Lampu lampion beterbangan menghiasi pesisir pantai. Banyak pengunjung menyaksikan kemeriahan acara tersebut diiringi lagu senada dengan suasana malam hari. Masih menggenggam segelas wine ditangan, Danis menyesapnya hingga habis menatap mereka satu persatu dengan perasaan campur aduk."Kamu sepertinya banyak minum deh Dan, nggk baik untuk kesehatan. Kamu ada masalah?" Ucap mama Leta mengelus pelan bahu sang putra lembut.
"Nggak papa Mah, cuma lagi suntuk aja" sahutnya.
Mama Leta menghela nafas panjang. Meski ia tak yakin dengan jawaban Danis, tapi ia tak berani menanyakan hal lebih.
"Besok kita pulang kan Mah?" Timpal Danira tiba-tiba hingga membuat Mamanya terkejut.
"Kenapa buru-buru banget sih, Papa kamu liburnya masih 2 hari lo. Emang kamu ada acara lain Nira?"
"Nira ada acara pameran besok lusa Mah, kan besok aku harus nyiapin semuanya" sahut Nira ikut duduk disamping Mama Leta.
"Pameran apa?" Tanya sang Papa
"Pameran lukisan, kan Nira pernah cerita waktu itu Pah. Sama temen aku juga ikutan juga disana"
"Temen kamu yang anaknya ganteng pake kacamata itu?" Nira mengangguk mengiyakan ucapan Sang Mama.
"Kenapa harus sama dia?" Ujar Danis dengan nada tak suka.
"Yakan dia salah satu pelukis yang ikut pameran disana. Masa gue harus sama elo" ketus Nira
"Berani banget ya lo--"
"Sudah-sudah kalian selalu berantem dimanapun. Kalian nggak malu dilihatin Clara" timpal Mama Leta menatap gadis berambut pirang itu dengan sungkan.
"Nggak papa kok Tante" balasnya dengan senyum manisnya.
''Gimana kalo Nira pulang duluan aja Mah--Pah?" Ucap Nira membuat Danis melototkan mata.
"Itu bahaya sayang, gimana kalo kamu nanti kenapa-kenapa"
"Tapi kan nggak enak, kalian kan masih mau liburan. Please Nira kan udah gede Mah, Nira bisa jaga diri sendiri" rengek gadis itu sambil menggenggam tangan mamanya.
"Iya Tante, Clara masih mau disini. Udara disini sejuk daripada di Seoul." Timpal Clara. Sok cari perhatian. gerutu Danira dalam hati.
"Nggak gue nggak setuju. Kita pulang besok!" Balas Danis memandang tak suka kearah adiknya.
"Udah deh nggak usah lebay, gue bisa kok pulang sendiri besok. Pah--Mah nggak papa kan besok Nira pulang duluan?" Mohonnya dengan sangat.
"Tapi kamu beneran nggak papa pulang sendirian?" Sahutnya Mamanya sambil mengelus surau milik putrinya.
"Mah tapi--" ucapan Danis terpotong saat mendengar Papanya angkat bicara.
"Danis nggak papa, biarin sekali-kali adik kamu mandiri. Papa percaya kok Nira bisa jaga diri."
"Yeay makasih Papa" pekiknnya girang sembari memeluk Papanya.
Dilain sisi Clara tersenyum kecut melihat hal itu. Akhirnya gadis manja itu tak lagi mengganggunya mendekati Danis. Ia bisa leluasa menghabiskan waktu bersama lelaki idamannya itu.
***
Gadis berambut sebahu itu tampak bersiap dengan barang perlengkapannya. Semua anggota keluarganya ikut andil membantu memasukkan barang kedalam bagasi mobil.''Kamu hati-hati ya, kabari Mama jika sudah sampai Seoul" ucap Mama Leta seraya memeluk putri cantiknya.
"Ia Mama nggak perlu khawatir, Nira bisa jaga diri kok" balasnya kemudian memeluk hangat Sang Papa.
"Jaga diri baik-baik sayang" Danira mengangguk menanggapi ucapan Papanya.
" Hati-hati Danira" ucap Clara yang hanya dibalas deheman.
Sedangkan Danis hanya menampilkan wajah dingin. Ia masih tak rela membiarkan adik kesayangannya pergi sendirian.
"Elo nggak mau ngucapin sesuatu gitu ke gue?"
"Percuma, toh elo nggak nurutin apa kata gue" hardiknya membuat Nira memutar bola matanya malas. Seperti biasa Abangnya sangat menyebalkan.
Gadis itupun bergegas masuk kedalam mobil menuju bandara. Ia melambai kearah keluarganya sembari tersenyum lembut. Entah apa maksud dari senyuman itu membuat jantung Danis berdetak kencang.
Sudah 7 jam lamanya semenjak gadis itu pergi, hingga kini belum ada kabar darinya. Sedari tadi ia menggenggam erat ponselnya sembari melirik jam di nakas , berharap gadis itu menghubunginya. Hatinya tak tenang sedari tadi, takut jika terjadi sesuatu pada adiknya.
Tak lama sang Mama muncul dari arah pintu menatapnya dengan senyum lembut.
"Danis makan siang udah siap, ayo turun ke lobi"
"Iya Mah" mau tak mau ia menuruti perintah sang Mama meski masih terlihat gusar diraut wajah tampannya.
Ruang makan vila milik keluarganya diringi degan canda tawa. Kedua orangtuanya nampak asik bercanda dengan gadis yang baru ia temui beberapa hari lalu. Mereka semua tertawa tanpa rasa khawatir pada salah satu anggota keluarga dirumah ini.
"Mau aku ambilin nggak kak?" Ucap gadis berambut pirang itu bersiap dengan piring di tangannya.
"Duh calon mantu Tante manis sekali" ujar Mamanya membuat Danis memandangnya tak suka.
Calon mantu katanya??
"Nira udah nelfon Mama apa belum" kata Danis membut sang Mama meletakkan sendoknya seketika.
"Ya ampun Mama lupa, dari tadi Mama nggak mengang handphone soalnya. Coba Mama cek dulu" sahut sang Mama kemudian meraih ponsel ditasnya.
"Ini udah 7 jam Nira pergi dia nggak ngehubungin kita. Kenapa Mama sama Papa kelihatan tenang kaya gini" ucap Danis dengan nada dingin.
"Danis Mama benar-benar lupa, maafin Mama ya" wanita itu menekan tombol diponselnya untuk menghubungi Danira. Namun sama sekali tak ada balasan diseberang sana, membuat ia menggigit jarinya.
"Sayang ayo angkat dong" berkali-kali Mama Leta mencoba menghubungi Nira, tapi tetap saja ponselnya tak aktif.
"Ini alasan Danis nggak ngizinin dia pergi sendiri. Sekarang kaya gini akibatnya kan"
Clara yang melihat kejadian itu mengelus pelan tangan Danis mencoba menenangkan lelaki dihadapannya itu.
"Jaga bicara kamu Danis" sentak sang Papa membuat Danis menyentak tangan Clara.
Ia pun berdiri dari duduknya mengusap wajahnya kasar. Menatap Mama Leta yang kini mulai mengeluarkan air mata. Batinnya sungguh tak tenang sekarang. Adik sekaligus pujaan hatinya sampai saat ini tak ada kabar.
"Pah Danira pasti baik-baik saja kan? Ini semua salah Mama yang ngeizinin dia pergi" ucapnya diiringi derai air mata.
"Mama tenang dulu siapa tau sebentar lagi Danira ngehubungin kita"
"Iya Tante, Danira pasti baik-baik aja kok" balas Clara mencoba menenangkan Mama Leta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite the Stars
RomansKetika pena memaksa untuk bercerita sedangkan hati tak lagi untuknya, namun cinta masih berkuasa diatas segalanya.. "Harus apa aku agar menghapus rasa ini untukmu, jika takdir saja menentangnya. Mengapa Tuhan harus menciptakan hati untuk mencintai o...