Chapter 1

56 8 2
                                        

 

   Dengan kesal Danira menghempaskan tubuh mungilnya diatas kasur. Sumpah serapah ia tunjukkan kepada abangnya yang maikn lama semakin menyebalkan. Melarang nya berdekatan dengan siapapun, tidak boleh pergi tanpa dirinya, dan sekarang seenaknya merampas ponselnya. Saat ia sedang asyik berkirim pesan dengan salah satu gebetannya dikampus, lelaki malah merebut ponselnya dan mengatakan pada crush nya itu untuk tidak menghubunginya lagi.

Dencitan pintu terbuka, menampilkan sosok makhluk astral uang sedari tadi menjadi amukannya. Yah siapa lagi kalo bukan Abang tengilnya yang satu ini. Dengan tanpa dosa lelaki itu duduk dikasurnya membuat Danira kembali mendengus kesal.

"Ngapain lo kesini!''

"Issh, geseran dikit kek" dengan kesal Danira mendorong tubuh lelaki itu hingga terjungkal ke lantai

"Bisa lembutan dikit kek lo jadi cewek bar-bar amat" pekiknya sambil menggosok tangannya karena terbentur lantai.

"Bodo"

"Ngapain lo kesini, bikin mood gue tambah ancur aja" Danis berjalan mendekati adiknya sambil menatapnya tajam.

"Gue cuma mau bilang kalo elo gak usah hubungin si cowok kecakepan itu lagi" mata Danira melebar mendengar ucapan abangnya.

"Apaan sih lo bang, terserah gue dong mau deket sama siapa aja! bukan urusan lo ya"

"Ya emang bukan urusan gue--gue cuma nggak mau lo bergaul sama orang yang gak-- "

Dengan kesal Danira segera melenggang masuk kekamar mandinya dan menutup pintunya degan keras. Ia benci dengan sikap abangnya itu yang semakin hari semakin over protective mengaturnya ini dan itu. Bahkan soal berteman dengan siapapun harus dengan persetujuannya.

Sementara Danis menggelengkan kepala melihat kelakuan adiknya. Padahal ia bertindak seperti layaknya seorang Abang bersikap pada adiknya. Ia hanya ingin terjadi sesuatu terhadap Danira, bahkan hanya ia akan menyalahkan dirinya sendiri jika gadis itu sampai terluka.

--------

Dengan riang Danira berjalan sambil menenteng tas ransel nya dikoridor kampus. Pagi ini mungkin akan menjadi pagi yang indah untuknya karena abangnya hari tidak ada jadwal mata kuliah pagi jadi ia bisa bebas berbuat apa saja tanpa harus berdebat dengan abangnya itu.

"Danira, tumben muka lo cerah banget hari ini?" Ucap salah seorang gadis teman sekelas Danira.

"Ya jelas dong lo tau kenapa? karena pagi ini gue akhirnya bisa bebas sama Abang gue yang super duper nyebelin itu. Jadi gue bisa ngapelin my crush gue" pekiknya sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

"Ih kok lo malah gitu sih! Harusnya lo bersyukur dong punya Abang kaya kak Dani, cowok  paling famous dikampus kita ini" sahut Gladis.

"Bersyukur apanya coba? yang ada gue bisa mati jomblo punya Abang kaya dia" ucap gadis itu kemudian mengambil duduk disamping Gladis.

"Danira" panggil seseorang dibelakang Danira membuat gadis itu berbalik ke belakang. Dia seorang lelaki yang menjadi gebetannya dikaapus.

"I-iya lo manggil gue" sahut gadis itu malu-malu sambil memainkan jari nya.

"Kita bisa bicara berdua? " ucapan lelaki itu berhasil membuat Danira membelakkan mata. Diantara keterdiamnya, sampai membuat Danira tak sadar bahwa lelaki itu memanggilnya berulang kali.

"Eh iya apa?"

"Gimana lo mau?" Ucapnya lagi membuat gadis itu tersenyum malu. Pekikan terdengar dari gadis dissmping Danira yang terpaku melihat mereka berdua sedari tadi. Dengan pelan Danira mengangguk kemudian berjalan mengikuti lelaki itu.

Sorakan riuh terdengar hampir ke seluruh kampus. Nampaknya seorang lelaki datang dengan gaya annoying nya membuat para kaum hawa berteriak histeris. Dengan wajah bak dewa yunani dan aura dingin menghiasi wajah tampannya, semakin membuat siapapun wanita yang melihatnya luluh karena pesonanya.

"Kalian liat Danira?" Ucapnya pada salah seorang mahasiswi teman sekelas adiknya.

Sementara yang diajak biacara hanya diam terpaku ditempat. Ia tak percaya jika lelaki tampan itu berbicara sedekat ini padanya.

"Apa kau tau dimana Danira?!" Ucapnya sekali lagi dengan nada cukup keras membuat gadis tersebut tersentak kaget. Danis dibuat kesal degan gadis itu, pasalnya sedari tadi hanya diam ketika bertanya dan hanya memandang wajahnya.

"Eh-em tadi dia kesana sama kak Ragil, kak" sahutnya dengan gugup tak berani menatap wajah dingin kakak kelasnya tersebut.

Mendengar hal itu sontak membuat Danis murka. Rupanya adiknya itu tak menuruti apa yang ia katakan semalam untuk tidak berhubungan lagi dengan pria itu. Dengan langkah lebar Danis segera berlalu menemui mereka dengan perasaan yang sangat kacau.

Langkahnya seketika terhenti melihat orang yang sedari tadi dicarinya duduk dengan asyiknya bersama seorang lelaki. Perasaan tak rela muncul dalam dirinya melihat Danira tertawa lepas bersama lelaki lain. Karna ia tahun dari kecil hanya dirinya seorang yang mampu gadis itu tertawa, namun sekarang ada sosok lelaki lain yang mampu menggantikan tawa gadis itu--yang tak lain adalah adik kandungnya.

Ia harus apa sekarang, melawan takdir pun tak sanggup. Bahkan merestui hubungan mereka, jika Danis menginginkan gadis itu selamanya. Mengapa seakan takdir mempermainkannya membuat cinta pertamanya pada adik kandungnya sendiri. Tapi apa boleh buat, hatinya tak bisa ia tepis untuk tidak menyukai Danira.

"Apaan sih bang lepas" pekiknya pada seorang lelaki yang tiba-tiba datang menarik lengannya.

"Gue bilang apa kemarin sama lo, untuk jauhin dia!" Ucap Danis sembari menatap tajam kearah Ragil--lelaki yang rupanya disukai oleh Danira.

"Bukan urusan lo ya! Bang please deh gue udah gede jadi stop ikut campur urusan gue"

"Justru karena lo udah gede, gue lebih ektra jaga lo dari laki-laki kaya dia" sentaknya kembali menatap tajam Ragil. Emosinya benar-benar diujung batas, melihat gadis itu berani melawannya.

"Udah deh Dan, stop untuk terlalu possesive sama adik lo! Biarin dia bahagia nentuin pilihannya sendiri" sahut Ragil dengan nada santai. Sontak hal itu membuat Danis kembali murka.

"Diem lo! Gue nggak lagi ngomong sama lo" teriaknya dengan keras berhasil membuat mahasiswa lainnya memandang kearah mereka.

Tanpa banyak bicara Danis segera menarik lengan Danira untuk segera pergi dari tempat itu, sebelum mengundang banyak orang yang melihat pertengkaran mereka.

"Ishh lepasin gue bang! Sakit" pekik Danira ditengah keterkejutanya Abang tegilnya itu menarik lengannya seenaknya, membawanya pergi meninggalkan Ragil seorang diri.

Dia menengok kebelakang  melihat Ragil yang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan. Dengan sumpah serapah ia tunjukkan pada manusia berkedok Abangnya ini, yang seenaknya mengganggu dirinya yang sesak pedekate dengan ketua OSIS inacarannya itu.

------------

❣️ See you in the next part









Rewrite the Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang