24. Ditto's Dad (Part 2)

25 2 0
                                    

Warning: Only For 18+

Happy Reading
.

"Ketawa saja. Nggak usah ditahan-tahan gitu." Kata Jo dengan nada datar namun aku tahu sebenarnya dia agak sedikit kesal karena dari tadi aku selalu melirik-meliriknya, setengah mati menahan senyum.

Aku langsung saja tetawa lepas sambil menepuk-nepukkan tanganku. Kulihat Jo hanya fokus menyetir sembari sebelah tangannya dipakai menopang kepalanya malas.

Kejadian ini sebenarnya sangat lucu apa lagi saat Jo sok-sokan datang ke restoran dan memperkenalkan diri di depan Putra sebagai ayah Ditto dengan percaya diri membuat Putra langsung kicep. Dan ternyata perkenalan itu bisa membuat Putra mundur dengan cepat.

"Memangnya apanya yang lucu sih?" Tanyanya akhirnya saat kami sudah sampai di kontrakan namun aku tidak bisa berhenti menarik sudut bibirku. Jarak dari restoran dan kekontrakanku memang hanya memakan waktu dua menit dengan naik mobil saking dekatnya.

"Aku dan Kristin mengira kamu bakalan nonjok muka Putra sampai babak belur apa lagi dengan tatapan kamu yang seperti laser tadi." Jawabku namun ternyata yang Jo lakukan justru lebih sakit daripada sekedar pukulan bagi Putra. Ia mengalahkan Putra hanya dengan satu jabatan tangan saja.

"Awalnya memang mau aku pukul tapi kamu malah halangin aku dengan berdiri di depan dia. Lagian kalau aku pukul laki-laki itu juga akan percuma karena aku memang sudah jadi pemenangnya tanpa harus mengeluarkan tenaga untuk mengalahkan dia." Katanya terlalu percaya diri namun memang ucapannya memang terbukti benar.

Aku langsung mengapit lengannya, "Kristin sudah bilang semuanya sama aku."

Jo langsung meletakkan hapenya dan langsung menggaruk tengkuknya seperti sedang salah tingkah. Sepertinya sudah bisa menangkap apa yang aku maksudkan, "Padahal sudah kubilang untuk jangan bilang apa-apa ke kamu." Katanya berusaha membuang pandangannya, tidak mau menatap mataku.

"Maaf karena selama ini aku nggak tahu sebesar apa usaha kamu untuk ngelindungin aku dan Ditto. Maaf karena bahkan setelah keluar dari rumah kalian, kukira aku benar-benar sudah tidak merepotkan kamu lagi tapi ternyata memang di mana pun aku berada, kamu selalu memastikan aku baik-baik saja. Terima kasih untuk semua yang sudah kamu lakukan untuk aku. Aku serius." Jawabku panjang namun Jo malah melihatku sambil mengedipkan mata sebelah.

"Jadi apa imbalan yang akan kamu kasih?" Tanyanya iseng dan aku langsung mendorongnya sampai dia oleng ke ujung sofa sambil terkekeh.

"Memangnya kamu sudah menyelesaikan semua urusan yang kamu maksud itu?" Tanyaku lagi. Laki-laki memang paling bisa memanfaatkan kesempatan yah.

Jo langsung duduk tegak dengan siku yang ditumpukan di lutut. Moodnya langsung berubah drastis, sepertinya apa yang terjadi tidak berjalan sesuai dengan keinginannya. Aku langsung menepuk punggungnya berkali-kali, "Aku sudah janji akan nunggu kamu." Kataku dan Jo akhirnya menunjukkan senyum tipisnya.

"Jadi apa yang bikin kamu datang ke restoran hari ini dan bikin teman-teman kerjaku jadi fans dadakan kamu?" Kucoba bertanya lagi, Jo langsung menyugar rambutnya, sepertinya dia suka menjadi pusat perhatian selama di restoran tadi, "Aku hanya ingin lihat kamu hari ini." Jawabnya dan langsung mengacak rambutku sampai berantakan. Ia bahkan tidak berhenti sampai aku menjauhkan kepalaku dan menatapnya kesal.

"Sejak kapan kamu warnain rambut?" Dan akhirnya Jo sadar ada yang berbeda dengan rambutku. Selain diwarnai, aku juga minta agar ujungnya dipotong sedikit agar terlihat lebih rapi.

"Kemarin. Bagus, kan?" Kataku lalu memperbaiki tatanan rambutku dan menyibaknya ke belakang.

"Cantik." Katanya tanpa mengalihkan tatapan dari wajahku. Jo sepertinya sudah tahu bagaimana cara membuatku berdebar dan semakin membuatku menyukainya setiap hari.

Young Mama (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang