Bab 3

195 24 3
                                    

Di Rumah Sakit Kota Shanyang, di dalam ruang ICU kaca, seorang lelaki tua lemah terbaring di tempat tidur. Tubuhnya dipenuhi peralatan medis dan dia sudah tidak sadarkan diri sepenuhnya.

Di luar ruang kaca, seorang perawat menguap dan memainkan permainan di ponselnya, sesekali dia mengangkat kepalanya untuk memeriksa pasien di dalam ruangan.

Secara kasat mata, lelaki tua itu hanya terbaring sendirian di tempat tidurnya.

Namun di mata Seulgi, sebuah jam muncul tepat di atas lelaki tua itu.

Jamnya masih bergerak normal, tapi jika dilihat dari jarum detiknya yang bergetar, sepertinya jam itu bisa berhenti kapan saja.

Seulgi membuka tangannya dan sebuah arloji saku kecil muncul di telapak tangannya. Masih ada beberapa menit tersisa sampai lelaki tua itu mencapai waktu yang sama dengan yang tertera di jam sakunya...

Dia menyilangkan tangan dan bersandar pada kaca di belakangnya, menutup matanya.

Jari-jarinya mengetuk lengannya secara ritmis, seolah-olah dia sedang bosan, tetapi juga seolah-olah dia sedang menghitung waktu dengan jarinya.

Monitor detak jantung mulai berbunyi 'bip' dengan suara peringatan yang mendesak. Sebelum perawat bisa memberi tahu siapa pun, dokter sudah memasuki ruangan diikuti oleh beberapa perawat.

'Ruang kaca' menjadi semakin ramai. Seulgi, yang bersandar di sudut, tidak selaras dengan orang-orang sibuk di sekitarnya, tetapi tidak ada yang memperhatikan kehadirannya sama sekali.

"Defibrilator, 200! Cepat!"

"200 joule dibebankan!"

Tubuh lelaki tua itu bergetar karena defibrilator dan dokter memasang kembali alat itu ke tempatnya. Dia melakukan CPR sambil melihat garis lurus monitor dengan cemas.

'CPR mengacu pada resusitasi jantung paru yang pada dasarnya merupakan rangkaian tindakan untuk mengatasi serangan jantung'.

Pada saat ini, Seulgi membuka matanya, dan Matanya seperti kolam dingin tanpa ombak, menunjukkan hawa dingin yang menusuk tulang di kedalaman tanpa dasar.

Dengan bunyi 'denting', rantai besi setebal lengan anak kecil muncul di tangan Seulgi.

Dia perlahan berjalan menuju tempat tidur, dan pada saat yang sama, jam di atas kepala lelaki tua itu berhenti dan dia memasangkan rantai besi di tubuh lelaki tua itu.

Pemandangan aneh kembali terjadi lagi. Tubuh lelaki tua itu jelas-jelas terbaring di tempat tidur, tetapi lelaki tua yang sama itu terjebak dalam rantai besi.

"Aku adalah Siswa dari Akademi Dewa Kematian. Wang Qinghai, waktumu telah tiba, silakan ikut denganku."

Setelah selesai berbicara dengan tenang tanpa emosi apa pun, Seulgi berbalik dan pergi, lalu dia menyeret salah satu ujung rantai di belakangnya.

Dokter yang melakukan CPR berhenti, dia menyeka keringat di keningnya dan berkata kepada perawat di sebelahnya : "Umumkan waktu kematiannya."

Jejak kebingungan melintas di mata Wang Qinghai yang kusam dan dia mengangguk secara mekanis. Dia berbalik dan melihat tubuh fisiknya yang mati, lalu berjalan melewati dinding dan keluar dari rumah sakit dengan ditarik oleh rantai besi Seulgi.

Perawat melepas peralatan pendukung kehidupan, dan perawat lain menelepon keluarga Wang Qinghai untuk memberi tahu mereka, dan dokter menutupi tubuhnya dengan kain putih.

Keduanya berjalan jauh, dan Wang Qinghai terlambat bertanya: "Apakah aku sudah mati?"

"Ya"

Wang Qinghai menggerakkan bibirnya seolah ingin mengatakan sesuatu, namun pada akhirnya, kata-katanya hanya berubah menjadi desahan berat.

Fengdu [SEULRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang