11. Hari Guru; GURUKU MALAIKATKU [Alda Sabila]

6 0 0
                                    

Di tengah sunyinya malam, di tengah redupnya cahaya lampu sebagai penyinar. Jiwa itu bertarung melawan depresi dalam diam, mencoba sebisa mungkin melawan rasa putus asa dan rasa tak tertolong, berusaha sebisa mungkin bertahan di saat tak ada yang bisa memahami. 

Maka malam pun berlalu, dengan mentari yang kembali menyinar. Tak ada keceriaan atau sekedar sapaan hangat, wajah itu hanya tertunduk lesu di sepanjang perjalanan menuju sekolah, raganya begitu berat untuk melangkah namun kewajiban tetap harus terlaksana. Hiruk pikuk suasana sekolah membuat rasa enggan untuk berada di kelas semakin tinggi. Kesunyian untuk menenangkan pikiran begitu di butuh kan untuk saat ini.

"Zifa, bu guru memanggilmu ke ruangannya"

Panggilan itu membuatnya bergeming. Kesabaran rasanya sudah berada di ambang batas karna untuk ke sekian kalinya Guru itu kembali memanggilnya. Tak lama kemudian dirinya segera melangkah keluar kelas menuju ruangan yang dituju.

"Ibu memanggil saya 'lagi'?"

"lya, Zifa, silah kan duduk.

"Sang guru menyapa dengan senyum manisnya walau tak ada balasan dari murid di hadapan.

"Maaf, saya lagi-lagi memanggilmu kemari. Zifa, mungkin kali ini kamu sudah siap untuk bercerita kepada saya, namun saya tidak akan memaksa jika kamu masih merasa enggan. tapi satu hal yang harus kamu ingat Zifa, jangan pernah merasa bahwa kamu sendiri."

Secara tak sadar buliran air mata itu menetes dan semakin deras setelah dirinya mendengar penuturan sang guru. Emosional rasanya sudah sangat memuncak, Zifa menangis sejadi- jadinya. Tangisan pilu yang terus menjadi itu semakin menunjukkan bahwa dirinya tidak baik-baik saja. 

Sang guru memberikan pelukan dan usapan lembut guna memenangkan. Secara perlahan Zifa memberanikan diri untuk menceritakan faktor penyebab yang membuatnya depresi; keluarga.

Hanya seorang guru berhati malaikatlah yang mampu mengeluarkan Zifa dari depresi berat yang ia alami, sang guru yang dengan kesabarannya berhasil membuatnya kembali menemukan secercah cahaya di hidupnya, berkat bimbingan dan kerja keras sang gurulah dirinya mampu melewati masa-masa sulit dalam hidupnya.

Secara tak sadar Zifa tersenyum menatap sekolah menengah atas di hadapan. Ingatan bersama sang guru 10 tahun lalu selalu mengenang dalam ingatan. Dengan cahaya baskara yang mengiri langkahnya, dan hati yang semakin pasti, dirinya siap menjadi seorang guru meneruskan sosok sang guru berhati malaikat terdahulu.


END

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antologi cerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang