Bab 8~Pedang naga putih

5 0 0
                                    

Dihalaman Kediaman tempat dimana ruangan tuan Ji Lao berada saat ini telah dipenuhi oleh sekelompok prajurit yang berjaga sangat ketat. Mayatnya tergeletak dilantai tanpa tersentuh sedikitpun, darah berceceran. Tiga orang tetua  berdiri memperhatikan semua orang yang ada, dari kejauhan  dua orang pria tengah berjalan terburu-buru kearah mereka. Tuan muda Mu Bai segera menghampiri semua orang yang sudah berkumpul, sementara dibelakangnya sosok Xiao Ming berjalan sangat pelan tampak sesekali berhenti sejenak untuk meraup sejumlah udara.

"APA YANG TERJADI!" murkanya. Tidak ada jawaban yang didapat, bahkan dua tetua semula paling berkuasa serta menekan setiap kesalahan seketika mematung.

"Kediaman dijaga dengan sangat ketat bahkan orang luar tidak akan masuk. Tepat setelah tuan Ji masuk ke ruangannya, suara pertarungan terdengar oleh beberapa penjaga luar. Mereka bergegas dan menemukan tuan Ji telah mati, lihatlah di samping mayatnya tertulis pesan dari Pengantin Merah," tutur Tetua Utama menjelaskan kejadian kepada Sang calon pemimpin.

Deg

Kedua manik mata tuan muda membulat, tanpa  berpikir lebih panjang lagi membawa langkahnya mendekati tubuh tuan Ji Lao.

'Air sungai semula jernih, perlahan keruh jika dilempari batu kedasarnya. Pengantin Merah'

Tulisan tersebut rupanya terukir mengunakan darah tuan Ji sendiri. Setiap goresannya mengalir keberbagai arah sehingga jika dibiarkan dalam waktu yang lama pesan itu akan menghilang lalu terkumpul menjadi satu, membentuk genangan cairan merah kental berbau amis.

"PENGANTIN MERAH. CEPAT KUMPULKAN SEMUA ORANG, DIA-SI PEMBUNUH-  PASTI TIDAK PERGI JAUH SETELAH MELAKUKAN SEMUA INI! "  Wajah tuan muda Mu Bai merah padam, urat-urat lehernya muncul menandakan amarahnya seperti api yang akan melahap semuanya.

"Baik tuan muda..." ucap serempak sekelompok prajurit yang dilengkapi jirah serta senjata ditangan. Tampak dalam kegelapan malam masing-masing prajurit itu berpencar menjalankan tugas.

Samping ruangan berada, sesosok pria dengan wajah pucat bersandar pada dinding. Tangan bergetar sembari meraba bagian dada, mengambil sebotol obat yang sengaja tersimpan disana. Xiao Ming menelan habis beberapa butir lalu memejamkan kedua kelopak mata, mencoba merasapi rasa sakit yang semakin jadi saat reaksi obat tersebut berjalan dalam tubuh.

"Xiao Ming kemarilah! " Tuan muda Mu Bai melontarkan tatapan dingin, tanpa memperdulikan luka yang masih mengeluarkan darah dari balik punggung pria itu.

"Salam tuan muda, " ujar Xiao Ming sambil memberikan salam penghormatan.  Tenggorokannya sering kali menelan ludah karena menahan sakit yang masih tersisa.

"Tuan Ji tidak mungkin bisa dibunuh dengan begitu mudah, racun manapun tidak akan mempan padanya, karena dia adalah Si tua beracun dan mewarisi tangan beracun.Tapi, lihatlah tusukan tepat mengarah jantung ini terlihat sangat familiar, ketajaman dan kecepatan menembus setiap organ begitu halus sampai kebelakang tubuh." Pria memiliki gelar tuan muda tersebut lantas menunduk, menyaksikan mayat tuan Ji dengan berhati-hati.

Sedangkan, Xiao Ming ternyata turut menunduk, menekan sedikit luka terbuka dengan tenaga tidak terlalu kuat. Kemudian menatap secara langsung kearah sosok pria disampingnya, seperti tidak menduga.

"Tuan, luka ini hanya bisa disebabkan oleh Pedang Naga Putih milik putri Hien," kata Xiao Ming dengan sangat yakin, entah alasan seperti apa yang bisa membuatnya memiliki kepercayaan demikian. Tanpa bertanya lebih jauh, tuan muda Mu Bai hanya bisa mengiyakan hal itu karena dirinya juga mengetahui kemampuan pedang naga putih lebih baik dari siapapun. Pedang yang hanya ada satu-satunya, tidak ada yang mampu meniru bahkan membuat pedang kedua setelahnya. Ketajamannya bahkan bisa memotong nyamuk dalam gelap, kelenturan serta lembut setiap ayunan pedang tidak bisa dibanding, dan jika dipakai mengunakan tehnik bela diri khusus mampu mengeluarkan kekuatan yang sangat mengagumkan tanpa bisa terbayangkan.

Kekacauan yang terjadi di Halaman Dalam, sontak membuat para penghuninya keluar dari ruangan mereka menyaksikan setiap kejadian yang sedang terjadi. Beberapa orang pelayan saling berbisik sambil mengeratkan selimut masih terbungkus rapi ditubuh mereka. Perlahan semua orang mulai berkumpul, tidak sedikit dari mereka masih menutup erat matanya saat terbangun secara tiba-tiba, sekelompok pelayan wanita berkumpul menjadi satu lantas perbincangan panas sedang berlangsung.

Seorang wanita ditemani pelayannya turut hadir dalam kekacauan tersebut, putri Hien menatap kesekeliling sambil bertanya-tanya dalam hatinya apa yang telah terjadi?

"Dimana pedang milikmu? " tanya tuan muda Mu Bai, saat ini tidak ada sebuah senyuman ramah tergambar. Melainkan tatapan dingin diberikan.

Putri Hien mengulurkan tangan bersama dengan pedang naga putih dalam genggaman, terpancar rasa penasaran dari ekspresi wajahnya yang mengerutkan dahi. "Apakah terjadi sesuatu? "

Tanpa menunggu, Mu Bai mengambil pedang tersebut. Menarik pedang dari sarung, dan alangkah terkejutnya mereka semua. Tidak ada noda darah sedikitpun!

"Dia pasti pelakunya!" Dua orang wanita berjalan saling berdampingan, salah satu terlihat jauh lebih tua dengan wibawanya yang terpancar sepanjang jalan sontak semua pelayan menunduk hormat.

"Salam Nyonya, " ucap mereka bersamaan termasuk tuan muda dan yang lain.

"Ibu lihatlah dia wanita yang membawa masalah dalam Keluarga Mu," ucap nona ketiga pada sosok wanita dengan sebutan Nyonya tersebut.

"Hien'er lama tidak melihatmu. Tolong maafkan sikap putriku."

Mendapati penyataan itu, putri Hien hanya bisa menunjukkan sebuah senyuman. Kembali  keheningan terjadi, semua orang tenggelam dalam pikiran mereka. Tidak ada perbincangan sekedar berbasa-basi menanyakan kabar atau pertanyaan sederhana. Hanya ada ketegangan terus mengiringi malam yang panjang.

Kegelapan malam menyelimuti tubuh prajurit yang kini berlari sambil membawa sesuatu ditangannya. "Tuan muda, gulungan mencurigakan ini ditemukan di Kediaman Nona Ketiga. Beriisi struktur pembuatan senjata, " jelasnya sambil memberikan benda yang dimaksud pada seorang pria, tuan muda Mu Bai.

Gulungan kertas tersebut berwarna kuning keemasan, tampak sedikit usang dengan robekkan kecil setiap sisi.

"Apa maksudmu, gulungan i----"

"Struktur Pedang Naga Putih?" Mu Bai menatap takpercaya pada Nona ketiga. Gadis itu terdiam setelah ucapannya terpotong begitu saja.

"Tuan muda. " Prajurit lain tanpa disadari kedatangannya, menghampiri.

"Nona Qixuan tidak dapat ditemukan. "

Pada saat ini semua orang menatap pada satu titik yang sama. Mungkinkah semua yang dipikirkan oleh mereka adalah hal yang sama pula?














___________________________________________

Pengantin MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang