11

3.2K 258 20
                                    

Berulang kali aku berkata pada diri sendiri,
"semuanya pasti akan baik-baik saja."
Sampai, aku tak merasakan rasa sakit lagi.

Alessia tidak dapat melihat apapun disekitarnya, semuanya gelap. Seakan berada di ruang kosong tanpa cahaya sama sekali. Nafasnya memburu, dan tubuhnya bergetar ketakutan.

Dimana?
Dimana ini?

Pertanyaan-pertanyaan itu menghantuinya dan membuatnya sakit kepala seketika, Alessia menutup matanya dan memeluk tubuhnya sendiri.

"Alessia"
"Alessia"

Siapa? Siapa yang memanggilnya?

"Alessia hei, bangun. Kau bukan anak kecil lagi yang harus selalu aku bangunkan."

Suara itu tidak asing ditelinganya. Dengan ragu Alessia membuka matanya, dan sesuatu menghantam kepalanya.

"Alessia"

"Alessia"

"Alessia"

Kepalanya terasa berat, kenangan-kenangan akan seseorang membanjiri kepalanya. Meski hanya berupa cuplikan-cuplikan singkat tentang kenangannya bersama seseorang. Seseorang bernama Matilda.

"Namaku Matilda, tapi kau boleh memanggilku kakak"

"Bukankah aku lebih tua darimu?"

"hmm.. Tapi bagaimana ini? Aku sudah menganggapmu sebagai adikku sendiri."

Perempuan itu tersenyum sambil mengusap kepala Alessia, lalu tangannya turun ke pipi Alessia dan mencubitnya.

"Nah, Alessia sekarang panggil aku kakak, adik manis ku tersayang."

...

"Hei, Alessia jangan melamun. Atau kau akan dirasuki oleh setan penunggu hutan."

...

"Ck, Alessia kau melupakan makananmu lagi, tapi kau tidak usah khawatir. karena saat ini, kau memiliki seorang kakak baik hati yang akan selalu memperhatikanmu."

Matilda menatap Alessia dengan senyum diwajahnya.

"Jadi makanlah, sebelum aku mengikatmu dan memaksamu untuk makan."

...

"Alessia, cuaca diluar  sangat cerah, bagaimana jika kita piknik ketengah hutan?"

Mendengar hal itu, Alessia melempari Matilda dengan bantal yang berada di genggamannya.

"Yahk... Siapa tau saja kita akan menemukan prasasti yang dirumorkan orang-orang kan?"

Dan Alessia kembali melemparinya dengan sebuah bantal yang lain.

...

"jangan menangis Alessia, lelaki bajingan itu memang tidak pantas mendapatkan bidadari sepertimu."

Tangan hangat Matilda menghapus air matanya, dan dengan nada lembut melanjutkan kata-katanya.

"Atau haruskah aku pergi ke pernikahan itu dan mengacaukannya?"

..

"Hei bajingan, sudah kukatakan padamu untuk menjauh dari adik ku"

"kau tidak bisa terus menghalangi cintaku untuknya matilda."

"Cinta-cinta tai kucing, dengar baik-baik perkataanku jika kamu menyukai adikku"

Lelaki yang sedari tadi menggoda Alessia lantas terdiam dan mendengar perkataan matilda dengan seksama.

Echoes: Dancing with DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang