Chapter 10

20 4 1
                                    

Terdengar sura riuh tepuk tangan menggema ke seluruh ruangan. Para penonton ramai bersorak melihat penampilan Danira memainkan cello dengan indah.  Gadis itu memasang wajah gembira kala seluruh audiens ramai menyorakkan namanya.

Netranya melirik kearah bangku penonton, melihat orang yang begitu ia sayangi. Mereka adalah keluarga yang sangat berharga. Namun tak lama senyumnya memudar karena tak mendapati sesosok yang ia harapkan kehadirannya. Mengapa dia tak menepati janji untuk datang ke festival miliknya.

"Penampilan kamu sangat luar biasa Nira, Mama bangga sama kamu" pekik Mama Leta kala Danira berada disampingnya.

"Mama kamu sempat menangis tadi Nira" timpal sang Papa mencoba menggoda sang istri.

"Ihh Papa jangan buka kartu dong" rajuknya membuat Danira tak kuasa menahan tawa melihat sang Mama.

"Ayo kita pulang, Mama hari ini mau bikin cookies kesukaan kamu"

Danira hanya mengiyakan ajakan Mama Leta. Batinnya ingin menanyakan keberadaan sang kakak sejak tadi. Namun ia urungkan, karena tak ingin merusak suasana. Mereka pun beriringan meninggalkan gedung kampus itu.

Dalam perjalanan keluarga bahagia itu tak banyak mengobrol. Hanya obrolan ringan antara kedua orangtuanya. Sementara Danira hanya diam melihat lalu lalang kendaraan. Ketika mobilnya berhenti dilampu merah, ia melihat seorang wanita paruh baya nampak sedang kesusahan berjalan menyebrang trotoar. Tak lama wanita itu tersandung, membuatnya ingin cepat membantu wanita itu.

"Ma--Pa bentar ya"

Danira pun bergegas keluar dari mobil mendekati wanita itu.

"Tante nggak papa?" Wanita itu hanya memandang dirinya dengan tatapan bingung.

"Kamu siapa?"

Danira segera membantu wanita itu berdiri menuju bangku didepan ruko. Jalanan nampak ramai, tapi orang-orang seakan tak perduli dengan orang lain yang sedang kesusahan. Dimana rasa  kemanusiaan mereka, apa orang-orang yang sebenarnya bisa melihat namun buta hati.

***
Danis menatap tajam  pada gadis disampingnya. Sejak pulang liburan, gadis itu tak berhenti mengganggu dirinya. Bahkan sering datang kerumah dengan alasan ingin lebih dekat Mama Leta. Waktunya untuk Danira jadi berkurang karena Clara. Apalagi rayuan sang Mama yang memintanya untuk menemani gadis itu.

"Sorry, kali ini gue nggak bisa" serunya pada gadis berambut pirang tersebut.

"Kenapa? bukannya jadwal matkul lo udah selesai ya"

Mereka berjalan beriringan menuju parkiran mobil. Semua mata tertuju pada mereka. Banyak yang beranggapan bahwa mereka sedang menjalin hubungan. Mungkinkah gadis disampingnya itu korban kep playboy-an Danis berikutnya.

"Gue ada urusan. Penting."

"Yaudah deh, tapi gue boleh nebeng lo pulang nggak. Soalnya sopir gue nggak jemput kayaknya" ujarnya sambil mengedipkan mata.

"Pesan taksi ajadeh" sahutnya malas.

"Tapi kan--"

Ucapannya terhenti kala melihat lelaki itu bergegas pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun.

"Lo liat Danira nggak?" tanya nya pada salah seorang teman sekelas adiknya.

Sementara gadis itu tak sengaja memekik dalam hati. Ia tak menyangka sang pangeran kampus berbicara dengannya.

"It-itu kayaknya dia udah pulang dari tadi deh. Kelas kita udah bubar dari jam 2" sahutnya berusaha memendam pekikannya

"Yaudah makasih" ujarnya langsung melenggang pergi.

Rewrite the Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang