Beberapa bulan berlalu, hari ini singto tengah berjuang di ruang operasi untuk melahirkan bayinya dengan di temani oleh krist tentunya.
Terdengar suara bayi menangis membuat singto dan krist menatap ke arah sang dokter.
Krist tersenyum bahagia, ia mengecup kening singto saat melihat anaknya.
"Terima kasih, terima kasih banyak, sayang" ucap krist.
Singto tersenyum senang menatap bayi mereka.
Beberapa jam kemudian ranjang singto di dorong keluar dari ruang operasi, singto di pindahkan ke ruang perawatan sedangkan bayi mereka di bawa oleh suster ke ruang bayi.
"Mana keponakan ku?" Ucap jenny yang baru saja tiba di ruangan singto di rawat.
"Masih bersama suster" ucap krist sembari mengusap rambut jenny.
"Aku tak menyangka jika sepupu ku sudah memiliki satu orang anak sedangkan aku masih seperti ini, tak ada perubahan dalam hidup ku" ucap Alice.
"Itu sebabnya segera menikah" ucap krist sambil tersenyum bangga.
"Apa jenis kelaminnya, phi?" Tanya jenny.
"Apa, sing?" Tanya krist pada singto.
"Aku juga tak tahu, kenapa phi tak bertanya sendiri tadi saat di ruang operasi!!" Ucap singto kesal.
Saat singto melakukan USG krist dan singto memang sepakat untuk tidak ingin tahu jenis kelamin bayinya.
"Aku lupa, aku terlalu bahagia dan terlalu memperhatikan mu sehingga mengabaikan anak kita" ucap krist.
"Kasian, baru lahir saja sudah di abaikan" gumam alice.
Pintu ruangan terbuka, suster masuk sembari mendorong box bayi.
"Apa ini anak ku, sus?" Tanya krist.
"Iya, tuan. Sekarang waktunya melakukan skin to skin dengan papanya" ucap suster.
"Apa jenis kelaminnya, sus?" Tanya singto.
Terdengar bodoh memang, harusnya mereka tahu jenis kelamin anak mereka sejak di ruang operasi tadi.
"Laki-laki, tuan" ucap suster.
"Yes!? Aku mempunyai jagoan kecil!?" Ucap krist bahagia.
"Buka baju tuan. Aku ingin meletakan bayinya di dada tuan" ucap suster kepada singto sehingga membuat krist terkejut mendengarnya.
"Apa maksudnya!?" Tanya krist.
"Phi cukup diam dan lihat!" Ucap singto.
"Ini bertujuan agar bayinya hangat dan bisa mengenali papanya, itu juga bermanfaat untuk menstabilkan detak jantung, membuat bayi tidur lebih nyenyak dan melindungi bayi dari infeksi" ucap suster kepada krist.
"Kenapa harus di dada suami ku!? Kamu bisa meletakannya di dada ku" ucap krist.
"Phi krist" ucap singto.
"Sayang, tolong... Walau kita sudah memiliki anak, dada mu tetap hanya untuk ku" ucap krist.
"Baiklah jika tuan ingin" ucap suster.
Krist naik ke ranjang dan duduk di samping singto. Ia membuka bajunya, setelah itu suster memberikan bayinya pada krist.
"Kamu sangat keterlaluan, krist" ucap alice, setelah suster keluar dari sana.
"Walau aku sangat mencintai anak ku, tapi aku tetap tak ingin berbagi suami ku dengan anak ku" ucap krist.
"Dia juga anak ku, phi!" Ucap singto.
"Iya, sayang. Anak kita. Ku harap anak kita tak akan membuat rasa cinta mu pada ku berkurang" ucap krist sambil cemberut.
"Itu tidak akan!" Ucap singto.
Krist mengusap rambut singto sembari mengusap punggung anaknya.
"Kalian berdua harta berharga ku, aku sangat mencintai kalian dan benar-benar akan membunuh siapapun yang berani merusak kebahagiaan kita" ucap krist sembari menggenggam tangan singto, ia mengecup punggung tangan singto sambil tersenyum.
"Aku juga mencintai phi krist, tak akan ada yang berani merusak itu, phi" ucap singto.
Krist dan singto terlalu larut dengan kebahagiaan mereka sehingga mengabaikan alice dan jenny yang masih berada di dekat mereka.
.
.
.
.
.
Setelah melahirkan singto berhenti bekerja di kantor, ia fokus untuk memperhatikan tumbuh kembang bayinya walau sebenarnya ia tak begitu sibuk.Krist mempekerjakan dua orang baby sitter untuk membantu singto mengurus anaknya. Apa lagi ini anak pertama mereka, jelas krist ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan sebisa mungkin memanjakan singto agar tak mengalami baby blues.
"Aku pulang" ucap krist kepada singto yang tengah menidurkan anaknya di box bayinya.
"Mandi dulu, phi" ucap singto.
"Apa axel sudah tidur?" Tanya krist.
"Ya" ucap singto sembari mengusap kening anaknya.
Krist masih betah memeluk tubuh singto dari belakang sembari memperhatikan anaknya yang terlelap tidur.
"Mandi, phi. Phi bau keringat" ucap singto.
"Sebentar saja" ucap krist sembari menghirup aroma tubuh singto.
Singto memegang tangan krist di perutnya dan mengubah posisinya menghadap krist.
"Aku mencintai mu" ucap krist.
"Aku juga sangat mencintai phi krist" ucap singto.
"Apa kamu lelah mengasuh axel?" Tanya krist.
"Tidak, aku tak melakukan apapun seharian ini, tak perlu khawatir" ucap singto.
"Aku hanya tak mau kamu kelelahan" ucap krist.
"Bagaimana dengan phi? Apa lelah harus bekerja sendiri tanpa sekretaris?" Ucap singto.
"Jika di kantor aku merasa lelah tapi saat pulang lelah itu hilang apa lagi saat melihat mu dan axel" ucap krist.
"Baiklah, aku akan memberi phi hadiah karna sudah bekerja keras seharian ini" ucap singto sembari mengalungkan tangannya di leher krist.
"Mau mandi bersama daddy?" Bisik singto di depan bibir krist.
Krist tak menjawab namun ia langsung menggendong singto ala koala membawa singto ke dalam kamar mandi.
Ending.
Makasih buat yang setia baca dari awal sampai akhir, makasih juga udah rajin vote dan komen, ceritanya berakhir sampai disini, sampai jumpa di cerita berikutnya, byeee😚
YOU ARE READING
Possessive Boss ✓
FanfictionDingin, menyebalkan, semua orang selalu salah di mata seorang krist perawat, atasan singto di kantor. Namun bodohnya singto tetap bertahan dengan bos menyebalkannya itu. Bxb, mature content, m-preg, krist seme, singto uke(!)