25. Nathan

20 2 0
                                    

Warning: Only For 18+

Happy Reading
.

"Irene kamu kenapa? Kamu baik-baik aja, kan?"

"Jo, Dia datang. Di... dia mau ngambil Ditto dari aku." Kataku terbata-bata sampai aku pun bingung bagaimana cara berbicara dengan benar karena terkena serangan panik. Kalau sudah begitu, aku akan kesusahan menyusun kalimat bahkan sampai dadaku rasanya sesak dan susah bagiku menghirup udara.

Jo memintaku untuk menenangkan diri karena tidak menangkap makna ucapanku, "Pelan-pelan bicaranya. Coba tarik napas panjang dulu terus keluarin dari mulut dan jangan panik biar aku bisa paham maksud kamu. Okay?"

Aku melakukan apa yang Jo perintahkan. Kuhembuskan napas panjang dan keluarkan perlahan. Aku mulai bicara setelah mulai mendapatkan kesadaranku, "Tadi kata tetanggaku ada laki-laki yang nyariin aku dan aku yakin dia itu ayah kandung Ditto dan dia mau mengambil Ditto. Jo, aku nggak mau dia ngambil Ditto dari aku, Ditto itu anak aku, aku yang rawat dia sampai sekarang dan dia nggak berhak ngambil Ditto begitu saja."

"Kamu di mana sekarang?"

"Di kontrakan." Akuku.

"Tunggu aku di sana dan ingat jangan buka pintunya sampai aku datang. Mengerti?"

Aku mengangguk dan Jo langsung mematikan teleponnya. Dengan terburu-buru aku langsung masuk ke kamar. Mengepak semua barang-barangku dan barang-barang Ditto ke dalam tas dan koper. Tempat ini sudah tidak aman lagi bagiku dan Ditto jadi aku harus pergi sebelum laki-laki itu menemukan kami.

Tidak lama kemudian aku mendengar suara ketukan pintu namun aku ingat pesan Jo untuk tidak membukakan pintu kepada siapa pun kecuali Jo. Dengan pelan aku mendekati jendela, menyingkap sedikit gorden untuk mengintip siapa orang yang ada di luar. Setelah memastikan bahwa pengetuknya adalah Jo, aku langsung membuka kunci pintu dan langsung memeluk Jo.

"Udah nggak apa-apa. Aku di sini sekarang." Katanya lalu mengunci pintu kembali.

"Jo, aku nggak mau tinggal di sini lagi. Aku nggak mau dia ngambil Ditto dari aku. Dia nggak boleh bawa Ditto pergi ke mana pun." Kataku ketakutan.

Jo menyentuh kedua bahuku, "Kamu yakin dia mau ambil Ditto? Siapa tau dia hanya mau ketemu dan melihat Ditto sebentar."

"Nggak mungkin dia cuma mau lihat Ditto. Sejak Ditto belum lahir saja, laki-laki itu nggak mau tanggung jawab apa lagi sekadar untuk melihat Ditto. Kalau sekarang dia akhirnya nyari aku, sudah pasti dia mau mengambil Ditto karena sudah sadar kalau yang dia lakuin salah besar."

Jo mengelus bahuku dan memintaku tenang dan berhenti panik karena kepanikan hanya akan membuatku tidak bisa berpikir jernih, "Ren, kalau begitu aku temenin kamu buat ketemu laki-laki itu dan bicara baik-baik. Gimana?" Tanyanya saat aku mulai tangannya.

Aku langsung menepis tangannya, "Kamu nggak ngerti perasaan aku karena kamu bukan ayah Ditto." Kataku tepat di hadapan Jo dan Jo langsung mengacak rambutnya.

"Bukan gitu maksud aku, Ren. Kita nggak mungkin selamanya bersembunyi dari laki-laki itu. Kita harus beresin masalah ini sebelum..."

Kutepis lagi tangannya yang mencoba meraih tanganku, "Beresin masalah, kamu bilang?" Air mataku langsung jatuh dan membuatku harus menghapusnya berkali-kali, "Kamu aja nggak bisa beresin masalah kamu jadi bagaimana bisa kamu mau beresin masalah aku?"

Bisa kulihat Jo bungkam mendengarku, dia mungkin kecewa mendengar kalimat pedasku namun aku jauh lebih kecewa karena ia seakan menggampangkan kejadian ini padahal bagiku kemunculan ayah kandung Ditto adalah masalah besar apa lagi jika niatnya memang untuk mengambil Ditto.

Young Mama (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang