sedari tadi di abaikannya.

"Aku hanya ingin berteman dengan singto" ucap poon.

"Sing, ayo pergi" ucap krist yang tiba-tiba ada di dekat mereka.

Singto hanya mengangguk, ia ingin beranjak dari duduknya namun poon malah memegang tangannya sehingga membuat singto tak jadi beranjak.

*Bughh... Satu pukulan mendarat di pipi poon dari krist. Semua tatapan karyawan yang kebetulan berada di kantin tertuju ke arah mereka. Semuanya terkejut saat melihat atasan mereka memukul poon.

"Berani sekali kamu menyentuh suami ku!" Ucap krist kesal.

"Maaf, tuan. Saya hanya ingin mengingatkan singto agar membawa coklat ini" ucap poon sembari memberikan coklat tadi kepada singto.

Poon seakan tak merasakan sakit di pipinya yang baru saja di pukul oleh krist.

"Phi krist benar-benar keterlaluan, tak perlu memukulnya, phi" ucap singto yang masih terkejut saat melihat itu, apa lagi tepi bibir poon terluka dan mengeluarkan darah sekarang.

Krist tak menghiraukan itu, ia menggenggam tangan kanan singto dan membawa singto pergi dari sana namun sebelum itu poon memegang tangan kiri singto dan menyimpan coklatnya sehingga membuat singto terpaksa membawa coklat itu di tangannya.

"Phi krist, jangan marah" ucap singto, saat ini krist dan singto sudah berada di ruangan krist.

"Aku benar-benar akan memecatnya nanti!" Ucap krist emosi.

Singto hanya diam tak menjawab, tanpa sengaja tatapan krist terarah ke arah coklat yang sedang di pegang singto.

"Kenapa kamu membawa coklat itu, sing!!" Ucap krist.

"Aku tak menemukan tempat sampah, itu sebabnya aku membawanya" ucap singto.

"Buang itu!" Ucap krist.

Singto melihat coklat yang di pegangnya, ia membuka bungkus coklat tersebut lalu memakannya sehingga membuat krist menatap tak percaya.

*Cup... Singto mencium bibir krist, ia membagi coklatnya melalui mulut sehingga membuat krist dapat merasakan manis dari coklat itu, keduanya saling melumat sambil memejamkan mata mereka, cukup lama keduanya berciuman, kini singto mengakhiri ciuman mereka.

"Jangan marah lagi" ucap singto.

"Aku tak marah, aku hanya cemburu, dia seperti terang-terangan ingin merebut mu dari ku" ucap krist.

"Percaya pada ku jika aku tak akan bisa menatap pria lain lagi selain phi" ucap singto.

"Aku hanya takut, kamu dan calon anak kita di rebut orang lain" ucap krist sembari memeluk tubuh singto.

"Aku bukan anak kecil yang semudah itu bisa di ambil oleh orang lain, percaya pada ku, phi. Aku hanya ingin phi krist dalam hidup ku" ucap singto.

"Berjanjilah jika kamu tak akan meninggalkan ku" gumam krist.

"Aku berjanji, phi" ucap singto sembari membalas pelukan krist.

















Tbc.

Possessive Boss ✓Where stories live. Discover now