Chapter 11

84 6 51
                                    

Argus, Hanzo, dan Fredrinn tiba di rumah keluarga Winter pada pukul 20.30 setelah harus mengantri untuk beli bensin. Raut wajah Gavana tentu saja tidak suka ketika kedua putranya pulang selarut itu. Ibu muda itu berdiri di depan pintu masuk saat Fredrinn memarkir motor milik Hanzo di garasi, menatap kedua putranya horor.

"Argus, Hanzo, udah jam berapa ini?" Tanya Gavana tegas. Argus menunduk, tangannya terus menggenggam tangan Hanzo yang juga terdiam. Fredrinn yang tahu kedua orang itu akan disemprot oleh Gavana pun segera mendekat dan buka suara sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Ahhh, tante Gavana... Anu, tante lupa kah kalo Argus sama Hanzo ini osis? Apalagi kan tadi pas mereka masih rapat, hujan udah turun dengan deras. Jadi tolong dimaklumi ya tante, apalagi Argus lagi banyak pikiran." Jelas Fredrinn yang berbohong agar Argus dan Hanzo tidak kena masalah. Gavana menoleh ke Fredrinn dan ganti menatapnya dengan tatapan yang sama horornya. Namun Gavana menghela napas seraya memijat kepalanya.

"Ya udah, lain kali kabari mama kalo pulang telat. Sekarang kalian bertiga masuk trus mandi, seragamnya digantung di ruang jemuran biar cepet kering."

Gavana masuk ke dalam, membuat Hanzo dan Argus bernafas lega. Keduanya menoleh ke Fredrinn yang merasa canggung karena harus berbohong. Secara teknis Fredrinn tidak bohong, hanya melebih-lebihkan.

"Fred, masuk aja. Tasnya taruh di kamarnya kak Argus, trus cepet mandi." Kata Hanzo yang nyelonong masuk meninggalkan Argus dan Fredrinn berdua. Mereka saling lirik, kemudian sama-sama menunjukkan wajah tersipu. Sesaat kemudian Argus menggandeng tangan Fredrinn dan menariknya masuk ke dalam. Mereka berjalan ke lantai dua dan langsung berbelok menuju kamar paling ujung. Argus membuka pintu kamarnya kemudian membawa Fredrinn masuk.

"Yuk, masuk aja." Ajak Argus. Fredrinn hanya mengangguk dan segera masuk ke dalam. Dia langsung disambut dengan kumpulan koleksi mainan robot dan poster-poster bergambar anime yang ditempel di dinding. Argus yang sedang mengambil futon dari lemari menyadari bahwa Fredrinn melihat koleksinya dan langsung bertingkah seperti ketahuan main game malam-malam.

"Aduh, maaf kalo—"

"Wow, kamu ngoleksi ini berapa lama? Kayaknya mahal semua nih, terutama yang ada di dalam kotak kaca tuh." Potong Fredrinn yang tertarik dengan koleksi milik Argus. Lelaki tegap itu tersenyum tipis dan menoleh ke Argus yang masih merasa malu.

"Hahaha, tenang. Aku sendiri juga suka ngoleksi barang-barang anime dan mainan mobil-mobilan. Ntar aku tunjukin kalo kamu dateng ke rumah." Lanjut Fredrinn.

"Makasih... Ah, sebentar."

Argus segera membuka lemari pakaiannya. Dia terlihat sedang mencari sesuatu. Fredrinn hanya berdiri menunggu sembari terus melihat semua koleksi Argus. Beberapa saat kemudian Argus menyodorkan sebuah robot berwarna kuning yang terlihat mengkilap.

"Nih, aku dapet robot ini dari mesin capit padahal udah punya."

Argus menunjukkan robot berwarna kuning yang dipegangnya. Fredrinn melihat sekilas robot itu, kemudian mengangguk.

"Oke, aku ada satu mobil-mobilan yang duplikat. Kita barter aja gimana? Tenang aja, mobilnya bisa berubah jadi robot juga." Tawar Fredrinn seraya terus memandang robot di tangan Argus. Keduanya pun asyik membicarakan soal koleksi Argus hingga Hanzo masuk ke dalam kamar dan menatap mereka berdua.

"Kak, cepetan mandi. Air di bak masih anget, cepetan biar gak masuk angin."

***

"Serius? Masa dulu si Hanzo nembak cewek tapi ditolak?"

Fredrinn menahan tawa saat Argus menceritakan soal masa lalu Hanzo. Tentu saja orang yang sedang dibicarakan merasa malu dan ingin menghilang dari kamar.

"Beneran, makanya kenapa Hanzo gak mau pacaran sampe detik ini... Yah, walaupun Hanzo kayaknya menyia-nyiakan kesempatan sih." Balas Argus santai.

"Yaelah, harusnya kakak berterimakasih tadi kutolak. Sekarang kakak bisa bersatu sama pujaan hati kan?" Ucap Hanzo. Fredrinn mengernyitkan dahi, bingung dengan kalimat Hanzo barusan.

"Maksudnya?"

"Tadi kak Argus nembak aku, langsung kutolak dong. Coba kalo aku terima, kalian berdua gak bakal bisa bersatu hari ini." Jawab Hanzo. Argus berpura-pura batuk seraya melihat ke arah lain.

"Ohhh, berarti..."

"Tapi sebenernya aku masih suka sama kak Fredrinn, bohong kalo aku bilang udah gak ada perasaan lagi. Kak Fredrinn juga yang jadi salah satu alesan buatku untuk ikut jadi tim pengibar bendera meskipun udah jadi ketos. Aku tuh bener-bener suka sama—Mmph!"

Dengan cepat Fredrinn menarik Argus ke arahnya dan segera mencium bibirnya. Argus terkejut dengan kelakuan Fredrinn namun keduanya pun menikmati ciuman itu. Mereka saling mengulum lidah satu sama lain sementara tangan kanan Argus memegang tangan Hanzo yang merasa menjadi obat nyamuk di antara mereka, berusaha meyakinkannya untuk tetap di tempat. Setelah sekitar dua puluh menit, Fredrinn dan Argus menjauhkan bibir mereka masing-masing. Keduanya tersenyum satu sama lain, puas dengan ciuman kali ini. Namun sebuah suara membuat ketiga orang itu kompak menoleh ke arah pintu.

"Wah, sepertinya kalian udah baikan."

Zhask yang terlihat baru selesai mandi itu masuk ke dalam kamar dan duduk di dekat Argus. Dia tahu adiknya masih sangat marah kepadanya karena kejadian pagi tadi, jadi Zhask menyentuh kepala Argus dan mengacak-acak pelan rambutnya. 

"Gus, kakak minta maaf soal tadi pagi ya? Kakak gak bisa ngontrol diri, jadi kelepasan..."

Fredrinn dan Hanzo saling lirik, kemudian kembali menatap ke Zhask. Argus sama sekali tidak memalingkan wajah ke arah kakaknya, namun Zhask bisa melihat wajahnya yang terlihat serius. Argus menghela napas panjang dan berat, kemudian berusaha mengontrol emosinya yang campur aduk mengingat kejadian tadi.

"Okelah, tapi berjanjilah padaku jangan terlalu gatel. Aku tau kakak gay dan genit, tapi plis tau sikon juga sebelum ngegoda cowok lain. Aku jadi ngerasa bersalah juga udah marah ke kak Fredrinn yang gak tau apa-apa. Jadi plis—Mmpph!"

Lagi-lagi Argus tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena Zhask langsung menarik Argus dan menciumnya. Fredrinn sama sekali tidak keberatan dengan pemandangan itu, toh Zhask adalah kakaknya Argus jadi buat apa cemburu sama calon kakak ipar?

"Sebaiknya kak Argus gak usah bicara ke aku, ntar endingnya kayak gini juga." Komentar Hanzo seraya menggelengkan kepalanya. Setelah 10 menit, Zhask melepas ciumannya dan mengecup dahi Argus.

"Ahhh, kak Zhask... Kakak tadi abis pake odolnya siapa? Kayak kenal aromanya." Tanya Argus curiga. Zhask menyeringai malu sambil berusaha melirik ke arah lain. Keempatnya pun diam selama beberapa waktu, hingga akhirnya Hanzo buka suara.

"Tadi aku dan kak Argus udah ngesex dua kali di sekolah. Jadi—"

"Tunggu, dua kali? Curang, kakak aja belum sama sekali hari ini." Potong Zhask yang merasa tidak terima Hanzo mendahuluinya. Fredrinn melirik ke Argus yang menepuk dahinya, kemudian menelan ludah.

"Dipikir-pikir Argus nih manis banget makin ke sini. Auranya beneran menarik siapapun untuk ngesex dengannya. Suatu hari nanti aku bakal menidurinya, tapi gak mungkin hari ini." Gumam Fredrinn lirih di tengah keluhan Zhask yang merasa Hanzo curang karena mengambil kesempatan dua kali.

"Haduh, kak Zhask kan udah sering sama aku. Gantian Hanzo dong, malah aku belum ngerasain sama kak Fredrinn." Ujar Argus. Zhask memasang wajah ngambek setelah mendengar balasan adiknya. Hanzo menggeleng lemah, heran dengan keaktifan birahi kakak tertuanya itu. Mereka pun kembali diam, hening di dalam kamar. Argus pun beranjak dari kasur dan pergi ke laci di dekat pintu untuk mengambil sesuatu. Lelaki berambut hijau itu mengeluarkan sekotak kartu UNO dari dalam laci dan menyeringai.

"Guys, gimana kalo kita main UNO? Yang kalah harus nyingkirin satu helai pakaian dari tubuh, ntar yang paling banyak lepas pakaian dikasih hukuman oleh yang selamat. Gimana guys?"

Baik Zhask, Fredrinn, maupun Hanzo saling pandang. Ketiganya memasang pandangan yang entah bagaimana caranya bisa membuat mereka kompak tersenyum licik. Zhask kembali menoleh ke Argus dan menyeringai seakan telah merencanakan sesuatu.

"Setuju."

******************************

Perfect WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang