Bab 6~Keluarga Mu

4 0 0
                                    

"Maksud kalian ini? " Putri Hien melepaskan tusuk rambutnya yang dihiasi mutiara murni, sebuah jarum muncul disela-sela. Qixuan mematung sementara Xiao Ming bergerak sangat cepat mengambil jarum tersebut. "Putri kenapa anda memiliki Jarum Kesunyian?"

"Ini milikku. "

Keduanya saling menatap satu antarlain, Qixuan menelan ludah sambil mengangguk pelan kearah Xiao Ming, tidak ada yang tahu apa yang sedang mereka pikirkan bersama.

"Yang mulia, kita sudah sampai di Kediaman Mu, " kata seorang dari arah depan kereta taklain dari pelayan putri Hien.

Sesaat setelah kereta mereka berhenti tepat digerbang Kediaman, dari kejauhan tampak setitik berwarna hitam yang semakin dekat, kereta lain melaju kearah mereka. Sekelompok prajurit berjalan seirama mengiringi kereta, masing-masing dari prajurit memegang sebuah tombak panjang sementara tangan kiri dilengkapi perisai pelindung. Dapat dipastikan orang yang ada di dalam adalah sosok terpenting?

Tidak menunggu waktu lama, kereta dengan pelindungan sangat ketat tersebut tiba. Seorang pelayan menunduk agar punggungnya dapat dijadikan pijakan.

"Sudah sangat lama aku tidak masuk wilayah Keluarga Mu, terakhir kali aku berdiri disini membunuh seorang jenderal besar mereka, " ucapnya sambil tertawa memegangi janggutnya yang sudah memutih keseluruhan.

"Salam tuan Ji Lao, " sapa seorang wanita yang berjalan kearahnya dari jarak tidak terlalu jauh dari kereta.

"Putri Hien?" Pria berjanggut putih bernama tuan Ji Lao keheranan, kedua alisnya berkerut dalam. "Putri dari Master Gunung Pedang, datang ke Keluarga Mu, kenapa? Apakah sekte pedang berniat campur tangan dalam kekacauan ini? " sindirnya.

Dibalik kain transparan-penutup wajah- sosok Putri Hien menyunggingkan sebuah senyuman sinis, wajahnya memaparkan kemarahan yang sudah terkubur begitu dalam. Sekte Gunung Pedang selama ini tidak pernah menyinggung salah satu Keluarga di Negri Tianqi, akan tetapi Keluarga Xi selalu mencari-cari kesalahan mereka agar kekacauan terjadi, sedangkan sejak jaman dahulu kedua Sekte ini selalu menjadi musuh bebuyutan dalam setiap generasinya.

"Apakah mereka akan bertarung?" bisik Qixuan pada Xiao Ming yang kini sudah berpindah tempat selangkah ada di depannya berdiri. Pria tersebut perlahan melepaskan pedang dari sarungnya, berusaha melindungi gadis dibalik punggungnya itu. "Diamlah," balas Xiao Ming.

Hembusan angin menyapu dedaunan tergeletak dijalanan, berterbangan kesegala arah seperti turut mendukung suasana tegang diantara dua orang yang sekarang sedang berhadapan melontarkan tatapan dingin satu antarlain. Putri Hien menarik pedang naga putih miliknya merentangkan pada lawan, sedangkan tuan Ji Lao merenggangkan otot-otot leher sembari berjalan mendekat dengan telapak tangan berwarna kebiruan. Tangan beracun yang telah terkenal dipenjuru Negri Tianqi, permukaan senjata yang tidak sengaja menyentuhnya akan dialiri racun menjalar ketelapak tangan musuh lalu memasuki sel-sel kulit sampai orang tersebut takbernyawa lagi.

Mengambil posisi siaga, putri Hien bersiap menyerang dan....

Sssttt

Sebilah anak panah tertancap diantara tuan Ji Lao dan putri Hien. Keduanya seketika berhenti, mencari keberadaan orang yang telah berani menghentikan pertarungan.

"Tuan Ji, Putri Hien adalah tamuku. Bisakah kau menghormatinya untuk sesaat? " Seorang pria memakai jubah panjang berwarna hitam keemasan keluar dari gerbang, tangan kanannya memegang sebuah busur besi yang taklain dari pemilik anak panah tadi. Tuan muda Mu Bai menatap sekilas kearah bawahannya lalu berganti pada Qixuan dari balik punggung Xiao Ming. Surai di samping rahangnya tertiup oleh sapuan angin lembut. Dengan tatapan tajam dirinya menghampiri seorang wanita saat ini kembali memasukan pedang naga putih. "Hien'er kau baik-baik saja? "
Hanya sebuah anggukan kecil dari Sang putri berikan, tanda bahwa ia baik-baik saja.












***





Cairan merah kental berbau anyir mengalir dilantai, tetesan demi tetesan menggenang menjadi satu. Kilatan pedang tajam dileher seorang pria masih bernapas menciptakan pemandangan yang sangat mengerikan.

Srrgghh

Kepala terpisah dari tubuhnya masih dengan mata terbuka hanya dalam hitungan satu detik.

Pembunuh menarik pedang yang masih dilumuri darah menuju sekelompok prajurit di depan sana, menunggu untuk pertarungan selanjutnya.

"Patriark Yan, apakah para prajuritmu yang akan mati setelah ini? "

"Buatlah kekacauan di Kediaman Mu, " perintah Patriark Yan dengan menampilkan wajah penuh kebencian. Sejumlah prajurit yang mengelilinginya bertujuan untuk melindungi itu, memisahkan diri membuat jarak sedikit lebih jauh agar Sang pemimpin dapat leluasa berjalan kearah seorang pembunuh kejam.

Masih berlumuran darah disekujur tubuh, pembunuh tersebut mengangkat pedang berbentuk bulan sabit miliknya tepat sejajar dengan wajah,"Sesuai dengan perintahmu," ucapnya pelan dengan lidah sibuk menjilati sisa-sisa darah dari korban yang telah dibunuhnya tadi.

"Jika ada yang terbunuh kau harus membereskan semuanya dengan baik. Karena jika tidak namamu akan tertulis sangat besar di dinding Kediaman Mu. Perjanjian kita hanya satu, berikan aku salah satu anakmu sebagai budak? "

Pria berumur setengah baya dengan gelar Patriark Yan itu membawa kakinya berjalan mengelilingi tubuh lawan bicara, sebuah senyuman tipis tampak terukir jelas dari wajahnya yang sudah menampakkan kerutan.

"Prajurit khusus dari Keluarga Yan mengatakan anak perempuan dari Kediaman Selirku telah menghilang selama beberapa hari ini, dan sekarang masuk ke Keluarga Mu. Kau bisa mengambilnya sesukamu, namanya Qixuan. Dia anak dari selir rendahan, wajahnya sangat cantik mirip ibunya. Apa sekarang kau puas? "

Pembunuh mengerikan tersebut tampak sangat puas, tawanya pecah dalam keheningan setiap orang. "Qixuan, aku akan segera menjemputmu! "












___________________________________________

Pengantin MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang