CINTA DEWA

54 35 10
                                    

Dewa termenung diruang tunggu rumah sakit menunggu kabar dari dokter tentang keadaan perempuan yg telah ditabrak nya. hati nya gundah, ia gelisah dan mondar mandir di depan pintu ruang UGD.

Sebenarnya dokter mempersilahkan dia masuk jika mau tapi nyali nya ciut ketika melihat darah mengalir hebat dikepala gadis itu. Sesekali dewa menyeka keringatnya dengan lengan baju nya. Ia panik sekali, fikiran nya kacau. Dewa memikirkan hal terburuk yang terjadi. Lalu dia pun duduk dibangku dan menghela nafas panjang. Ia sandarkan kepalanya ditembok, matanya terpejam. Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka seseorang mengenakan jas putih dan kaca mata keluar dari ruangan di ikuti seorang suster. Dewa dengan cepat menghampiri dokter yg menangani Malika.

"Bagaimana keadaan pasien dok???tanya dewa, Ia tengah mempersiapkan mental menghadapi hal terburuk yg dikatakan Dokter.

Dokter itu tersenyum lembut, wajahnya tak lagi muda namun sinar matanya tajam dan penuh semangat. Ia memegang bahu Dewa.

" Pasien baik-baik saja mas, tidak ada luka serius".
Dewa menarik nafas lega.

"Tapi kepalanya banyak sekali mengeluarkan darah Dok?? saya takut ada luka dalam ". Ujar Dewa.

" Dikepala terdapat banyak pembuluh darah mas, jadi walaupun hanya robek kecil pasti banyak mengeluarkan darah, tidak perlu khawatir ". Ujar Dokter menjelaskan.

" Tapi luka dikaki pasien cukup dalam, sepertinya akan membutuhkan waktu sedikit lama untuk sembuh, syukurnya tidak ada masalah dengan tulang kaki nya, hanya sekedar robek saja.
Saya tinggal dulu mas, pasien akan segera kita pindahkan keruang perawatan. Ujar dokter seraya menepuk-nepuk bahu Dewa , dan berlalu pergi.

Handphone Dewa berdering ia merogoh saku celananya. Melihat siapa yg menelpon, ternyata rani.

"Hallo... ". Ujar Dewa lembut.

" Dewa... bisa gak kita ketemu sekarang terdengar suara lesu dari seberang sana.

Dewa tersenyum tidak biasa nya rani yg minta bertemu,ia ingin mengiyakan tapi ia teringat dgn perempuan yg ia tabrak tadi bagaimana mungkin ia meninggalkan perempuan itu sendiri tanpa ada yg menjaga. Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan perempuan itu. Dewa gusar, dengan berat ia menolak ajakan rani.

Tentu saja dewa berbohong lagi. Ia beralasan tidak enak badan karena seharian dikantor.

Rani berusaha untuk tidak marah, dengan lesu ia menutup telepon.

Dewa berjalan menuju ruang perawatan dimana malika terbaring. Ia pelan-pelan membuka pintu supaya tidak mengganggu Malika, tapi Malika menyadari kedatangan nya. Malika masih ingat betul dengan wajah Dewa. Laki-laki yg memarahinya didepan umum karena ia menumpahkan minuman cokelat dingin di kemeja nya. Dewa juga tak kalah kagetnya, ia juga masih ingat dengan Malika. Sejak tadi ia tidak mengenali Malika karena tubuh Malika penuh darah dan juga kepanikan masih menguasainya.

Dewa meletakkan tas Malika diatas meja disamping ranjang Malika.

"Ini punyamu kan???.  Ujar Dewa basa basi, maaf tadi saya lancang membuka dompet mu karena pihak rumah sakit meminta identitas mu. Ujar Dewa dingin.

Malika hanya diam tak menjawab, ia masih mengumpulkan kesadaran yg belum sepenuhnya kembali. Kepalanya masih pusing. Sekujur tubuhnya terasa ngilu. Kaki nya seperti mati rasa. Ia lalu memejamkan matanya karena rasa kantuk menguasainya.

Malam itu dewa tidur disofa diruangan malika.ia lelah sekali. Ia tertidur masih memakai sepatu kerja nya.

Pagi-pagi sekali ia meninggalkan Malika yg masih tertidur nyenyak, ada pekerjaan yg tidak bisa ia tinggalkan.
Dewa meninggalkan pesan kepada suster yg bertugas.

Malika ( Ongoing / Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang