iv. accident

139 91 87
                                        

Seluruh Ballerina telah duduk di kursi makan mereka masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seluruh Ballerina telah duduk di kursi makan mereka masing-masing. Hari ini Jiwa duduk di sebelah Aruna.

Karena baru ia yang dikenalnya.

Kala menu di suguhkan, tak ada siapapun yang menyentuh.

Menu kali ini adalah sayuran. Segala sayuran telah tersedia diatas meja dengan semangkuk kecil nasi.

"Kenapa tidak ada satupun yang menyentuh makanan?!" bentak Madam Gie usai menunggu cukup lama.

Seseorang kini mengangkat tangannya. "Ya katakan," ujar Madam Gie.

"Pardon me, Madam. Apa hanya ini menu kami kali ini?"

"Benar. Menu kalian hanya sayuran. Tidak ada yang lain."

"Jika ada yang menginginkan daging, tangkap dan masak sendiri."

Menit selanjutnya tak ada yang memprotes lagi. Meski enggan, mereka tetap melahap segala jenis sayuran masak itu.

Sup rumput laut habis lebih dulu. Sehingga Jiwa terpaksa makan bayam tumis saja. Selain itu rasanya ia akan muntah.

Aruna berbisik, "Jangan cari aku besok, karena sepertinya aku 'kan jadi kambing.."

Kini dilanjutkan dengan seorang siswi yang mendadak memuntahkan seluruh cairan dari tubuhnya ke lantai.

Bersamaan dengan itu, seseorang berteriak di ruang makan sambil menunjuk kedua temannya yang hendak berkelahi.

"ANYBODY HELP!"

Mereka saling meraih leher lawannya sambil menodongkan benda tajam. Satu garpu, satunya lagi pecahan kaca.

"Kenapa menyenggol makanan ku!?"

"Ku bilang tidak sengaja!"

"Berisik! Sini! Ku buat ususmu keluar dari perut!"

"Oke. Otakmu juga ku keluarkan, ku beri pada gerombolan babi!"



Mereka pun terpecah belah tak karuan. Sembilan puluh persen histeris dan segera berlari keluar ruang makan.

Sedangkan lima persen menolong siswi yang tiba-tiba muntah tadi. Lima persen lagi masa bodoh dengan semua ini.

×××××××

Malam yang dingin diikuti suara burung gagak yang memekakkan telinga, buat mata Jiwa terus terjaga.

Ia masih memikirkan kejadian tadi siang.

Lagi, di ranjang atas Aruna sibuk mengorok dengan kaki yang menggantung keluar dari ranjang.

Kala Jiwa melirik ke arah jendela, tampak wanita bergaun merah sedang melintas sembari membawa lentera.

Jiwa yang penasaran, memutuskan beranjak daripada terkurung di sini dan terjaga semalaman.

Dengan terburu-buru ia berlari sambil membawa lentera sebagai penerangan malam.

Pasalnya seluruh cahaya di Ballerina Island akan dimatikan ketika waktu tidur para penari telah tiba.

"Hei kamu sedang apa? Ini sudah waktunya tidur!" panggil Jiwa yang merasa harus menolong wanita tersasar itu.

Orang itu menoleh.

"Madam?" ucap Jiwa terkejut.

"Bukankah kamu yang seharusnya tidur, nak?"

"Maafkan saya, Madam. Saya akan kembali ke asrama."

Berkali-kali Jiwa membungkukkan tubuhnya untuk meminta maaf.

Namun ketika ia hendak berlari menuju ke asrama. Madam Gie memanggilnya. "Kemari! Ikutlah denganku."


Dan beliau meneruskan langkahnya meninggalkan Jiwa.

Merasa jarak antara ia dan Madam Gie terlalu jauh, Jiwa berlari tuk menyamai langkah sang Madam.

"Madam, mau kemana?"

"Mencari santapan malam."

×××××××

Mereka kini sampai di depan kandang kelinci. "Masuklah," pinta Madam Gie.

"Saya, Madam?"

Seolah mengerti pertanyaan yang dilontarkan terlalu bodoh, Madam Gie melirik tajam ke arah Jiwa.

"Bawakan seekor kelinci putih jantan."

×××××××

Entah apa yang ada dipikiran Jiwa berani membawa keluar seekor kelinci putih jantan dari kandangnya.

Tanpa ekspresi, Madam Gie mengambil alih kelinci itu dari tangan Jiwa.

"Terima kasih. Jika mau, kamu bisa mendapatkan bagian kepala dan kakinya."

"Tak perlu, Madam. Ballerina tidak boleh makan setelah pukul 8 malam."

"Hanya untuk hari ini. Temani saya makan."

×××××××

Asap hasil dari terbakarnya kayu dan daun kering tampak mengepul dari arah utara. Di sanalah Madam Gie dan Jiwa akan menikmati santapan mereka.

Kini Madam Gie menusuk bagian perut kelinci itu yang masih penuh akan bulu. Sedangkan Jiwa tengah sibuk memisahkan bulu di bagian kaki kelinci.

Kala selesai memisahkan bulu, Jiwa beranjak dan hendak mencucinya di danau depan sana.

"Stay here." perintah Madam Gie.

"Nenek saya pernah bilang, jika ingin memasak apapun wajib dibersihkan."

"Lantas apa kamu mau kembali hanya sebatas nama?"

"Just grill, eat, and go back to your bed!"

"Kamu paham kan?"

"Kemarilah," ucap Madam Gie meminta Jiwa mendekat.

Kini ditusuknya kaki kelinci itu lantas dibakar bersamaan dengan perut kelinci milik Madam Gie yang masih penuh akan bulu.

"Apa enaknya dari kelinci yang sudah kamu bersihkan? Lihat kelinci ini-" tunjuk Madam Gie ke bagian perut kelinci yang masih penuh akan bulu.

"Dia mati dalam keadaan suci. Sehingga kita tidak boleh melewatkan satu pun dari tubuhnya."

"Kamu tau kan maksudku?"

Ballerina IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang