Warning: Only For 18+
Happy Reading
.Aku sama sekali tidak menyangka bahwa yang akan mengantarku dan Ditto adalah Jonathan yang entah sejak kapan sudah duduk di depan kemudi mobil milik Oma. Kukira supir Oma lah yang akan mengantar kami, supir yang selalu mengantar Oma ke mana-mana termasuk saat check up ke rumah sakit atau membawa Winda pergi berbelanja kebutuhan rumah tangga.
Aku bahkan nyaris tidak mengenali Jo jika saja Pak Danang tidak menyapa Jo sebelum mobil keluar melewati gerbang utama. Aku duduk di kursi tengah bersama Ditto jadi aku tidak bisa melihat wajahnya secara jelas. Entah ini sebuah kejutan namun jika ia ingin membuat aku terkejut maka rencananya berhasil seratus persen.
Kami sama-sama diam padahal sejak semalam aku sudah menyiapkan diri untuk meminta maaf padanya namun setelah melihatnya secara langsung, lidahku keluh dan mulutku tertutup rapat sampai kami sampai di tujuan. Ayah Ditto memilih kafe yang sama seperti tempat bertemu kami pertama kali karena katanya lebih dekat dengar kantornya dan aku tidak perlu repot mencari alamat lain lagi. Aku akhirnya turun dari mobil setelah Jo memarkirkan mobil. Lagi-lagi tanpa kata, Jo menarik tas yang ingin aku bawa turun bersamaku. Ia mengikut di belakangku layaknya pelayan pribadi sambil membawa tas berisi perlengkapan Ditto.
Ayah Ditto menepati janjinya, ia sudah datang lebih dulu padahal janji temu kami 10 menit lagi. Penampilannya sangat berbeda dengan pertemuan terakhir kami. Pakaiannya memang masih sangat rapi namun kali ini rambutnya dibuat klimis dan dia tidak datang seorang diri melainkan bersama dengan seorang perempuan cantik berkulit putih yang duduk di sampingnya.
Aku dan Jo pun langsung mengambil tempat duduk juga di depan mereka.
"Ini, Vanessa, tunangan saya." Kata ayah Ditto karena pandanganku tidak bisa teralihkan dari perempuan yang sangat bersinar di sampingnya itu. Aku hanya berandai kenapa bukan kak Nida yang duduk di sana, Kak Nida tidak kalah cantik dengan perempuan itu dan aku yakin Kak Nida yang paling berhak untuk ada di posisi perempuan itu sebagai ibu kandung Ditto namun semua pengandaian itu buyar saat aku sadar semuanya sudah tidak mungkin lagi.
"Kami bertunangan dua bulan lalu dan dia sudah tahu tentang Ditto." Sambungnya. Rasanya sakit mendengar ia bilang begitu setelah apa yang terjadi dengan Kak Nida. Aku sungguh penasaran bagaimana perasaan laki-laki ini setelah melihat kondisi Kak Nida sekarang namun aku tidak mau mendengar hal yang justru hanya akan semakin melukai diriku saja.
Aku membiarkan dia merawat Ditto bukan karena aku memaafkan dia tapi aku memberikannya kesempatan untuk menebus dosanya kepada Kak Nida terlebih kepada Ditto. Dan kelak jika aku tahu dia tidak mencintai Ditto sebagaimana yang ia janjikan maka aku akan membawa pergi Ditto bersamaku lagi.
"Kami akan merawat Ditto dengan baik." Kata perempuan itu dengan senyuman tipis.
Dengan berat hati, aku akhirnya membiarkan Ditto diambil oleh Vanessa dan ayahnya. Rasanya sedih saat melihat Ditto justru tidak keberatan saat Vanessa menggendongnya dan menciumnya beberapa kali padahal ini adalah kali pertama mereka bertemu. Pemandangan itu membuat setetes air jatuh di pipiku.
Aku tidak banyak bicara selain menyampaikan hal-hal kecil tentang Ditto seperti jadwal makannya dan apa yang dia suka dan tidak dia suka. Aku tidak mau berlama-lama di sini jadi aku langsung pergi sebelum aku kembali menangis dan berubah pikiran. Di mobil aku tidak menangis lagi, hanya menatap jalanan Jakarta yang semakin padat saja yang menandakan hari sudah mulai petang dan lalu lintas semakin dipenuhi kendaraan yang tidak ada hentinya.
"Apa yang bikin kamu sesedih itu?" Itu kalimat pertama yang Jo katakan selama seharian ini dan aku tidak menoleh karena pertanyaan itu tidak penting untuk kujawab. Jo melihat dengan matanya sendiri mereka mengambil Ditto namun ia malah bertanya apa yang membuat aku sesedih ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mama (Completed)
Misterio / SuspensoIrene, bukan terpaksa menjadi mama muda namun ia tulus menjaga dan merawat Ditto seperti anak kandungnya sendiri meski di umurnya yang masih belia. Ia rela meninggalkan keluarganya dan membawa pergi Ditto menjauh dari penolakan. Namun hidup sepaket...