BENIH CINTA?

14 1 0
                                    

"Ale....!!!! Pekik Nadia sembari melambaikan tangannya, memanggil Ale yang tengah mengedarkan pandangannya di sekeliling taman.

Ale menoleh ke arah Nadia dan tersenyum. Ia lalu melangkah ke arah dimana Nadia duduk menunggunya ditepi danau.

"Sudah lama?"

"Lumayan." Balas Nadia. Ia tampak senang sekali sore itu, ini kali pertama Ale meng iya kan ajakan nya tanpa tapi.

"Duduk dong Al.." Pinta Nadia dengan manja.

"Iya. Jawab Ale singkat. Dia duduk disisi kiri Nadia.

"Tumben" Gumam Nadia tiba-tiba. Matanya lurus memandang kearah danau.

"Kenapa? "

"Ya tumben aja, biasanya kamu susah banget buat di ajak ketemu, banyak ina inu, banyak tapi nya." Seloroh Nadia.

Ale tersenyum tipis seolah membenarkan perkataan Nadia.

"Lagi gabut ya? " Lanjut Nadia.

"Iya." Ale menjawab seraya melihat kearah Nadia kemudian dia tersenyum.

"Aleeee... Beneran karena gabut jadi kamu mau aku ajak ketemuan? " Ujar Nadia, matanya melotot melihat Ale.

"Hahaha.... Kok marah sih? Nggak lah... Aku cuma bercanda," Ale tertawa renyah.

Nadia melirik tajam Ale dengan sudut matanya. Lalu kembali mengalihkan pandangannya ketengah danau, kedua tangannya ia lipat didada. Walau mungkin yang dikatakan Ale itu bukan gurauan sungguh tak mengapa bagi Nadia, karena sedikit demi sedikit ia mulai bisa mencair kan hati Ale.

Keduanya terdiam beberapa waktu, menikmati pemandangan didepan mereka.

"Al... " Nadia berkata lirih.

"Ya... "

"Sebenarnya ada hal yang ingin ku tanyakan padamu, "

"Tentang apa? " Dewa  sedikit memiringkan tubuhnya kearah Nadia, sepertinya Nadia bicara serius kali ini.

"Tentang kita. "

"Kenapa? " Tanya Ale penasaran.

"Kamu cinta nggak sama aku Al?" Tanya Nadia, kali ini dia menatap Ale dengan tatapan sendu.

Ale terdiam, dia bingung mau menjawab apa pada Nadia. Terkadang dia juga tidak bisa mendefinisikan perasaan seperti apa yang ia rasakan terhadap Nadia. Hatinya masih tertawan oleh cinta Malika tapi apa ia akan bertemu lagi dengan Malika?, sedangkan perempuan yang kini ada didepan nya telah melakukan banyak hal untuk mendapatkan hatinya. Tak adil rasanya jika Ale tak mencoba untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Nadia, perempuan yang sejak lama tulus mencintainya.

Ale menghela nafas dan berkata "Aku masih mencoba Nadia, tolong bantu aku ya?"

Nadia tersenyum kecut mendengar Jawaban Ale.

"Andai aku bisa mencintai lelaki lain selain kamu Al, pasti sudah ku lakukan sejak dulu..." Ungkap Nadia lirih. "Kenapa aku senaif ini ya?" Nadia bertanya tapi sesungguhnya pertanyaan itu ia tujukan untuk dirinya sendiri.

Ale menatap Nadia dengan rasa bersalah, rasanya lelah sekali untuk terus berusaha menerima Nadia. Andai Nadia perempuan menyebalkan pasti banyak alasan bagi Ale untuk menolaknya, tapi .... Nadia adalah perempuan yang nyaris sempurna, semua laki-laki yang mengenal nya akan jatuh hati padanya. Jadi tak ada alasan bagi Ale untuk menolaknya.

Ale membelai pucuk kepala Nadia dengan lembut. Nadia yang tadi tertunduk seketika mengangkat wajahnya menemukan kedua mata mereka saling bertatapan.

Mata Nadia berkaca dan butiran bening itu menganak disudut matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malika ( Ongoing / Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang