Mengisahkan tentang seorang Uncle yang sangat menyayangi keponakannya hingga apapun akan ia lakukan untuk membahagiakannya, termasuk mengorbankan perasaan dan cintanya.
Alur cerita hidup sudah di gariskan berusahalah yang terbaik hingga mendapatkan...
"Aku juga gak tau, tadi pas aku jemput di kantornya Jeno, Nana udah jongkok di luar sambil nangis, udah aku tanya juga tapi Nana gak mau jawab" jelas Mark.
"Emang siapa yang nyuruh jemput Nana di kantor Jeno? Kalau Jeno tumben banget dia minta jemput Nana biasanya juga selalu dia yang antar jemput" ujar Haechan.
"Nah itu dia, tadi Jeno sendiri loh yang nelpon, aku yang lagi di kantor aja kaget, belum lagi Jeno bilang kalau dia sibuk dan gak bisa di ganggu" adu Mark.
"Hah?!"
Haechan terpaku heran mendengar penjelasan Mark.
"Jeno sibuk dan gak bisa di ganggu? Sejak kapan? Dari kecil juga Nana udah ikut dia ke kantor, gak pernah Jeno sibuk untuk Nana, apalagi sampai gak bisa di ganggu. Bahkan sampai keluar kota, keluar negeri dia bawa Nana, kecuali kalau dia pergi lama dan Nana juga gak bisa di bawa karna alasan tertentu, kayak lagi sakit atau lagi sekolah" ujar Haechan terheran.
Mark menghela nafas.
Semua yang di jabarkan Haechan itu benar.
Tapi kenapa Jeno bilang begitu, apalagi Nana sampai nangis kejer gitu.
"Ini pasti ada yang gak beres, pasti Nana ada buat salah sama Jeno yang sekiranya buat Jeno itu marah besar" ujar Mark.
"Tapi apa? Belum ada sebab yang membuat Jeno marah besar sama Nana" balas Haechan.
Mark mengangguk.
Tidak ada yang membuat Jeno marah pada Nana, kecuali satu hal.
Nana menjauh darinya.
Tapi kenapa Nana ingin melakukan itu?
"Sayang, kamu ada ngomong apa gitu sama Nana tentang Jeno? Atau apalah gitu info yang kamu kasih tau ke Nana yang berhubungan dengan Jeno" tanya Mark.
Haechan terdiam sembari berpikir.
"Ada sih, kemarin echan bilang ke Nana kalau tunangan Ayah-nya itu bentar lagi datang, apa karna itu sayang? Tapi kenapa Jeno marah?" Tanya Haechan tak paham.
