Hari ini kediaman Danis nampak ramai dikunjungi keluarga besar dari Ayah mereka. Mereka nampak asyik saling melempar candaan dihalaman rumah yang telah dihias dengan pesta ulangtahun Danis yang ke 20."Aduh cucu Oma tampan sekali" ucap seorang wanita paruh baya berpenampilan modis.
Sementara Danis hanya tersenyum lebar menanggapi Oma nya. Memang lelaki itu nampak berpakaian menarik dengan jas hitam mahal nya, tak lupa tuxedo menghiasi rahang tegas nya.
"Iya Oma, Danis semakin dewasa mirip Papa nya waktu masih muda" timpal sang Bibi yang baru saja duduk di sampingnya.
Mereka semua tertawa menanggapi candaannya itu, baik orang tua nya serta Paman, Bibi, dan Keponakannya tengah menikmati pesta Ulangtahun Danis dengan suka cita.
Namun ada satu orang yang menatap mereka dengan sendu. Selalu seperti ini, kehadirannya seperti tak dianggap oleh mereka sejak kecil. Apalagi Oma nya selalu acuh padanya, dan hanya menyayangi sang Abang sebagai cucu pertamanya. Ia hanya menunduk menatap kue ulangtahun yang tengah ia bawa untuk Danis. Ia membuat kue itu bersama Mama nya semalam, namun mereka semua termasuk kedua orangtuanya seakan tak menyadari kehadiran dirinya.
"Sebentar lagi kan kamu lulus kuliah dan akan meneruskan perusahaan Papamu. Bagaimana apa kamu sudah punya calon pendamping?"
Uhukk
Danis tersedak minumannya ketika mendengar ucapan sang Oma. Pasangan? apa ia tak salah dengar!
"Danis belum mikir sampai kesana Oma" balasnya menatap lembut sang Oma.
"Kelamaan kamu tuh, padahal kamu kan ganteng, pintar mana ada gadis yang menolak kamu" Ucap sang Oma diangguki oleh para saudaranya.
"Tante punya kenalan, anak teman tante orangnya cantik lulusan Oxford, dia juga calon desaigner. Kamu pasti cocok dengan dia" seru Bibi pertamanya.
"Bukannya dia yang waktu itu datang ke ulang tahun Mama"
"Oh yang penampilannya modis itu, kayaknya dia cocok deh seleranya sama Oma. Kapan-kapan kamu Oma kenalin ke dia ya Danis"
"Oma zaman sekarang udah nggak ada namanya perjodohan" desah Danis menatap kesal mereka.
"Bukan perjodohan Danis, Oma cuma mau kalian dekat saja" sahut sang Oma dengan nada kesal.
"Lagian kan kamu cucu pertama Oma. Kamu harus pilih calon istri yang terbaik"
Prangg
Suara piring kue jatuh membuat mereka semua menatap Danira. Gadis itu terpaku ditempat mendengar pernyataan sang Oma.
"Kamu gimana sih, itu kue buat cucu Oma. Kamu mau menghancurkan pesta cucu Oma" sentak sang Oma menatap gadis itu yang menduduk.
" M- maaf Oma, Nira nggak sengaja"
Semua orang disana menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Danis yang melihat itu, langsung menghampiri gadis itu yang nampak ketakutan.
"Udah nggak papa Oma, Nira kan nggak sengaja" ujar Danis sambil membantu adiknya memunguti piring yang berserakan.
"Tapi dia udah merusak suasana, dia pasti ingin menghancurkan pesta ulangtahun kamu yang ke 10 seperti dulu" seru sang Oma
Ingatannya kembali pada ulang tahun ke 10. Saat itu Danira tak sengaja menyenggol lilin membuat meja tamu pesta hampir terbakar semua. Kejadian itu membuat sang Oma marah besar pada gadis itu.
"Mah Danira kan udah bilang nggak sengaja"
"Nggak papa sayang kita bersihkan sama-sama ya" lerai Mamanya membantu putrinya berdiri.
"Kamu harusnya lebih bisa memperhatikan putrimu. Sejak kecil dia selalu membuat onar" Seketika Mama Leta berdiri menatap tajam mertuanya.
"Cukup Mah, Danira bukan pembuat onar. Mama nggak berhak mengatai putriku seperti itu!" ucap Mama Leta tak terima. Ia sudah cukup sabar selama ini dengan sikap Mama mertuanya yang selalu berperilaku kasar pada Danira.
"Tahan emosi Mama, nggak enak dilihatin saudara yang lain" lerai sang suami mengelus bahu istrinya.
"Kamu selalu belain istrimu, seharusnya dulu kamu nggak menuruti keinginan istrimu yang tidak masuk akal itu" dengan derai air mata, Nira menatap sang Oma dengan penuh tanda tanya. Tak masuk akal? Pikirnya.
"Udah cukup Oma, Danira kan udah minta maaf. Kita nggak perlu perpanjang masalah ini lagi" sahut Danis sembari memeluk tubuh Danira yang bergetar hebat.
Ia mengusap punggung gadis itu lembut sesekali mengecup pucuk kepalanya. Hal itu tak lepas dari pandangan sang Papa yang menatap curiga kearah mereka.
Dengan kesal akhirnya sang Oma meninggalkan rumah itu bersama anak-anaknya yang lain. Pesta ulangtahun tahun itu mendadak berhenti karena insiden itu. Sementara Danira tak hentinya menyalahkan dirinya sendiri, karena penyebab pesta itu hancur karena dirinya. Meski Danis berulangkali menenangkan gadis itu, dan meyakinkan Nira jika itu bukan salahnya.
****
Flashback on
Seorang wanita menatap sendu seorang bayi yang berada digendongnya. Mengelus pipinya pelan sembari mengecup dahi putri kecilnya penuh kasih sayang. Batinnya diselimuti rasa bimbang, bayi yang selama ini tak ia harapkan untuk hadir ke dunia, kini bayi itu berada didekapannya.
Dencitan pintu kamar rawat rumah sakit terbuka, menampilkan seorang lelaki yang menatap wanita itu dengan tajam.
"Kenapa Kakak tega melakukan ini?! Dia bayi yang tak bersalah kak"
Bayi perempuan nan cantik itu lahir prematur usia 8 bulan. Dikarenakan sang ibu mengkonsumsi minumah ber akhohol selama kehamilannya. Ia tak terima dengan kehadiran bayi yang tengah dikandungnya, karena bayi itu hadir karena sebuah kesalahan.
"Dia memang seharusnya tak hadir didunia" wanita itu melirik sang bayi yang kini digendong oleh adik tirinya.
"Kak, seorang anak nggak bisa milih dia harus lahir dari rahim siapa. Ia juga tidak meminta pada Tuhan siapa orang tuanya. Lihat kak, dia sangat cantik sama seperti Kakak" ucapnya sambil menatap sang kakak dengan perihatin.
Sementara sang istri yang berada disampingnya, menatap kasihan bayi perempuan itu. Ia merasa sakit hati karena bayi tak bersalah itu tak diinginkan orangtua kandungannya. Perlahan ia mengambil alih bayi mungil dari gendongan sang suami. Ia memeluknya dengan penuh kasih sayang.
"BAWA DIA PERGI DARI SINI! AKU NGGAK MAU LIHAT MUKANYA"
"Kak tolong ten--"
"AKU BILANG PERGI"
Dengan cepat sepasang suami istri itu bergegas pergi meninggalkan wanita itu yang berteriak kencang, sebelum dokter memberinya obat penenang.
"Seperti pasian mengalami gangguan psikis, untuk langkah selanjutnya kami akan memindahkan keruangan lain agar pasien mendapatkan perawatan intensif"
Keduanya merasa sedih mendengar perjelasan dokter. Begitu malangnya bayi yang belum memiliki nama itu ditinggal kedua orangtuanya.
"Biar kita saja yang rawat bayi ini Pa, aku tak tega membiarkannya sendiri" ujarnya dibalas anggukan oleh sang suami.
"Danis pasti senang memiliki seorang adik perempuan" balasnya merangkul hangat sang istri sambil beranjak pergi meninggalkan rumah sakit.
Flashback off.
Ingatan Mama Leta buyar mendapati sang suami yang menyentuh bahunya. Ia segera memeluk suaminya erat sambik terisak pelan , membayangkan kehidupan Danira 19 tahun yang lalu, kini bayi mungil tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Ia tak terima jika keluarga sang suami menyakiti putrinya, mau sampai kapanpun itu Danira adalah putrinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite the Stars
RomansaKetika pena memaksa untuk bercerita sedangkan hati tak lagi untuknya, namun cinta masih berkuasa diatas segalanya.. "Harus apa aku agar menghapus rasa ini untukmu, jika takdir saja menentangnya. Mengapa Tuhan harus menciptakan hati untuk mencintai o...