Malika terbangun ketika pagi masih gelap. Ia perlahan berjalan menuju jendela kamar dan menyibak tirai berwarna putih itu. Kaki nya masih sedikit nyeri namun sudah mampu berjalan walau tertatih, kakinya pulih lebih cepat dari yg ia kira. Malika membuka pintu kamar yang terhubung dengan rooftop rumah Dewa. Selama dirumah Dewa baru kali ini dia menginjakkan kaki ditempat itu, ada banyak bunga yang tumbuh subur didalam pot berwarna putih. Mata malika tertuju pada satu bunga yaitu bunga mawar merah hati, entah kenapa dia tertarik dengan bunga itu dan tanpa berfikir panjang Malika memetik satu tangkai. Malika mendekatkan mawar itu dihidungnya, matanya terpejam. semakin dalam Malika menghirup aroma bunga itu terasa semakin dalam pula ia merindui Ale. Hatinya terus dihantui rasa rindu sekaligus ragu, rindu karena Ale pernah berkata bahwa Ale menyukainya dan ragu ketika vivin memberitahu dirinya tentang keluarga Ale yang kaya raya. Malika mulai sadar jikapun bertemu Ale dan mereka punya rasa yang sama, keluarga Ale pasti menentang hubungan mereka. " Hubungan si kaya dan si miskin tak pernah berjalan mulus". Batin Malika.
Lalu jika bertemu dengan Ale, bagaimana jika Ale telah melupakannya.
Bagaimana jika selama ini Ale tak menginginkan dirinya.
Bagaimana jika Ale tak punya perasaan yang sama dengannya.Nafas Malika yang sejak tadi tertahan ditenggorokan ketika mengenang Ale kini ia lepaskan dengan perlahan. Tangannya masing menggenggam tangkai mawar yang masih berada didekat hidungnya. Perlahan iapun membuka kedua matanya. Betapa terkejut nya Malika melihat Dewa yang sudah berdiri dihadapan nya. Lelaki dingin itu memakai kaos hitam dan jogger training berwarna abu muda, kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana yang ia kena kan.
Malika reflek mundur beberapa langkah, mawar ditangannya terlepas dan jatuh kelantai. Kakinya terasa sakit karena gerakan spontan yang ia lakukan.
Dewa menatapnya dingin. Lalu membungkukkan badan nya mengambil mawar yang dijatuhkan oleh Malika. Dewa maju beberapa langkah dan kini mereka berdua berdiri berhadapan dengan jarak yang cukup dekat. Dewa memberikan bunga itu kepada Malika.
" Ada vas bunga dikamar saya, kamu bisa gunakan untuk wadah bunga mawar ini ". Ujar Dewa. Tangan kirinya masih berada disaku celana yg ia kenakan, sedangkan tangan kanannya menyerahkan bunga mawar kepada Malika.
Malika hanya terdiam menatap Dewa. Dewa yang berdiri didepannya, membelakangi sinar merah matahari pagi yang menciptakan siluet tubuh Dewa.
Malika terkesima. Ia begitu mengagumi fisik Dewa, tinggi lelaki itu mungkin diatas 175 cm. Sehingga Malika sedikit mendongak kan kepala nya untuk menatap Dewa. Kulitnya putih bersih berbeda sekali dengan kulit nya yang kuning langsat. Alisnya hitam melengkung sempurna. Matanya sedikit sipit namun tajam. Lehernya yang jenjang membuat Dewa cocok menggunakan baju apa saja. Tak lupa kakinya yang proporsional membuat Dewa bak model pria yang berjalan gagah dicatwalk. Rambutnya yang hitam lurus dan dibelah dua membuat Dewa semakin tampan." Perfect!!! ". Batin Malika. Ia tersenyum sendiri menatap wajah Dewa yang terlihat bingung.
" Tangan saya kesemutan nih ". Keluh Dewa.
Malika tersadar dari lamunannya.
" Oh iya. Maaf ". Ujar Malika.
Tangannya mengambil bunga yang disodorkan Dewa sejak tadi." Kamu sudah bisa berjalan? ". Tanya Dewa. Mereka masih berhadapan satu sama lain.
" Sedikit ". Jawab Malika singkat. Kakinya mulai kram karena berdiri sejak tadi. Malika melangkah perlahan menuju bangku di sisi kirinya. Dewa mengikuti Malika dari belakang.
Mereka lalu duduk dibangku panjang berwarna putih gading itu. Beberapa menit kedua nya terdiam tanpa kata.
Dewa masih gugup karena kejadian semalam. Begitupun Malika, ia masih teringat kejadian semalam. Ada rasa canggung menyelimuti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malika ( Ongoing / Revisi )
RomanceKala cinta pertama dimasa lalu tiba-tiba menghilang dan sulit untuk dilupakan. Dalam pencarian cinta pertama nya. Malika mengalami kejadian yg tak terduga dan bertemu dengan laki-laki yg berhasil mencair kan hati nya yg beku. Ketika benih-benih cint...