✷ 6 ✷

433 25 0
                                    

🌻🌻

*
*
*
*
*
HAPPY READING

*putraku yang tampan*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*putraku yang tampan*

"hikss tidak bibi aku tidak mauu, panggilah ibuku bibi"

"tuan muda pakailah pakaian anda, jika ibu anda tau, anda akan di pukul, ayolah tuan muda"

"tidak bibi aku tidak mauu, ibu,ibu,ibu, hikss ibu aku mau ibu bibi"

aku berjalan dengan angun benar saja sepertinya anak itu menangis tak karuan, aku berjalan sedikit agak cepat, bibi dan yang lainnya juga menyusul gerak ku.

"ada apa ini?" tanyaku

"emm, begini nyonya tuan muda tidak mau memakai baju, dia terus meminta nyonya yang memakaikan, maaf kan dia nyonya jangan pukul tuan muda nyonya, saya siap menerima hukuman Anada nyonya"

"ibu, ibu, aku mau ibu, ibu, bibi bilang ibu akan marah jika aku meminta ibu memakaikan pakaian ku"

"sudahlah bi, aku tak marah dan tak menghukum mu, baiklah jika tuan muda ingin aku yang memakaikan pakaian nya kalian keluar lah biar aku yang membantu tuan muda bersiap"

"tapi nyonya, anda tidak akan memukul tuan muda kan?, jangan nyonya dia Masi kecil nyonya"

"tidak bi, sudahlah biar aku yang menyiapkan pakaiannya"

"baik nyonya hamba pamit undur diri"

aku mengaguk dan berjalan ke arah tuan muda tampan yang terus tersenyum melihatku aku melihat di mata nya seperti bangga mempunyai ibu seperti ku padahal kenyataannya anatsya dulu adalah wanita yang kejam dan tak peduli dengan anaknya, pantes di pukul sih hadehh.

"emm hallo tuan muda, sini biar saya pakaikan pakaian anda"

"ibu jangan memanggilku tuan muda, ibu kan ibuku, panggil aku El, hanya ibu saja yang boleh"

aku tersenyum sambil menyisir rambutnya, benar nurun dari bapak nya sih ini kata guee, nie bocah kalok hidup di jaman gue pasti banyak ciwi ciwi yang naksir, apa gue lahirnya kecepatannya yah, tapi kalok gue lahir kecepatan nie bocah juga gabakalan lahir, skip lah.

"ibu akan pergi, menjadi rakyat biasa dan menjadi pekerja, apa kau ingin ikut dengan ibu?, jika tidak tak apa, mungkin ibu akan lama di sana"

"tidak ibu aku ikut, aku ikut asalkan ada ibu,dimana pun itu aku mau asal bersama ibuku"

dia memeluk ku sayang, ahh aku tak menyesal sekarang pindah ke dunia ntah berantah ini, Karna aku bersama putraku, kesayangan ku, dia akan menjadi dunia ku sekarang.

"yasudah minta bibi membereskan pakaian mu, ibu akan memberikan pakaian ibu, nanti ibu kemari lagi yah sayang"

"ya baik ibu"

aku pergi tapi sebelum itu aku memanggil bibi untuk membantu putraku membereskan pakaiannya, mungkin tuan tak akan mengasih anak nya ikut tapi kan dia anak ku juga, yaudah lah itu urusan belakangan, mari kita mulai hidup baruu.

"gila cuy nie baju apaan, kuno bet, ahh baru ingat jaman segini kan pakaian nya gini, gila merah gini kalok gue pakek fiks sih jadi cabe cabean, gila nie dres pink cantik bener boleh lah, apaan nieerata rata merah semua, anatsya baju loh merah semua mau jadi cabe cabean lohh, guee bawa yang mana yah yaudah yang netral ajah lah"

"nyonya anda bicara apa?, jika anda tak bisa biar saya bantu anda nyonya"

"gaus!, eh emm, tak usah bi, aku sudah selesai"

"nyonya mengapa anda membawa pakaian sedikit"

Karna baju nya alay;

"emm tak apa bi aku hanya beberapa bulan di sana, ini saja cukup, bi tolong bereskan meja yang di sana pastikan barang mana yang layak aku Bawak"

"ya nyonya tentu"

"aku keluar sebentar inggin melihat putraku, nanti aku kembali kesini"

"ya nyonya baiklah"

aku berjalan menuju kamarku, wah aku tak sabar hidup seperti orang biasa, walaupun aku tak kaya setidaknya aku tak hidup dimana hanya ada obsesi di dalamnya.

"nyonya bukankah saya menyuruh anda pergi?, mengapa putra saya ikut dengan anda?, apakah saya mengatakan putra saya ikut dengan anda nyonya?"


ʘ⁠‿⁠ʘ

sraddah (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang