Part 21

1.8K 199 6
                                    

Rianti kebingungan saat semua orang menatapnya. Ia ingin pergi dan tidak jadi melamar pekerjaan di rumah ini. Namun, jika ia tiba-tiba pergi tanpa alasan yang jelas, pasti akan jadi pertanyaan dan pastinya Rianti tidak akan bisa memberikan alasan yang tepat.

"Mbak, masuk saja. Sudah ditunggu itu. Yang dua sudah datang dari tadi . Tinggal mbak saja karena tadi datangnya terlambat." Bisik pelayan yang tadi mengantarkannya. Rianti akhirnya mengangguk, mau tidak mau ia masuk ke dalam ruangan itu dan duduk bersama kedua pelamar yang lain.

Rianti menunduk, ia takut melihat Ethan yang sedari tadi tampak memperhatikannya dengan wajah datar. Rianti sangat takut Ethan mengingatnya. Namun, tampaknya pria itu tidak mengenalinya karena saat melakukan perbuatan bejat itu, Ethan tengah mabuk. Rianti berdoa dalam hati, mudah-mudahan Ethan benar-benar tidak mengenalinya.

"Semuanya sudah berkumpul Ethan. Tinggal kamu wawancarai satu persatu. Lalu tentukan mana yang akan kamu pilih." Ethan mengangguk,  kemudian menatap tiga orang yang akan menjadi babysitter putrinya itu.

"Peserta nomer 2 dan 3 keluar dulu, aku ingin mewawancarai kalian satu persatu."

Tanpa banyak bertanya, Rianti dan satu orang wanita lainnya keluar. Menyisakan satu orang yang akan diwawancarai oleh Jenderal Ethan dan ibunya. Beberapa menit kemudian, pelamar nomor 2 dipanggil. Tinggal Rianti yang menunggu di luar dengan cemas sendirian.

Dan akhirnya, kedua wanita itu keluar dan giliran Rianti yang masuk ke dalam. Dengan takut-takut, Rianti berjalan pelan dan duduk di depan Jenderal Ethan dan ibunya. Rianti menunduk agar wajahnya tidak terlihat jelas di depan Jenderal Ethan. Ia benar-benar takut Jenderal Ethan mengingatnya dan mengetahui kehamilannya. Sungguh meskipun mulanya tidak menginginkan anak ini, Rianti tidak ingin anaknya disakiti atau tidak apa-apa kan.

"Siapa namamu?" Pertanyaan pertama yang dilontarkan Jenderal Ethan membuat Rianti mendongak. Dengan suara gemetar, ia menjawab pertanyaan Ethan.

"Rianti, nama saya Rianti."

"Pendidikan terakhirmu?"

"Saya lulusan SMA."

"Sebelum ini kau bekerja dimana?"

Rianti terdiam. Ia mengingat pesan dari saudaranya Dini yang mengatakan jika pemecatannya harus dirahasiakan agar tidak jadi pertanyaan. Jika sampai Jenderal Ethan tahu ia seorang karyawan yang dipecat, otomatis dia akan dicurigai.

"Saya seorang guru les privat untuk anak-anak SD."

"Heeem. Lalu, kenapa kau mencari pekerjaan untuk menjadi pengasuh?"

"Saya membutuhkan uang untuk keluarga saya. Penghasilan saya sebagai guru les pas-pasan. Ketika ada informasi mengenai pekerjaan ini, saya segera melamar."

Jenderal Ethan mengangguk sekilas, kemudian menatap ibunya. Beruntungnya jawaban Rianti tidak terbata-bata karena sudah latihan berhari-hari. Dan ia tidak berani beranjak sebelum jenderal Ethan menyuruhnya. Rianti lega, setidaknya melihat mimik wajah Sang Jenderal, pria itu jelas tidak mengingatnya. Maklum saja, malam itu saat memperkosanya, jenderal Ethan seperti di bawah pengaruh alkohol.

Dalam hati yang paling dalam, Rianti berharap ia tidak lolos. Meskipun sangat butuh pekerjaan ini, tapi resiko jika ketahuan sangat menakutkan. Ia takut Ethan membunuhnya dan anaknya untuk menutupi perbuatan bejatnya malam itu. Untuk terang-terangan mundur dari pekerjaan ini sekarang, Rianti juga tidak memiliki keberanian.

"Kau diterima."

Rianti langsung mendongak karena terkejut mendengar perkataan Ethan. Apa ia tidak salah dengar tadi. Ia di terima. Semudah itu. Padahal Rianti berharap bukan ia yang diterima. Ia semakin ketakutan sekarang.

Rianti Dan Sang Jenderal ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang