33. The One I Want

31 1 0
                                    

Warning: Only For 18+

Happy Reading
.

"Kamu nggak angkat telpon aku." Katanya langsung menghalangiku masuk dengan menghadang jalanku.

Sejak hari pertama aku meninggalkan rumah Oma, Jo memang beberapa kali menghubungiku namun aku tidak pernah angkat sebagai langkah untuk melupakan dia.

"Aku sibuk dan nggak punya waktu untuk angkat telpon kamu." Kataku mencoba mencari cara lain agar bisa melewatinya namun ia lebih gesit dariku.

"Kamu kenapa berubah semenjak pergi dari rumah? Aku merasa kamu menghindari aku dan kamu nggak mau melihat aku. Chat aku nggak kamu balas dan telpon aku nggak kamu angkat. Kalau aku punya salah tolong kamu bilang biar aku tahu apa salah aku. Bukan malah menghindar kayak gini, Ren."

"Jo. Please kamu pergi sekarang. Aku benar-benar capek banget malam ini dan nggak mau ketemu kamu." Kataku namun dia kekeh bahkan mencoba membawaku untuk berbicara di tempat lain namun aku menolak.

"Jo. Please, aku benaran capek banget dan ngantuk seharian aku kerja sampai badanku rasanya mau remuk. Aku beneran nggak bisa bicara sama kamu sekarang. Okay?"

Jo akhirnya menyerah dan membiarkan aku masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah rupanya ada ibu dan Kris yang kuyakini mereka berdua baru saja mengintip melalui jendela namun aku tidak berkomentar meski mereka tertangkap basah.

"Dia nungguin kak Irene sejak jam 3 sore tadi." Kata Kris. Entah sejak kapan dia mulai ikut campur dengan urusanku padahal dulu dia sangat ogah-ogahan dengan apapun, yang bisa menarik perhatiannya adalah game, musik rok dan balapan liar.

"Lain kali kalau dia datang, jangan suruh nunggu, suruh langsung pulang saja karena aku nggak mau lihat dia lagi." Kataku dan langsung berlalu ke dalam kamar.

Dan hari-hari selanjutnya selalu ada Jo menungguku di depan rumahku sampai membuat aku bukan hanya capek secara fisik tapi juga batin. Kenapa Jo masih saja muncul padahal selalu kuminta pergi juga pada akhirnya.

"Kan aku bilang kalau dia datang, suruh pulang aja!" Kataku pada Kris dan Ibu.

"Udah disuruh pulang tapi emang orangnya nggak mau pulang sebelum ketemu Kak Irene." Dan selalu jawaban itu yang kudapat saat kuomeli Kris.

Lama-lama aku pikir Jo dan Kris itu bersekongkol karena keesokan harinya aku malah melihat keduanya mengobrol di teras rumah dengan akrab. Sepertinya mereka baru saja bermain game online karena bisa kudengar Kris berseru saat berhasil mengalahkan Jo sementara Jo menghela napas kecewa.

Aku mengabaikan keduanya, bersikap seolah tidak ada mereka namun kini giliran Kris yang menghalangiku masuk. Dan betul dugaanku, Kris dan Jo memang bekerja sama. Buktinya Kris malah melarangku masuk dengan menutup pintu dari dalam dan menguncinya sampai aku tidak bisa masuk.

"Kamu mau bicara di sini atau di mobil?" Kata Jo dan aku bersumpah akan mengetuk kepala Kris dengan buku jari setelah ini. Awas saja anak itu.

"Kali ini aku nggak akan pergi begitu saja mau kamu jadiin lelah, capek dan ngantuk sebagai alasan aku nggak akan pergi lagi kali ini." Lanjutnya lagi namun aku tidak menjawab dan langsung melenggang pergi menuju tempat di mana dia memarkirkan mobilnya. Aku sudah tahu kalau di balik pintu rumah ada Kris dan Ibu yang mengintip dan menguping pembicaraan kami.

"Cepeten mau ngomong apa?"

Jo malah membuka pintu mobil dan memintaku duduk di kursi depan, "Masuk dulu!"

"Kenapa harus masuk sih? Kan di sini bisa bicara juga." Kataku kekeh dan Jo malah mendorong tubuhku sampai duduk di kursi mobilnya dan menutup pintu. Ia lalu mengunci pintu mobilnya setelah ia naik.

Young Mama (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang