☘23

54 6 0
                                    

Begitu mendarat di Jakarta, Hazel berjalan ke arah loker staff khusus perempuan untuk meletakkan beberapa barang yang akan ditinggal.

Namun belum sempat mencapai lokernya, ia melihat Naulyn tengah berdiri, termenung di depan loker seraya menundukkan kepala. Alhasil, Hazel berjalan menghampiri juniornya itu.

"It's okay, Naulyn... kamu sudah melakukan yang terbaik" Hazel menepuk pundak Naulyn membuat gadis itu mendongak, sedikit terkejut karena salah satu seniornya tiba-tiba ada di sana.

Tadi dalam pesawat mengalami kejadian tak terduga saat penerbangan Vietnam ke Jakarta. Salah satu penumpang di first class mengalami serangan jantung mendadak membuat para penumpang lainnya ikutan panik.

Naulyn, FA junior itu langsung memanggil Pak Hari---FSM yang bertugas, untuk meminta pertolongan pertama. Kebetulan hari itu tak ada satu pun penumpang yang berprofesi sebagai dokter dalam pesawat tersebut.

Pak Hari bergegas mengambil defibrillator dan tas berisi alat medis. Namun, saat Pak Hari meminta Naulyn untuk melakukan CPR pada penumpang, Naulyn malah diam saja. Untung saja ada Hazel yang sigap membantu Pak Hari, bergantian melakukan CPR dan berhasil menyelamatkan penumpang tersebut hingga kondisinya stabil.

Dan hal itu membuat Naulyn merasa...

"Untuk kejadian tadi... saya benar-benar merasa tidak berguna, Senior Hazel" ucap Naulyn sedih. Ia merasa payah karena tidak bisa ikut andil dalam membantu penumpang yang mengalami serangan jantung tadi.

Meski sudah diberi pelatihan tentang bagaimana melakukan pertolongan pertama, tapi tetap saja Naulyn belum cukup berani untuk turun tangan. Hanya bisa menyaksikan.

"Udah gue bilang jangan panggil dengan sebutan itu" Hazel mulai lagi dengan bahasa non-formalnya. "Ngobrol santai aja. Kalau perlu, pakai bahasa lo-gue aja biar nyaman"

Lihat. Hazel malah memberi ajaran sesat pada juniornya agar menggunakan bahasa yang terkesan kurang sopan. Apalagi digunakan kepada yang lebih tua atau senior.

"Eh? Mana boleh begitu, Senior?"

"Yaudah, kalau sama gue panggil Mbak atau Kak aja deh. Panggilan Senior berasa kayak lagi ospek aja" ucapan Hazel membuat Naulyn terkekeh.

"Udah, yang tadi jangan terlalu dipikirin. Lama-lama bakal terbiasa kok. Dulu gue juga gitu. So... kalau lo udah punya keberanian lebih, lo bisa nawarin diri semisal ada kejadian serupa supaya bisa nambah pengalaman. Gue yakin lo pasti bisa. Karena sebenarnya lo itu hebat, Naulyn---Eh?" Hazel kaget karena Naulyn tiba-tiba memeluknya.

"Terimakasih, Kak Hazel... " lirih Naulyn kemudian melepas pelukannya. Hazel mengangguk seraya tersenyum manis.

"Tadi aku bener-bener sedih, ngerasa jadi manusia yang nggak berguna. Payah! Tapi begitu mendengar motivasi dari Kak Hazel, aku jadi semangat lagi" Naulyn yang pada dasarnya tipe gadis ceria kini wajahnya sudah berbinar cerah lagi.

"Pokoknya, meski ruang gerak kita terbatas di dalam pesawat, lo harus tetap berani coba segala macam pekerjaan. Memang sih FA junior lebih keseringan di dapur, tapi bukan berarti lo harus di sana terus. Lo bisa kok nemenin FA senior biar bisa sambil belajar juga"

"Tapi, Kak Hazel... nggak semua FA senior tuh seramah dan secare Kak Hazel dan Kak Rinda. Belum sempet deketin mereka, aku udah minder duluan"

"Mereka semua pada dasarnya ramah kok. Cuma pembawaan mereka aja yang keliatan tegas supaya FA junior nggak manja, bisa kerja dengan baik dan disiplin. Dan soal care, mereka juga care, Naulyn. Cuma caranya aja yang beda, nggak banyak mulut lebih ke perlakuan. Buktinya Miss Jane yang keliatan galaknya minta ampun aja ngasih lo kiranti saat perut lo sakit waktu itu. Padahal lo nggak bilang kan waktu itu sedang haid?"

Satnight Mission[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang