Part 10

2.6K 170 9
                                    

"Ethan, jangan bercanda!!" Dewangga langsung menegakkan duduknya. Ia menatap tajam pada putra sulungnya yang kini tengah menunduk kebingungan.

"Aku tidak bercanda Pa. Aku setengah tidak sadar semalam. Entah ada perlu apa wanita itu ada di sana ketika aku masuk. Dan ya, aku memaksanya."

"Kak, kau bisa dipecat secara tidak hormat jika perempuan itu melapor." Wajah Emili menegang menatap Ethan. Bukan hanya Emili saja, namun seluruh anggota keluarganya.

"Aku tidak tahu harus bagaimana Emili. Semalam aku dalam pengaruh obat. Aku setengah tidak sadar saat melakukannya."

"Lalu apa reaksi perempuan itu kak? Dia tidak memerasmu kan?" Tanya Arga kemudian.

"Aku tidak tahu. Saat aku bangun, perempuan itu sudah tidak ada."

Mereka semua menghembuskan napas berat. Tidak tahu harus bagaimana. Nyatanya, Ethan keluar dari sarang harimau dan justru masuk ke lubang rubah. Jika sampai hal ini tercium oleh petahana, maka akan dijadikan berita empuk untuk mengecoh publik. Dan caravuntuk menahan berita ini adalah menuruti mereka agar Dewangga menjadi cawapres dari partai petahana. Dan Dewangga tidak sudi melakukannya karena petahana sangat kotor dan penuh korupsi selama lima tahun ini.

Suara deringan ponsel Ethan membuat ruangan yang semula tegang semakin bertambah tegang. Panggilan dari atasannya membuat Ethan segera mengangkatnya.

"Iya Pak."

"Kau sudah dengar berita?" Suara atasannya menegang, membuat Ethan bertambah gugup.

"Sudah Pak."

"Ada yang ingin kau jelaskan?"

"Saya diberi afrodisiak. Saya pergi dan berhasil menghindar. Tapi, sepertinya mereka mempersiapkan rencana B."

"Ke kantorku sekarang. Kita harus bicara sebelum di panggil ke istana dan membahas tentang hal ini. Kemungkinan besar, kau akan dikenai sangsi."

"Baik Pak. Saya akan segera ke sana."

Ethan menutup panggilannya. Ia menatap seluruh keluarganya yang kini menatapnya cemas. Tidak munafik, Ethan sendiri cukup pusing memikirkan masalah ini.

"Kau pergilah ke sana. Temui jenderal Fredy dan diskusikan masalah ini. Untuk masalah kejadian di hotel, biar Ernest dan papa yang akan mengurusnya. Kamu nggak usah khawatir." Ethan mengangguk, kemudian segera meninggalkan kediaman kedua orang tuanya dan berangkat untuk menghadap atasannya.

Sementara di rumah orang tua Ethan sendiri, suasana tegang masih terasa. Dewangga tampak berpikir keras, kemudian menatap Ernest dan Arga.

"Ernest."

"Iya Pa.

"Selidiki semua yang terjadi di hotel Greenland dan serahkan semua laporannya pada papa. Kita harus sebisa mungkin membungkam wanita itu agar tidak bicara dan memberikan kompensasi yang pantas jika wanita berusaha mencari bukti. Awasi gerak gerik wanita itu agar jangan sampai pihak tercium oleh pihak petahana. Sita semua cctv hotel dan bersihkan semua barang bukti. Jika wanita itu mengancam lapor, kita harus segera menyingkirkannya. Usahakan menjaga wanita itu agar tetap diam."

"Baik Pa."

"Arga."

"Iya Pa."

"Kamu harus bicara pada manager hotel. Buat agar manajer tidak curiga dan tutup mulut. Kalau perlu ancam. Jangan sampai pemilik hotel mencium kejadian ini. Cukup sampai manager saja."

"Baik Pa."

"Sekarang segera pergilah Ernest. Kita tidak punya banyak waktu."

Ernest segera berangkat. Sementara Arga segera menghubungi anak buahnya agar bernegosiasi dengan manajer hotel. Tidak susah melakukannya. Dengan uang dan kekuasaan milik Arga, semuanya bisa berjalan sesuai dengan keinginannya.

Rianti Dan Sang Jenderal ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang