26. Welcome To My World

21 1 0
                                    

Warning: Only For 18+

Happy Reading
.

"Oma dengerin saya dulu! Saya bukan istrinya Jo dan anak ini memang anak saya tapi ayahnya bukan Jo tapi laki-laki lain. Cucu Oma hanya bantu saya lari dari orang jahat jadi tolong jangan salahkan Jo apa lagi sampai mencungkil bola matanya." Jelasku.

Oma langsung menatapku terkejut namun beberapa saat ia akhirnya mengelus dadanya lega. Aku pun ikut lega karena Oma bisa tenang. Ia lalu meminta Winda untuk mengambilkan segelas air untuknya.

Perempuan muda itu yang ternyata bernama Winda langsung ke arah dapur dan kembali dengan segelas air minum. Oma sepertinya memang kehausan karena ia langsung menandaskan satu gelas air tersebut dalam sekejab.

"Winda, kamu antar Irene ke kamarnya Jo. Jangan di lantai dua, kasihan harus naik turun tangga sambil bawa bayi. Sekalian barang-barangnya minta pak Danang bawa turun lagi yah!" Ucapnya lalu menuntun kursi rodanya sendiri ke sebuah pintu kamar yang masih berada di lantai satu.

Winda langsung sigap menuntunku ke sebuah kamar yang ternyata persis berada di depan kamarnya Oma. Kamarnya sangat luas, di dalamnya ada sebuah tempat tidur besar, rak buku yang penuh dengan buku-buku, meja kerja lengkap dengan kursi beserta lemari panjang berwarna putih. Di sudut kamar ada kamar mandi lengkap dengan shower.

Dalam hati aku tertegun sekaligus bertanya-tanya. Jika Jo punya rumah dan kamar semewah ini, lantas untuk apa dia memilih pekerjaan sebagai bandar narkoba? Kalau alasannya adalah uang, rasanya mustahil karena rumah ini menandakan kalau keluarga Jo bukan keluarga yang butuh uang.

Sementara aku sibuk melihat-lihat isi kamar, Winda langsung mengeluarkan semua isi koper dan tasku dan dimasukkan ke dalam lemari putih yang ternyata masih banyak ruang yang kosong yang menandakan bahwa Jo memang jarang pulang ke rumah ini. Di lemari panjang yang dilengkapi cermin itu hanya terisi satu pintu saja, itu pun isinya hanya beberapa lembar baju kaos yang digantung. Selebihnya adalah beberapa setelan formal yang tampak licin dan otakku langsung membayangkan bagaimana penampilan Jo dengan setelan formal. Aku lantas menggeleng, tidak seharusnya aku membayangkan hal yang tidak-tidak untuk sekarang.

"Saya aja nanti yang beresin." Kataku melihatnya telaten memasukkan satu per satu pakaianku ke dalam lemari setelah melipatnya dengan rapi, tapi Winda malah menolak, "Nggak apa-apa. Ibu istirahat saja nanti saya keluar sendiri kalau sudah selesai."

Karena tidak enak aku ikut duduk di dekat Winda setelah meletakkan Ditto di atas kasur dan membantunya melipat rapi pakaianku dan pakaian Ditto.

"Jo memang nggak pernah pulang ke sini?" Tanyaku akhirnya karena sudah terlalu lama saling diam sampai suasananya terasa canggung apa lagi yang terdengar hanya suara jam dinding berwarna emas yang tergantung di salah satu sisi kamar.

"Iya, bu. Padahal Mas Nathan itu cucunya Oma satu-satunya tapi jarang banget pulang buat nengokin Oma. Terakhir kali pulang itu sekitar setengah tahun yang lalu itu pun karena Oma masuk rumah sakit karena asam uratnya kambuh. Setelah itu Mas Nathan nggak pernah pulang lagi padahal dipanggilin terus sama Oma." Jelas Winda, kutebak dia asli orang Jawa karena medoknya sangat jelas apa lagi cara bicaranya yang lambat jadi terkesannya ramah dan santun.

"Orangtua Jo di mana?" Tanyaku lagi. Tidak salah, kan aku mendapatkan informasi yang sangat ingin kutahu melalui Winda. Lagi pula ini hanya informasi umum saja.

Winda mengedipkan bahu, "Saya juga nggak tahu, Bu. Awal kerja di sini emang cuma ada Oma dan Mas Nathan saja. Soalnya saya juga belum terlalu lama tinggal di sini." Akunya. Rupanya Winda mulai bekerja di rumah ini baru 2 tahun jadi tidak banyak tahu juga.

Young Mama (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang