Chapter 20 ❕🚫 (TW: Rap3)

109 2 29
                                    

Di kamar Argus...

"Kak Argus sampe sekarang belum balik... Tuh cewek stress masih gak kapok aja ngejar kak Argus sampe main culik segala." Keluh Hanzo yang terus berusaha menelepon kakaknya yang tentu saja hasilnya nihil karena hp Argus tidak aktif. Dia merebahkan diri di atas kasur Argus, tepat di sebelah Fredrinn yang sedang parno soal kondisi kekasihnya. Di dekat kasur ada Kagura dan Odette yang duduk di lantai serta Fanny dan Aldous yang berdiri dekat pintu. Dan ada Hayabusa yang duduk di dekat jendela, menyimak omelan Hanzo.

"Tuh Yve sialan kenapa kudu dateng sih? Mana gak ada yang tau kalo dia bakal muncul. Gue kira dia pindah ke luar negeri." Oceh Fanny geram.

"Bisa aja dia udah balik, atau... Justru dia gak pernah pergi dari kota ini?" Ujar Kagura kalem. Setelah Kagura bersuara, seisi kamar mulai bicara soal kemungkinan yang terjadi pada Yve sebelum kejadian Argus menghilang ini. Hal tersebut membuat Hanzo makin stress. Dia masih berusaha berpikir positif tentang keberadaan Argus, takut kakaknya dalam bahaya.

"Kak Argus..."

***

Sementara itu, di ruangan tempat Argus disekap...

"Bentar lagi gue keluar... Yes... Ahhh... Enaknya... Lu ternyata oke juga dipake beronde-ronde. Pantes Zhask protektif banget."

Terizla menarik penisnya keluar dari dalam pantat Argus yang terkulai lemah di atas matras. Sudah sekitar 6 kali hubungan seksual yang dilakukan Terizla secara paksa ke Argus, namun lelaki itu masih merasa belum puas juga. Saking capeknya, Argus tidak punya tenaga untuk sekadar mengeluarkan suara. Dia hanya sanggup megap-megap seperti ikan yang terdampar di darat. Namun itu tidak membuat Terizla kasihan, justru dia merasa terangsang lagi.

"Sial, orang tua lu ngidam apa sih? Makin diliat, lu tuh makin menggoda. Hehehe..."

Terizla menatap ke arah lubang pantat Argus, tersenyum miring saat melihat lubang itu berkedut. Lelaki itu memutar bola matanya malas, kemudian memutuskan untuk melakukan hal lain. Dia menjambak rambut Argus dan mengarahkan wajahnya ke arah penisnya yang menegang lagi.

"Isap kontol gue, Argus. Bersyukur gue masih baik gak nyetubuhin lu lagi. Cepetan diisep!" Perintah Terizla dengan nada jahat. Argus yang terlalu lelah tidak bisa berkata apapun, namun dengan pelan dia menggeleng. Hal itu membuat Terizla merasa kesal dan langsung memaksa Argus untuk menghisap "adik kecilnya" tanpa peduli dengan reaksi lelaki itu yang terus menolak. Mungkin karena kesal, Terizla mencengkeram leher Argus dengan kedua tangannya. Dia mengangkat Argus ke udara sembari mencekiknya.

"Berani nolak ternyata? Gue udah baik gak ngentot lagi karena kondisi bokong lu, eh malah ngelunjak! Isep kontol gue atau bakal gue cekek lu sampe mati, pilih mana?!"

Argus yang kesulitan bernafas hanya bisa batuk saat Terizla menguatkan cengkeramannya. Wajah Argus mulai pucat karena kesulitan bernafas, membuat Terizla langsung menjatuhkan tubuh lelaki berambut hijau itu ke matras. Tanpa rasa kasihan, Terizla menginjak selangkangan Argus secara kasar.

"Bodo amat ah, nafsu gue udah ilang. Lu itu jual mahal banget jadi cowok murahan. Gue yakin seratus persen lu udah ngejajain bokong lu ke cowok lain, pantes gampang banget dimasukin. Udah murahan, sok jual mahal lagi."

Terizla meludahi Argus yang terbaring di atas matras, kemudian menalikan tali tambang pada pergelangan kakinya. Dia masih menatap Argus, kemudian menjilat telapak kaki Argus sebelum mengencangkan tali tambang di pergelangan kakinya. Terizla berdiri dan menatap Argus lagi.

"Gue gak mau tau, besok pagi bokong lu udah harus sembuh. Atau gue bakal patahin kaki lu, ngerti?!" Seru Terizla dengan nada tinggi. Dia pun berbalik pergi dan keluar dari ruangan, meninggalkan Argus terkunci di dalam. Argus masih terbaring di sana, tidak kuat melakukan perlawanan. Badannya terasa remuk karena Terizla, dan lubang pantatnya masih terasa perih dan basah karena sperma Terizla yang terus mengalir keluar.

Perfect WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang