4

11.5K 438 10
                                    

Sarapan pagi di rumah Mama Yati dan Papa Aron selalu penuh kehangatan, seperti biasanya. Suara ceria Nabila menambah keharmonisan keluarga itu, ditambah sifat usil dari rony yang suka mengganggu nabila membuat suasana dirmah itu terasa ramai.

"Pah, lihat abang, pah!" adu Nabila pada Papa Aron dengan nada manja.

"Abang, jangan gitu lah, bang," balas Papa Aron.

"Udah punya anak juga, tapi isengnya gak ilang-ilang," gerutu Nabila dengan tatapan penuh kesal pada rony. yang ditatap justru memberikan cengiran andalannya

"Bang, nanti malam kita makan malam sama temannya Papa." Mama Yati memecah suasana dengan nada serius. "Kali ini Mama gak mau denger alasan apapun, Mama mau kamu menikah dengan anak teman Papa itu."

"Mah, gak bisa gitu lah," keluh Rony sambil memandang Mama Yati dengan penuh rasa putus asa.

"Bang, coba kenalan dulu sama anak teman Papa itu. Nanti terserah abang mau bagaimana. Papa aron berusaha menengahi dengan sabar.

"Iyaa, pah."  jawab rony dengan pasrah.

"siapa nama anak teman papa itu ?" pertanyaan ini keluar dari mulut nabila, rasa penasarannnya lebih besar dibandingkan rony selaku tokoh utama.

"Salma Salsabil." jawab mama yati

"Whaaat... Salma Salsabil? Yang model itu, mah?" tanya Nabila dengan mata berbinar-binar penuh semangat. Mama Yati hanya mengangguk dan tersenyum.

"Lo kenal, dek?" tanya Rony.

"Siapa sih yang gak tau dia? Dia terkenal banget, tau bang. Cantik banget, nget nget ini mah, gak bohong," jawab Nabila dengan antusias.

"Gue gak kenal," kata Rony polos.

"Yaa, di otak abang cuma kerja-kerja aja. Mana tau abang begituan," ejek Nabila sambil tertawa kecil.

"Mah, pah, Rony berangkat kantor dulu," kata Rony, menyudahi obrolan sambil mencium kedua orang tuanya. Dia pun menuju ke arah taman belakang, tempat Jenna sedang berjemur bersama Sus Rini.

"Halo sayang," kata Rony lembut sambil mengambil Jenna dari gendongan Sus Rini.

"Papi berangkat kerja ya, sayang," ujar Rony, mengelus pipi Jenna yang lucu.

"otee papi," jawab Jenna dengan anggukan kepala yang imut.

Rony yang tak tahan dengan kegemasan anaknya, mencium seluruh wajah Jenna dan memberikan kecupan sayang di keningnya sebelum menyerahkan Jenna kembali pada Sus Rini.

"Berangkat dulu ya, Sus."

"Iya, Pak," jawab Sus Rini sambil tersenyum.

Dengan penuh semangat, Rony melangkah pergi menuju kantor, meninggalkan rumah yang masih dipenuhi obrolan mengenai salma salsabil.

-

Setelah menyelesaikan meeting dengan klien penting, Rony  memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya dan beristirahat disana. namun bukannnya beristirahat dia justru membuka laptop dan mengetik nama Salma Salsabil di kolom pencarian Google. Dalam hitungan detik, biodata lengkap beserta foto Salma muncul di layar.

"Cantik," kata Rony pelan setelah melihat foto Salma yang menawan. Namun, saat ia membaca biodata Salma, ekspresi wajahnya berubah menjadi terkejut. "Ini seriusan, mama mau nikahin gue sama bocil?" batinnya, sambil melihat tahun kelahiran Salma yang ternyata adalah 2006. "Jadi, dia seumuran Nabila?" pikir Rony, semakin bingung.

Merasa perlu klarifikasi lebih lanjut, Rony segera meraih ponsel dari atas meja dan menghubungi Mama Yati.

"Halo, Ma, ini Mama serius mau aku nikah sama Salma?" tanya Rony dengan nada penuh kebingungan. "Dia masih kecil, Ma. Jarak umur aku sama dia jauh, 9 tahun. Dia bahkan seumuran Nabila. Tapi katanya Mama mau aku menikah biar ada yang ngurus aku sama Jenna. Mana mungkin Salma bisa, Ma. Ngurus diri sendiri aja sepertinya dia belum bisa."

Suara Mama Yati terdengar tenang di ujung telepon, meski sedikit terkesan tegas, "Udah ngomongnya, bang?"

"Mah..."

"Iya, nak, Mama tahu dia seumuran Nabila, tapi percayalah sama Mama. Salma itu bisa ngurus kamu dan jenna. Mama tahu apa yang Mama lakukan," ucap Mama Yati, berusaha menenangkan Rony yang semakin frustasi.

"Tapi, Maah..." Rony masih mencoba protes.

"Udah ya, bang. Mama mau pergi arisan dulu. Jangan lupa nanti malam kita dinner dengan Salma dan keluarganya. Kita bicarakan lagi nanti malam, ya?" Mama Yati mengakhiri pembicaraan dengan nada lembut namun pasti.

-

"Tania, Mama lagi-lagi minta aku nikah sama anak temannya Papa. Tapi kali ini, rasanya agak sulit buatku menolak permintaan itu. Kamu, kalau aku nikah lagi, bakal cemburu nggak, Tan?"

"Tau nggak, Tan? Masak aku disuruh nikah sama bocil yang usianya seumuran Nabila. Aku nggak tahu deh, dia bisa nggak ya menyayangi Jenna dengan tulus? Itu yang bikin aku gelisah."

Sepulang dari kantor, Rony memutuskan untuk mampir ke makam Tania. Sejak tadi, dia terus berbicara sendiri di depan makam, seolah-olah Tania ada di sana dan mendengarkannya. Rony bercerita tentang kegelisahannya, tentang Mama yang terus mendesaknya untuk menikah lagi, dan tentang rasa khawatirnya terhadap masa depan Jenna.

Setelah cukup lama mengungkapkan isi hatinya, Rony akhirnya merasa puas dan memutuskan untuk pulang. Dia sudah berjanji untuk makan malam nanti. Ketika dia meluruskan pandangannya, dia melihat seorang gadis sedang bersimpuh di sebuah makam yang tidak terlalu jauh dari makam Tania—sekitar tujuh makam dari sana.

Gadis itu membelakangi Rony, tapi dari posisi Rony, dia bisa melihat dengan jelas bahwa gadis itu sedang menangis. Bahunya bergetar hebat, seolah-olah semua kesedihan di dunia ini tertumpah dalam tangisannya. Terbesit di hati  Rony untuk menghampiri gadis tersebut, Namun, niat itu segera diurungkannya. Dalam benaknya, dia berpikir, "Ini di makam, wajar saja kalau dia menangis. Mungkin dia sedang merasakan kehilangan yang mendalam atau sedang berdoa untuk seseorang yang telah pergi." Rony merasa tidak ingin mengganggu, apalagi dalam suasana yang begitu pribadi dan penuh emosi seperti itu.

Rony memutuskan untuk melanjutkan langkahnya keluar dari area makam. Rony berusaha untuk tidak terlalu memikirkan gadis tersebut, meskipun rasa iba dan keingintahuan masih menghantui pikirannya.

see u in next part luv

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang