13

3.1K 211 0
                                    

Mengapa semesta sangat senang bercanda?

Ada satu titik saat dimana Alessia merasa semua yang dilakukannya itu sia-sia. Meski Alessia telah melakukan berbagai macam cara untuk bisa keluar dari lingkaran regresi itu, Alessia selalu gagal. Entah Alessia menghindarinya dengan menyerang secara agresif ataupun bersikap pasif, Alessia selalu tetap disalahkan.

Biasanya saat Alessia sendiri sudah mulai merasa lelah dan muak akan segalanya, Alessia akan melakukan bunuh diri. Itu adalah jalan terakhir yang Alessia lakukan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Lalu saat ini, saat entah bagaimana dia bertemu dengan seseorang bermata emas. Alessia mulai kembali berharap.

Sebagai seseorang yang telah lama berhenti berdoa dan berharap, Alessia memutuskan untuk memulai kembali untuk berharap. Lagi dengan bodohnya Alessia justru berharap kepada seorang manusia.

Saat Alessia berhasil membawa anak-anak itu, Alessia telah berjanji untuk bisa hidup lebih baik dikehidupan kali ini. Atau lebih tepatnya untuk tidak mati dengan mudah. Karena saat ini dia memiliki anak-anak lain yang menjadi tanggung jawabnya. Jadi Alessia tidak bisa dengan mudah putus asa dan menjadi egois

Cukup sekali dia kecolongan tentang kematian Matilda. Kali ini Alessia tidak boleh gagal. Karena mungkin saja dikehidupan selanjutnya Alessia harus kehilangan Matilda dan adik-adiknya.

Itu membuat Alessia tanpa sadar berdoa jauh didalam hatinya.

'Bisakah kali ini, pada kehidupan saat ini, mau semesta ataupun takdir, bisakah kalian memihak ku?'

Alessia dengan segala keputus asaannya kembali memanjatkan doa. Entah kepada siapapun yang mungkin bisa mengabulkannya. Seorang manusia yang telah lama berhenti berdoa kembali memanjatkan doanya karena seorang manusia lainnya. 

Kali ini akankah sebuah keajaiban kembali muncul?

Jadi ketika pikiran Alessia menyuruhnya untuk berhenti, perasaan Alessia justru terombang-ambing atas sesuatu yang tidak disukainya. Berharap kepada manusia dan berdoa karena manusia. 

Rasanya campur aduk, Alessia bingung, sedih dan marah disaat bersamaan. Setelah menangis dengan keras pun Alessia justru merasa kosong. Bukan rasa lega atau rasa tenang, tapi kekosongan di hatinya. Apakah mungkin karena perasaan yang dirasanya meluap sekaligus sehingga tidak menyisakan apapun

Dan setelah kekosongan itu, Alessia harus kembali dikejutkan dengan pertanyaan dari Benedict. Sebuah pertanyaan singkat yang seketika membuat seluruh perasaan Alessia kembali memberontak keluar. Pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menghantuinya, Satu demi satu menerobos keluar.

Pertanyaan singkat tentang dirinya sendiri dan dunianya. Sebuah pertanyaan singkat yang memicu Alessia untuk kembali mempertanyakan keberadaan dirinya sendiri.

Ketika membiarkan Benedict untuk mengawalnya pun, Alessia tidak berharap banyak bantuan darinya. Karena Alessia tau, apa yang dialaminya ini terlalu membingungkan bahkan untuk seseorang yang memiliki 'mata emas' sepertinya.

Alessia membiarkan Benedict disisinya, mengawalnya dan mengamatinya. Hanya agar keinginan tahuan Alessia bisa sedikit terpecahkan. Bukannya justru Alessia yang dibuat bertanya-tanya seperti ini.

Tapi apalah daya. Saat ini, saat bagaimana otak Alessia masih memproses segala pertanyaan itu, kini Alessia telah menaiki kereta kuda pesanannya. Meninggalkan lelaki yang dipanggil Benedict itu dibelakang sana, dan membuat dirinya lagi tenggelam dalam tanda tanya besar.

Echoes: Dancing with DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang