☘13

33 7 0
                                    

Merasa bosan, Gail mengajak Hazel main ular tangga. Lagian di rumah memang hanya ada mereka berdua. Sebenarnya ada Lea juga sih. Tapi tuh anak yang hobinya ngedrakor di kamar ya gitu, jadi keliatan nggak ada di rumah. Mami sama Papi lagi pergi kondangan. So... Gail hanya bisa mengandalkan Hazel agar mau melewati masa bosan bersama. Dan kebetulan ia melihat papan ular tangga dekat meja televisi.

"Yang kalah traktir bakso Mang Surya ya" ucap Gail. Kebiasaan, mereka kalau main ya harus sambil taruhan. Dan sampai saat ini andalan mereka masihlah bakso di warung Mang Surya.

"Hokey!"

"Ketemu ular muka kena coreng. Oke?"

"Hokey!" Balas Hazel kemudian mengambil bedak bayi milik Lea yang kebetulan ada di lemari dekat televisi.

Alat dan bahan sudah lengkap. Mereka pun mulai bermain ular tangga di atas sofa ruang keluarga.

"Hahaha, mampus lo, Bang" ucap Hazel saat mendapati pion Gail berhenti di kepala ular, mengakibatkan harus turun mengikuti buntut ularnya.

"Belum apa-apa juga. Aish!" Gail memejamkan matanya saat Hazel menyoreng wajahnya menggunakan bedak bayi dengan gerakan tidak manusiawinya, bahkan Gail bisa saja kelilipan jika dia tidak reflek merem tadi.

"Dicoret, Jel. Bukan dikobok! Aish... muka ganteng gue jadi ternodai"

Hazel berdecak. "Ganteng darimananya? Muka kayak meganthropus aja bangga" cibir Hazel seraya mengocok dadu.

"Heh, mulut! Meganthropus lo kata?! Secara langsung lo juga ngatain Papi kalau gitu"

"Heh? Korelasinya sama Papi apa?" Heran Hazel seraya menjalankan pionnya.

"Lah kan muka gue fotocopyannya Papi" jelas Gail yang memang benar adanya. Wajah bahkan sifat ngeselinnya tuh sama persis sama Papi.

"Asik!" Girang Hazel karena ia mendapati tangga. "Wush~" Hazel pamer karena pionnya berhasil naik lima tingkat.

"Anjir. Nggak terima gue" Gail mengocok dadunya. Sayangnya ia belum berhasil mendapat tangga, tapi harus tetap bersyukur karena yang penting tidak berhenti di kepala ular.

"Anjir!"

"Mampus!" Gail girang banget saat mendapati pion Hazel berhenti di kepala ular. Dan ularnya tuh panjang banget. Jadinya ya gitu... Hazel harus turun empat tingkat.

"Haha... saatnya pembalasan!" Gumam Gail seraya menaburkan bedak di tangannya.

"Anjir, Bang... sama adek sendiri aja dendam lo. Aish!" Hazel reflek merem karena Gail ngusap wajahnya dengan bedak dengan gerakan tidak estetiknya.

"Uhuk!" Hazel terbatuk karena tuh bubuk bedaknya sampai masuk ke lubang hidungnya. "Anjir lo, Bang! Bedaknya sampai masuk idung gue, geblek!"

Gail terbahak. Apalagi saat mendapati wajah adiknya yang sungguh... asdfghjkl jeleknya.

"Wah... gue masih heran lo, Jel. Lo jelek banget kayak gitu aja masih ada yang suka ya sama lo?" Ledek Gail seraya mengocok dadunya. Karena ini gilirannya.

"Apaan sih?"

"Itu... yang tadi pagi. Siapa namanya? Terus kapan mulai pacarannya? Kok Abang nggak dikasih tahu... bukannya lo sukanya sama---

"Apasih, Bang? Orang dia cuma temen gue" potong Hazel kemudian mengambil dadu dan mulai mengocoknya.

"Temen apa temen?" Gail menaik-turunkan alisnya.

"Dih, nggak usah cosplay jadi Dora ya. Kepo! Anjir!" Hazel kesel banget karena lagi-lagi berhenti di kepala ular. Alhasil dia harus turun dua tingkat.

"Definisi diterbangin sekali dijatuhin berkali-kali nih" ledek Gail seraya mengambil bedak kemudian menyeringai kayak pshycopat membuat Hazel mempersiapkan diri.

Satnight Mission[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang