CINTA TAK BERBALAS

48 16 10
                                    

Ruby berdiri didepan kamar kos Malika, sudah beberapa kali ia mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban didalam sana. Ia memutar badan nya hendak meninggalkan tempat itu, tapi seorang perempuan paruh baya tiba-tiba sudah ada dihadapan nya. Ruby sedikit kaget dibuatnya.

" Cari siapa ya? " Tanya nya penuh selidik. Rupa nya perempuan itu pemilik kos-kosan yang ditempati Malika.

" Saya cari Malika buk, sudah beberapa hari dia tidak kekampus, saya takut terjadi apa-apa, saya telpon tidak ada jawaban " Jawab Ruby.

" Ooo Malika... Beberapa hari lalu dia telpon saya, katanya dia pulang kekampung nya ada keperluan keluarga katanya ". Balas perempuan berkerudung itu. Ruby manggut-manggut. Tapi ia masih penasaran kenapa Malika tidak menjawab telpon darinya. Apa sesibuk itu?. Ruby membatin.

" Ada yang bisa saya bantu?". Pertanyaan pemilik kos membuyarkan lamunan Ruby.

" Oh enggak buk, syukurlah kalau Malika baik-baik saja. Baik lah kalau begitu saya permisi dulu buk ". Ruby mohon diri kepada pemilik kos.

Langkah kakinya masih lunglai, entah kenapa ia tetap menghawatirkan Malika. Tidak pernah Malika mengabaikan telepon darinya, bahkan sedang buang hajat pun mereka masih saling mengobrol ditelepon. Langkah kaki Ruby terhenti dipintu pagar besi kos Malika, dimana Gilang sudah menunggu diluar pagar. Tatapan penuh rasa penasaran dari Gilang pun ia balas dengan gelengan kepala.

Gilang membuka pintu mobil meminta Ruby segera masuk. Mobil bergerak perlahan di gang sempit itu.

" Kamu lapar? ". Gilang membuka obrolan setelah beberapa menit mereka terdiam dan hanyut dalam fikiran masing-masing.
Ruby mengangguk lemah namun pasti.

" Kita makan dulu, jangan terlalu menghawatirkan Malika. Mungkin dia sedang tidak bisa diganggu ". Gilang mencoba menghibur kerisauan Ruby.

" Kata pemilik kos, dia tiba-tiba menelepon dan bilang kalau dia pulang kampung. Ada acara keluarga kata nya ". Ruby menjelaskan dengan wajah datar.

" Ya udah, berarti nggak ada hal yang perlu kamu cemaskan, kan? "

" Tapi Lang, nggak biasa nya Malika nggak angkat telepon dariku, nggak balas chat aku. "

" Iya aku ngerti, walaupun kamu sahabat nya Malika tapi kamu juga harus tahu batasan kamu sebagai sahabat. Malika juga punya kehidupan yang nggak harus semua orang tahu kan. "

Ruby menghela nafas panjang, ia memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya. Gilang mengusap kepala Ruby, rasa cemasnya perlahan berkurang.

                         ********

Nadia terlihat mematut diri didepan cermin, wajahnya tampak sangat bahagia. Bagaimana tidak hari pertunangannya dan Ale akan segera diputuskan, perjuangannya untuk mendapatkan hati Ale ternyata tidak sia-sia meskipun awalnya Ale mengabaikannya.

" Anak papa cantik sekali. " Suara itu membuat Nadia tersipu malu. Nadia menoleh kebelakang, ia membalikkan badannya berdiri tepat dihadapan laki-laki yang paling ia cintai.

" Papa kok nggak ketuk pintu dulu. " Tanya Nadia, pipinya nampak memerah karena malu.

" Tadi papa sudah ketuk beberapa kali, tapi kamu nggak dengar jadi papa masuk saja. Dan papa senang sekali melihat senyum kamu yang jarang papa lihat sebelum nya. Kelihatannya kamu sudah tidak sabar menunggu hari pertunangan kamu dan Ale. " Ucap lelaki yang dipanggil papa oleh Nadia. Tangan nya membelai rambut Nadia. Semenjak ditinggal pergi selamanya oleh ibunya, Nadia seperti kehilangan semangat, kehilangan keceriaan yang dulu ia miliki. Tapi hari ini dokter hanung kembali melihat keceriaan itu, ia peluk Nadia putri semata wayang nya dengan penuh rasa haru.

Malika ( Ongoing / Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang