Langit masih saja meneruskan alur ceritanya, tentang dia yang berwarna jingga karena datang dan perginya matahari, tentang dia yang gelap karena bulan yang ingin datang. Semua keadaan langit indah jika dilihat oleh masing-masing orang yang mengaguminya. Kala itu Akasha sang pemaknanya langit di kala zamannya zaman anak muda... "Kalian pikir ada semangat apa aku untuk menjalani hari? Entahlah.. Aku melakukannya hanya karena aku harus."
Jika dipikirkan sekarang, apa bedanya keadaan dulu dengan sekarang? Apa bedanya anak muda dulu dan sekarang? Itu semua berbeda tetapi jauh di dasarnya ada sebuah kesamaan. Bukan tanpa alasan Akasha seperti itu hanya saja dia belum memahami keindahan langit selain pagi untuk sekolah dan malam untuk tidur. Di negara ini Indonesia, membutuhkan bangsa muda untuk bangkit, entah dia berkelana ke mana pun dia tetap berpijak di tanah Indonesia. Keindahannya, keistimewaannya seperti langit. Langit biru berwarna muda, ada awan yang menghiasi, ada pelangi yang terkadang ikut hadir, angin yang menyejuk kan, begitu ramah untuk diterima, begitu luas, bebas, dan terbuka.
Kombinasi langit akan selalu dihargai oleh masing-masing orang. Masing-masing orang yang mempunyai kesukaan berbeda akan bisa bersatu untuk saling bercerita, terlihat berbeda namun sama-sama ingin bahagia dan hebat, sama seperti pemuda Indonesia. Akasha apakah kau sudah mengerti sekarang? "Aku mengerti betapa mengharusnya aku bangkit dan semangat karena banyak orang yang mengharapkan aku untuk bersinar, ntah sampai kapan aku bisa diterima...Intuisi, imajinasi, inspirasi, kepekaan... Itu layak untuk di gali."
Selamat hari Sumpah Pemuda, pemuda kemarin telah berhasil, kita pun akan berhasil... Maknai segala hal termasuk teks Sumpah Pemuda, mencari arti agar berarti.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi cerpen
Cerita PendekAntologi cerpen karya siswa/siswi ekstrakurikuler Reka-Pustaka SMAN4 Sukabumi "Jangan biarkan kata-kata terperangkap dalam pikiran. Biarkan mereka terbang bebas melalui tulisan. " @rekapustakasmanpat