Ethan mengernyit, matanya mengerjap kala terkena sinar matahari yang menerpa wajahnya. Ethan membuka mata dan mendapati dirinya tertidur di kamar yang bukan kamarnya. Ingatan-ingatan tentang kejadian semalam mulai mengisi otaknya.
Ethan segera terduduk. Ia menatap sekelilingnya, menyadari jika kini tubuhnya tidak mengenakan apa-apa dan hanya tertutupi selimut hingga ke pinggang. Ethan meremas rambutnya, ingatan-ingatan seorang wanita yang ia gagahi semalam kini terekam jelas di otaknya meskipun wajah wanita itu tidak terlalu jelas.
Ya Tuhan, apa ia baru saja memperkosa seorang wanita. Dan kini ia sendirian di sini. Wanita itu sudah meninggalkannya dan Ethan tidak tahu siapa yang ia perkosa semalam. Semoga saja wanita itu bukan wanita panggilan yang penyakitan. Ia akan mencari tahu setelah ini dan akan memberikan kompensasi yang pantas agar wanita itu tutup mulut.
Ethan menyingkap selimut dan mengenakan celananya. Ia mengernyit saat menyadari ada sesuatu yang aneh di atas ranjang hotel. Sesuatu yang tidak asing baginya dan Ethan segera memastikannya.
Ethan merutuki kebodohannya saat menyadari ada darah di atas ranjangnya. Ia bukan orang bodoh yang tidak tahu arti darah itu. Jika begini, Ethan bisa pastikan ia tidak berhubungan seks dengan wanita panggilan. Dan kemungkinan besar, ia memaksa wanita itu karena Ethan masih ingat dengan tendangan wanita itu di area pahanya.
Ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Ethan harus segera mencari wanita itu dan membicarakan masalah ini agar tidak berkepanjangan. Ethan harus memberikan kompensasi yang besar karena wanita itu masih perawan.
Suara deringan ponsel menyadarkan Ethan dari lamunannya. Ia menatap mencari-cari ponselnya yang ternyata terlempar ke kolong ranjang. Ethan segera mengambilnya dan mengangkat panggilan dari adiknya.
"Kak, kau dimana?" Suara Ernest yang tampak panik membuat Ethan mengernyit heran. Perasaan was-was mulai memenuhi otaknya.
"Aku di hotel. Semalam ada yang mencoba menjebakku."
"Sudah kuduga. Kau tidak kena, sekarang mereka membuat skandal baru. Buka ponselmu kak, lihat berita terbaru. Menteri BUMN di tembak saat keluar dari istana semalam. Tapi dia selamat. Sekarang beritanya viral dan banyak yang menyalahkanmu karena kau dianggap lalai."
"Benarkah. Sialan memang. Mereka merencanakan sesuatu untukku semalam. Karena gagal, mereka menciptakan skandal lain untuk mengecoh publik."
"Sekarang pulanglah. Kita harus mendiskusikan masalah ini dengan papa. Aku yakin papa punya jalan agar masalah ini tidak berkepanjangan."
"Baik. Aku pulang sekarang."
Ethan menutup panggilannya. Ia membuka berita terbaru yang ada di ponselnya. Dan benar saja, berita tentang tertembaknya menteri BUMN menjadi trending topik pagi ini. Penembak belum tertangkap dan masyarakat di liputi kecemasan.
Membuka pesan chat-nya, banyak pesan dari Fawwas yang memberi informasi bahwa pria itu dan anak buah Ethan yang lain bisa menahan suruhan panglima TNI tadi malam. Menurut Fawwas, orang itu di suruh panglima TNI memesankan kamar untuk Ethan yang terlihat kesakitan. Dan Ethan yakin, itu bukan tujuan utamanya. Mereka semua pasti bermaksud menjebaknya dengan isu skandal seks.
Bajingan mereka semua. Benar-benar cari masalah. Ini tidak bisa dibiarkan. Orang-orang rakus itu harus tahu mereka salah berurusan.
Setelah selesai berpakaian, Ethan segera keluar dari kamar hotel dan langsung menghampiri Fawwas yang tengah menunggu di lobi. Beberapa anak buahnya juga bersiaga di sana.
"Jenderal." Fawwas yang duduk langsung menegakkan tubuhnya dan memberi hormat pada Ethan.
"Kita pulang ke rumah papa sekarang. Kau sudah mendengar kejadian semalam bukan?"
"Iya jenderal. Dan penembakan semalam menurut saya sudah direncanakan. Karena menurut anak buah kita yang ada di sana, penembak itu sengaja disusupkan. Apalagi, keadaan menteri BUMN juga belum jelas. Kemungkinan besar itu memang di sengaja."
"Aku tahu. Tapi bagaimanapun juga, kita yang akan tetap di sorot dan di nilai lalai."
"Lalu bagaimana jenderal?"
"Kita ke rumah papaku dulu sebelum aku di panggil ke istana. Kemungkinan besar, atasanku juga akan di panggil. Kita harus sigap memberikan jawaban. Tidak boleh ada yang tahu tentang kejadian semalam atau akan muncul rumor yang lebih menjijikkan lagi."
"Tapi Jenderal ___"
"Kita ke rumah papaku sekarang."
Fawwas mengangguk. Ia mengikuti langkah Ethan keluar dari hotel. Di luar hotel, beberapa anak buahnya sudah menunggu di sana. Ethan ke dalam mobil yang dikemudikan Romer, sementara Fawwas langsung kembali ke batalyon. Mereka berbagi tugas agar tidak timbul kecurigaan dan menjadi senjata bagi petahana untuk mengalihkan perhatian masyarakat.
Sesampainya di rumah papanya, Ethan langsung di sambut oleh seluruh anggota keluarganya yang terlihat panik menatapnya. Semuanya berkumpul kecuali Rika yang bertugas lembur hari ini. Mereka sekeluarga cemas. Berita tentang tertembaknya menteri BUMN dan longgarnya keamanan istana kemungkinan akan menjadi isu miring untuk menjatuhkan Ethan.
Ethan langsung terduduk dengan wajah lelah. Lelah karena pikiran dan lelah karena lembur semalaman. Pikirannya kini semakin tidak tenang semenjak kejadian penembakan terhadap menteri BUMN dan pemerkosaan yang ia lakukan semalam. Jika skandal seksual itu bocor, tamatlah riwayatnya.
"Bagaimana kejadiannya? Kenapa bisa sampai seperti itu?" Tanya Dewangga kemudian. Sikapnya yang biasanya tenang, kini tidak dapat menyembunyikan keresahannya.
"Aku nggak tahu Pa. Mereka seperti memaksaku untuk minum. Aku sudah menghindar dengan berbagai cara, namun mereka seperti mengepungku. Akhirnya aku terpaksa minum. Aku tidak menyangka, mereka menaruh afrodisiak di minumanku."
"Afrodisiak!!" Emili sontak ternganga mendengar penuturan kakaknya. Ia tidak menyangka ada yang berbuat begitu bejat untuk menjebak kakaknya.
"Aku segera pergi dari tempat itu bersama Fawwas menuju hotel. Mereka ternyata menyuruh seseorang untuk mengikutiku. Dia anak buah panglima TNI. Orang itu berkata pada Fawwas bahwa panglima TNI sudah memesankan kamar untukku. Sungguh sesuatu yang tidak masuk akal. Untungnya, Fawwas dan anak buahku yang lain bisa menahannya."
"Lalu, kau menginap di hotel?"
"Iya Pa. Aku langsung mengunci pintunya."
"Syukurlah anak buahmu bisa menanganinya. Papa yakin, mereka ingin menciptakan sebuah skandal seks agar nama baik keluarga kita jadi buruk dan kebobrokan partai mereka tidak menjadi sorotan."
"Aku juga berpikir seperti itu Pa. Untungnya Kak Ethan siaga."
"Tapi, ada sesuatu yang mengganjal pikiranku Ernest." Ethan menoleh, menatap datar pada adik laki-lakinya.
"Aku diberi afrodisiak. Tentu saja kau tahu efek dari obat itu."
"Apa maksudmu Ethan?" Tanya Elli dengan wajah tegang. Kecemasan tidak bisa disembunyikan dari wajahnya yang mulai menua.
"Kau tidak terjebak kan Kak?" Tanya Arga memastikan. Mereka semua harap-harap cemas menantikan jawaban Ethan.
"Aku memang tidak terjebak dalam rencana mereka. Tapi, malam itu di dalam kamar hotel ada wanita naas yang berada di sana."
"Ethan, katakan dengan jelas. Jangan membuat papa bingung." Wajah Dewangga semakin menegang. Kemungkinan-kemungkinan buruk mulai singgah di otaknya.
"Entah ada perlu apa perempuan itu berada di kamar hotel. Tapi, karena efek afrodisiak itu, aku memaksanya. Tadi malam, Aku memperkosa seorang perempuan Papa."
Perkataan Ethan sukses membuat semua orang ternganga seketika. Jadi, tadi malam Ethan memperkosa seorang perempuan. Bagaimana sekarang? Bagaimana jika berita ini meledak keluar. Dewangga berpikir cepat. Sebelum semua orang tahu kejadian ini, ia harus membersihkan TKP dan pihak-pihak yang terlibat, terutama cctv. Jika sampai Ethan ketahuan, makan tamatlah nama baik mereka sekeluarga di mata masyarakat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rianti Dan Sang Jenderal ( On Going )
RomansaBest seller 21+ Rianti tidak menyangka, hidupnya yang selama ini selalu di naungi ketidakberuntungan karena di kucilkan oleh keluarga ayahnya, kini bertambah sial ketika secara tidak sengaja ia di perkosa oleh orang asing saat bekerja sebagai house...