Bab 4~Racun yang sangat mengerikan

8 0 0
                                    

Meskipun tangannya terbungkus oleh sehelai kain, Qixuan masih lihai memeriksa setiap inci tubuh mayat. Tatapan matanya fokus memperhatikan setiap titik-titik terpenting.

"Pria ini tidak memiliki luka diluar tubuhnya, jadi dapat dipastikan tidak ada pertarungan yang terjadi pada saat terbunuh. Akan tetapi, dirinya mati akibat racun mematikan tersebar di dalam. Organnya akan membusuk selama waktu satu jam, " tutur Qixuan, berjalan mengitari tubuh Sang mayat untuk menyakinkan dirinya bahwa tidak ada luka sedikitpun bahkan sekedar tergores saja tidak ada.

"Racun yang sangat mengerikan? "

"Benar, racun ini hanya ada di Keluarga Xi, seorang pengrajin halaman dalam dapat membuatnya, guruku pernah memintanya dulu dan kandungan didalamnya berkualitas tinggi tidak ada pedagang yang mampu meniru. "

"Racun dari makanan? "

"Tidak," bantah Qixuan.

"Racun ini tersebar melalui luka dari senjata. "

Isak tangis dari wanita merupakan istri dari mayat pria tersebut semakin jadi. Meringkuk disudut ruangan dengan tangan gemetar.

Sejenak keheningan terjadi, helaan napas panjang dan berat dari Qixuan jelas terdengar diantara kesunyian. "Senjat-----"

"Bukankah tidak ada pertarungan? Bagaimana bisa ada senjata yang meluka'i nya? " potong Xiao Ming rasa penasarannya tersirat pada sorot mata lekat menatap sesosok gadis berdiri di depan.

"Jarum Kesunyian," balas Qixuan singkat.

Mendapati hal tersebut seketika tubuh Xiao Ming mematung, detak jantungnya memompa dengan cepat dan terus bertambah cepat hingga tanpa sadar raut wajahnya menegang, kepalan tangan semakin kuat. Apa rahasia dibalik Jarum Kesunyian sebenarnya?

Brakk..

Pintu dihantam oleh sesuatu, sekelompok pria berbaju hitam tersenyum sinis. Tanpa berpikir panjang Xiao Ming selangkah di hadapan Qixuan sembari merentangkan pedang kepada musuh.

"Bunuh mereka semua! " teriak pemimpin pria berbaju hitam tersebut.

Detingan pedang saling beradu terdengar memenuhi ruangan tidak terlalu besar, hampir setengah dari jumlah pembunuh telah dibunuh oleh pria bernama Xiao Ming mempunyai keahlian bela diri diatas rata-rata, dirinya dengan mudah mengalahkan lawan meski terkena sedikit sayatan pedang dibagian lain. Beberapa benda terpontang-panting tanpa arah akibat perkelahian, sedangkan wanita yang sedang menangisi kepergian suaminya tadi segera berlari kearah mayat suaminya berada.

Qixuan berdiri tidak terlalu jauh dari sosok Xiao Ming yang sedang bertarung, "Apa yang harus kulakukan?" gumamnya berusaha memikirkan cara agar bisa tetap hidup.

Ketika kepalanya sedang dipenuhi berbagai macam ide serta berpikir dengan keras tanpa terduga tarikan tangan dari seorang pria menyadarkan lamunan Qixuan. "Kita harus pergi dari sini, tenang saja aku akan melindungimu, " tutur Xiao Ming sesekali menoleh kearah belakang, tepat dimana gadis itu tengah menatap dirinya pula.

"Kenapa kau tidak mengajak Nyonya?" tanya Qixuan bertuju pada wanita yang menangisi suaminya saat mereka bersama.

"Nyonya tidak ingin pergi dari sana, permintaan terakhir adalah mati bersama suaminya dan membawamu keterpaksaan, karena kau memiliki bukti sekaligus saksi penting bagi tuan muda Mu Bai, jika tidak untuk apa aku membawa beban, huh. "

Qixuan terdiam lalu melepaskan genggaman tangan pria tersebut secara kasar, seperti sedang disambar petir disiang hari gadis itu hampir saja terpesona dalam waktu singkat, tapi beruntunglah Xiao Ming lekas menuturkan tujuannya untuk menyelamatkan dirinya dari para pembunuh.

"Ada apa? " tanya Xiao Ming keheranan mendapati sikap aneh secara tiba-tiba.

Tidak ada jawaban dari sosok Qixuan. Ia hanya terus berlari masuk kedalam hutan, sementara dibelakangnya pria itu mengaruk kepala yang tidak gatal.




***



Sssttt

Sebagian panah tertancap pada dinding, seorang pria memakai baju jirah tampak beberapa kali mengumpulkan setiap anak panah yang berjatuhan. Kemudian berjalan kearah pria pemegang busur-pemanah-.

"Tuan Patriark, Keluarga Mu sedang kacau. Mungkin orang lain akan memanfaatkan kesempatan ini secepat mungkin?" kata pria pengumpul anak panah tadi.

Tarikan napas panjang terdengar begitu berat, raut wajahnya sendu. "Apakah semua sepadan? Anakku, Xi Lan Mei.... menjadi korban dalam situasi menguntungkan ini? "

"Seharusnya Mei'er telah menikah dan hidup bahagia bersama keluarganya, tapi.... "

Patriark Xi melepaskan busurnya ketanah, tangan menopang dahi, memijat kasar pelipis dengan kesedihan mendalam terduduk takberdaya.

"Tuan kau harus bangkit kembali, Nona Xi Lan telah mengorbankan banyak untuk Keluarga kita."

Sehelai daun bertebangan mengikuti alunan angin, menyapu lembut gerai rambut putih Patriark Xi tangan keriputnya meraba permukaan daun yang sengaja diletakkan diatas telapak tangan lain, sambil menutup kedua kelopak mata dirinya mendongakan wajah ke hamparan langit luas. "Penasehat Ji Lao, kau ku perintahkan untuk pergi Ke kediaman Mu sampaikan tuntutan nyawa putriku," ujarnya diiringi ketegasan sebagai pemimpin puncak.

"Baik tuan..." Pria mengenakan baju jirah tersebut berlutut sambil memberikan salam penghormatan tertinggi.







***




Pohon-pohon menjulang tinggi, daunnya yang rimbun menutupi sinar matahari masuk, sehingga suasana di bawahnya terasa menyejukkan. Seorang gadis memakai pakaian bernoda darah, melangkah tanpa ragu, berlenggang melewati jalanan berhiaskan rumputan liar.

Tidak terlalu jauh dari arah belakang berada, Xiao Ming pria itu tampak berkali-kali memeriksa balik punggung serta sekeliling, berharap para pembunuh tidak dapat menemukan jejak mereka. Dengan pedang yang selalu siap dalam tangan, dirinya mempertajam penglihatan agar selalu berwaspada terhadap keadaan. Sehingga tanpa disadari, sosok gadis tidak lain dari Qixuan yang menemani perjalanan sudah tidak ada lagi! Sontak Xiao Ming berlari kesetiap sudut arah, mencoba menemukannya dengan keadaan selamat.








___________________________________________

Pengantin MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang