25

400 44 0
                                    

Dia tertawa 

Dia menangis

Dan kau disana

Menemani tawanya
Menemani tangisnya

Ah sungguh, bodohnya aku.
Menjadi batu sandungan
Dari kisah cinta yang belum usai.

Itu adalah kehidupan yang entah keberapa, Alessia sudah terlalu lelah untuk memikirkannya. Yang diingat Alessia hanyalah rasa sakit yang kini kembali menjalari hatinya. 

'Mengapa-mengapa nyonya sangat membenciku?'

'Mengapa-mengapa kaupun sangat senang menggangguku?'

Flashback

Alessia membuka matanya, ini adalah kehidupan ke-entahlah Alessia terlalu lelah untuk menghitung. Lagian untuk apa juga menghitung kematian-kematiannya?

Alessia kembali memejamkan matanya. Kehidupan sebelumnya, dia adalah seorang penjahat. 

Alessia menggunakan kekuasaannya, kecantikannya, dan bahkan orang-orang disekitarnya untuk menghancurkan Selena. Tentu saja Alessia gagal. 

Memangnya kapan sih Alessia berhasil menjalani hidupnya?

Alessia memegang tenggorokannya, dia masih bisa merasakan rasa panas membara dari racun yang melumpuhkan pita suaranya. Tubuh Alessia menggelung, dia menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya.

Alessia bahkan mengingat saat bagaimana tubuhnya diarak dijalanan dan dilempari batu oleh warga kekaisaran, sebelum akhirnya dibakar hidup-hidup. 

Rasa api yang membakar dagingnya, dan suara mendesis dari pembakaran itu berhasil membuat Alessia trauma. Alessia bahkan tidak sadar jika tubuhnya menggigil kedinginan.

'Tenang-tenang Alessia, hal itu sudah berlalu.'

Alessia mencoba untuk menarik nafasnya dalam-dalam, namun semakin di mencoba untuk menarik nafasnya, semakin sesak yan dirasa. 

Meski begitu, Alessia tetap mencoba untuk bernafas dengan baik meski beberapa saat telah berlalu. Saat dirasa Alessia bisa kembali bernafas normal, dengan cepat dia turun dari ranjang dan berbenah.

Setelah beberapa saat, Alessia keluar dari kamarnya dan pergi menuju ruang kerja Sebastian. 

Alessia bahkan mengabaikan keberadaan Selena yang berjalan berlawanan arah darinya.

"Pagi nyonya!"

Alessia tidak menggubris sedikitpun sapaan Selena. Dia berjalan berlalu meninggalkan Selena yang menatap bingung kearah Alessia.

Setelah sampai didepan pintu ruang Sebastian, Alessia mengetuk pintu itu.

"Masuklah"

Tanpa perlu berepot-repot sedikitpun, Sebastian sudah mengetahui jika seseorang yang berada dibalik pintu itu adalah Alessia. 

Karena itulah, bahkan saat Alessia sudah berdiri di depannya, Sebastian masih tetap sibuk dengan dokumen-dokumennya.

Gerakan tangannya yang tidak berhenti membalik-balikan berkas harus berhenti saat Louis yang berdiri disampingnya berdehem. 

Echoes: Dancing with DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang