Bab 7~Tuan Ji Lao

3 0 0
                                    

Malam dimana sinar rembulan begitu terang menerangi kegelapan, iringan musik seruling bersenandung terbawa oleh semilir angin berhembus perlahan menyapu dedaunan pohon yang tampak melambai mengikuti. Gemercik air berasal dari aliran sungai tenang, jernih layaknya kaca transparan, di bawahnya ikan meliuk-liuk berwarna-warni sehingga menambah kesan indah, semerbak harum bunga mawar bermekaran dipinggiran sungai tersebut, hewan kumbang dan kupu-kupu menghingapi setiap tangkainya. Kediaman Mu rupanya tidak ingin melewatkan kesempatan ini untuk sekedar bersantai dari penatnya kehidupan. Perjamuan di Aula Utama sedang berlangsung begitu ramai, tuan muda Mu Bai memerintahkan kepada anggota Keluarga Mu untuk melakukan penyambutan sederhana khusus untuk dua tamunya, tuan Ji Lao selaku utusan dari Keluarga Xi dan Putri Hien teman masa kecil tuan muda.

Gelas-gelas berisi anggur-manis terangkat tinggi ketika semua orang saling bersulang, bau khas daging panggang tersaji dimeja jamuan, berbagai jenis masakan terhidang siap menggoda perut. Tidak terkecuali seorang gadis yang kini tengah menyumpal seisi mulut dengan makanan berbeda, Qixuan mengunyah tanpa henti sembari tersenyum lebar kearah pria bernama Xiao Ming tepat di sampingnya duduk.

Tidak terlalu jauh di depan sana, tuan muda Mu Bai sibuk berbincang bersama tuan Ji serta tetua-tetua tertinggi di Kediaman. Para tamu yang hadir tanpa diduga serentak menatap kearah pintu masuk, seorang gadis dengan paras bak  bidadari berjalan sangat anggun memasuki Aula, sontak semua mata tertuju padanya. Untaian perhiasan terbuat dari emas hiasan dikepala putri Hien saling bergesekan, silaunya mutiara murni tidak lupa turut bersarang. Kali ini dirinya tampak tidak mengenakan penutup wajah, sehingga kecantikannya terpancar dengan sempurna. Tuan muda Mu Bai bahkan tidak berkedip sedikitpun, wajahnya terpancar aura kagum pada sosok gadis tersebut.

"Hien'er?" panggil tuan muda.

"Salam tuan---"

"Tidak perlu, " balas Mu Bai, kedua sudut bibirnya melengkung nyaris menampilkan gigi-giginya yang putih. Senyuman pertama setelah sejak lama."Duduklah, " pintanya sambil mengarahkan kursi disampingnya berdiri.

"Kursi itu milikku! " bentak seorang gadis dari kejauhan, tentu saja semua mata yang semula menatap lekat kearah putri Hien sekarang beralih pada sumber suara.

Gadis memakai pakaian seorang pria dengan rambut terikat rapi kebelakang, melangkah semakin dekat.

"Siapa dia?" tanya Qixuan diselimuti penasaran.

"Nona ketiga." Xiao Ming menyilang kedua lengannya di dada, memperhatikan keadaan sekitar. "Mungkin akan ada kekacauan," tambah Xiao Ming, menggeleng-gelengkan kepala.

"Kenapa? " ujar Qixuan menimpal pertanyaan lagi.

"Di kediaman semua orang mengetahui bahwa Nona ketiga sangat menyukai tuan muda, dan sekarang muncul putri Hien.... kau bisa menebaknya. "

Salah satu kaki nona ketiga terangkat tepat ke atas kursi, sorot matanya tajam membidik pada  gadis yang menjadi pusat perhatian tersebut. Tidak ada ucapan yang terdengar setelahnya, hanya saja putri Hien balas tersenyum ramah. "Xi Feifei, lama tidak bertemu. Aku tidak berniat mengambil tempatmu, lagi pula aku akan duduk disamping pria itu." Jari telunjuk putri Hien mendarat tepat kesosok pria samping Qixuan berada. Tidak dapat dipungkiri semua yang ada dalam jamuan tercengang, termasuk tuan muda. Raut wajah Mu Bai berubah geram dengan kepalan tangan menguat seiring waktu.

Perjamuan berjalan seperti saat pertama kali dimulai, tarian dari sekelompok wanita yang dipanggil mengiring musik mengalun di tengah Aula. Putri Hien tersenyum simpul pada Xiao Ming yang hanya bisa mematung ditempatnya duduk.

Setelah waktu yang sangat panjang, perjamuan akhirnya telah berakhir satu persatu orang mulai meninggalkan Aula, termasuk tuan Ji Lao.

"Tuan muda, tiga tetua Mu. Tubuhku sudah tidak semuda dulu lagi.... aku akan pergi terlebih dahulu," ucapnya dengan nada sedikit keras.

"Beristirahatlah dengan nyaman tuan Ji, aku tidak akan mengantarmu. "

Pria tersebut segera melangkah pergi dari sana, dikejauhan balik punggungnya semakin samar-samar dalam kegelapan malam.

Perjamuan berjalan dengan sangat menyenangkan semua orang sibuk dalam kegiatan mereka masing-masing. Sehingga, tanpa sadar malam yang sangat panjang terasa begitu singkat. Sesaat sebelum mentari datang, tuan muda Mu Bai membubarkan perjamuan. Dirinya kembali ke Kediaman Dalam-tempat tinggal calon pemimpin- .

Ruangan yang hanya diterangi oleh sinar rembulan redup, sosok tuan muda duduk bersandar secangkir teh hangat berhasil masuk kemulutnya secara pelan. Sementara diarah lain, seorang pria tengah berlutut menghadapnya berada, Xiao Ming menundukkan kepala.

"Jelaskan kepadaku hasil dari misi yang sudah kau tunda!" gumam tuan muda Mu Bai, tangannya meraih cambuk yang sengaja sudah dipersiapkan. Bangkit berdiri kemudian berjalan kearah belakang, Xiao Ming membuka baju bagian atas seakan mengerti apa yang akan terjadi.

Srrgghhh

Hempasan cambuk dengan pisau-pisau kecil disetiap sisinya mengenai punggung Xiao Ming dalam sekejap darah segar mengalir sangat banyak, kedua kelopak matanya terpejam menahan sakit yang tidak dapat dijelaskan.

Srrghhh

"G-gadis itu a-adalah murid dari Yan Baili. Ia mengatakan semuanya berhubungan dengan Jarum Kesunyian," ucap Xiao Ming, bibirnya bergetar karena rasa sakit yang ditahan sedemikian rupa.

Srrghhh

Cambuk panjang yang dilengkapi pisau kecil tersebut terus masuk kedalam daging Xiao Ming, mengores dan membedah sel-sel kulitnya yang sudah dipenuhi cairan merah kental, tetesan-tetesan mengalir dilantai ruangan dengan pencahayaan minim itu.

"J-jarum Kesunyian t-tidak sengaja aku temukan pada saat perjalanan pulang, milik Putri Hien."

Deg

Tuan muda Mu Bai seketika berhenti melayangkan cambuk untuk kesekian kali.
'Jarum Kesunyian?! Bagaimana bisa senjata itu kembali lagi? Pengantin Merah, apakah dia?' batinnya membenak.

"Kau adalah bawahan rendahan, berhentilah mendekati Hien'er! Apa kau mengerti. "

"B-baik tuan muda, " jawab Xiao Ming dengan sekuat tenaga, wajah sudah memucat sepenuhnya seiring dengan cucuran keringat dingin.

Ssstt

"Salam tuan muda." Suara dari balik pintu ruangan terdengar sangat jelas diantara keduanya. Membuat cambukan yang akan segera diberikan terhenti seketika, tuan muda Mu Bai berdecak kesal, "Ada apa? "

"T-tuan Ji Lao m-mati."










___________________________________________

Pengantin MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang